mampir mampir mampir
“Mari kita berpisah,”
“Mas rasa pernikahan kita sudah tidak bisa di pertahankan, mungkin ini memang salah mas karena terlalu berekspektasi tinggi dalam pernikahan ini.” Lirih Aaron sambil menyerahkan sesuatu dari sakunya.
Zevanya melakukan kesalahan yang amat fatal, yang mana membuat sang suami memilih untuk melepasnya.
Namun, siapa sangka. Setelah sang suami memutuskan untuk berpisah, Zevanya di nyatakan hamil. Namun, terlambat. Suaminya sudah pergi dan tak lagi kembali.
Bagaimana kisahnya? jadikah mereka bercerai? atau justru kembali rujuk?
Baca yuk baca!!
Ingat! cerita hanya karangan author, fiktif. Cerita yang di buat, bukan kenyataan!!
Bijaklah dalam membaca.
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon kenz....567, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
Pertemuan pertama Marsha dan Raihan
Besoknya, keadaan Zeva sudah membaik. pagi-pagi dia sudah memandikan si kembar, dan memakaikannya baju.
"Bibi puna anak nda?" Tanya Ariel ketika Zeva memakaikan bedak padanya.
"Ehm ... bibi punya malaikat kecil." Jawab Zeva tanpa menyebut anak.
Seketika Ariel dan Azka menjadi tertarik dengan malaikat kecil yang Zeva maksud, keduanya langsung mendekati Zeva yang memang pada saat itu duduk di tepian kasur.
"Apa dia tantik? boleh buat Alil?" Cetus Ariel.
"Buat Alil cemua, buat Acka kali-kali kek!" Sahut Azka tak terima.
Zeva tersenyum sembari mengusap pipi kedua bocah itu, dia jadi membayangkan bagaimana jika Marsha bertemu dengan si kembar. Bermain bersama, pasti anaknya tidak akan kesepian.
"Dia gadis yang cantik dan manis, kalian akan suka jika melihatnya nya." Tantang Zevanya.
"Waaahh!! Alil mau daptal jadi calon mantu, kayak yang di itu loh Acka ... Apa namana ... pipipip calon mantu."
Azka menepuk kening adiknya dengan keras hingga membuat Zeva melotot lantaran terkejut. Spontan, Zeva langsung mengelus kening Ariel yang habis di pukul oleh Azka.
"Astaga Azka, gak boleh gitu nak. Kasihan Adeknya. " Peringat Zeva, sedangkan Ariel masih nge-lag.
"Bialin! lacain! di bilang janan nonton cinetlon, bandel! otakna gecel lah tuh!" Sewot Azka.
"Hiks huaaa!!!" Barulah Ariel menangis.
Zeva di buat melongo, apakah anak kecil zaman sekarang sangat pintar berbicara? Bahkan dengan entengnya dia memukul kening adiknya agar otak adiknya kembali pada tempatnya? begitu katanya.
"Cup-cup, sakit yah sayang." Zeva mengelus pelan kening Ariel, bocah itu merentangkan tangan padanya meminta untuk di gendong.
Sedangkan sang pelaku, dengan tak merasa bersalah dia memakai kaos kakinya. Sesekali menatap Ariel yang menangis dengan memeletkan lidahnya.
"HUAAA!!"
"Cup-cup, Ariel ngantuk yah? kan mau sekolah, sekolah dulu yah." Bujuk Zeva.
Ariel tetap menangis, Zeva pun menepuk bahu Ariel perlahan sembari bersenandung. Ariel mulai tenang, dia menaruh kepalanya di bahu Zeva dengan tatapan sayu.
"Ayo, udah siapkan semuanya? daddy udah nunggu di mobil." Seru Adinda pada si kembar.
"Eh, Ariel tidur?" Ujar Adinda saat melihat Ariel yang berada di gendongan Zeva.
"Enggak kak, Ariel habis nangis. Baru aja tenang."
"Oh, ribut lagi mereka yah." Adinda yang memang sudah mengerti kelakuan kembar pun sudah tak kaget lagi.
"Yasudah, bawa saja ke mobil ya Va, nanti pakai sepatunya di mobil aja. Azka, ayo nak."
"Iya mommy." Sambut Azka menghampiri sang ibu.
Zevanya mengantar si kembar ke mobil, setelah mereka pergi. Barulah Zevanya bernafas lega, karena dia bisa istirahat.
Baru saja akan naik ke kamarnya, Aaron tiba-tiba muncul dari mana dan menyeretnya ke bawah tangga.
"Ngagetin aja si tuan!" Kesal Zeva sembari mengelus dadanya.
"Kamu belum memjelaskan padaku tentang surat cerai yang ku berikan empat tahun lalu! Dimana akta cerai kita?" Tanya Aaron.
Zeva menghela nafas kasar, dia menatap Aaron dengan tatapan datar. Dia bingung dengan sikap Aaron, sebenarnya suaminya itu mau marah karena akta cerainya belum di terima atau marah karena mengira Zeva sudah menyerahkan surat itu ke pengadilan.
"Maaf mas, surat yang telah kamu tanda tangani ketinggalan di rumah lama kita. Rumahnya sudah aku jual, aku kehilangan surat itu dan tidak bisa mengajukannya."
Aaron terdiam, entah ini adalah kabar bahagia atau tidak. Dia sedang berada di posisi serba bingung, entah mengapa ada rasa senang di hatinya. Namun, ada perasaan curiga pada kedatangan Zeva di rumahnya.
"Oh, jadi kamu menjadi baby sitter si kembar hanya karena ingin tanda tanganku kembali? Begitu? karena kamu tidak bisa mengajukan perceraian kita tanpa tanda tangan dariku? ternyata sifat licik Rio menular padamu."
Zeva benar-benar tak percaya dengan apa yang suaminya itu katakan, entah suami atau mantan. Zeva juga tak mengerti status nya, tetapi secara negara dirinya masih sah menjadi istri Aaron.
"Saat itu aku sudah menandatangani surat perceraian kita, agar mudah bagimu untuk menikah dengan Rio. Kenapa kamu malah menghilangkan surat itu? apa Rio telah membuangmu? atau sudah berganti yang baru? oh, atau kau kembali karena mau rujuk denganku? Melihat sekarang aku jauh lebih mapan dari Rio. CK ... Ck ... Ck, memang wanita seperti mu tidak cukup dengan satu p ...,"
PLAK!!
Aaron benar-benar tak menduga jika Zeva berani menamparnya, kalimat yang Aaron katakan sudah kelewat batas. Zeva benar-benar merasa sakit hati dengan apa yang pria itu katakan barusan.
"Sebenci itu kamu padaku mas? aku memang salah, aku bodoh saat itu. Aku mengkhianati janji suci pernikahan kita, tapi asal kamu tahu. Sampai detik ini, aku tidak pernah berhenti menyalahkan diriku atas hancur nya rumah tangga kita." Ujar Seva dengan suara bergetar, wanita itu tak mampu lagi menahan benteng pertahanannya. Air matanya pun menggenang di pelupuk matanya.
Aaron menatap lekat mata sang istri, wanita yang dulu dia cintai dan mungkin rasa cinta itu sampai sekarang masih tersisa. Dulu, dirinya tak pernah tega melihat air mata Zeva. Bahkan untuk bahagia, Zeva tidak boleh mengeluarkan air mata kebahagiaannya. Sebucin itu dulu Aaron pada istrinya.
"Jujur, aku sangat membencimu. Sangat ... alasanmu berselingkuh dengan Rio sangatlah klasik. Karena kesibukanku apa pantas kamu mencari kesenangan bersama pria lain? apa pantas Zeva?" Sentak Aaron.
Air mata Zeva luruh, keduanya sama-sama sakit. Bahkan Aaron yang seorang laki-laki dingin pun bisa menatap istrinya dengan air mata yang tertahan.
"Aku bekerja untuk kita, aku berusaha untuk membuat kehidupan kita yang lebih baik lagi. Tapi kamu, kamu menghancurkan impian kita. Wanita seperti kamu, yang hanya memandang seorang pria dari harta. Tak pantas untuk di pertahankan."
Kedua mata mereka sama-sama memerah, menyiratkan kemarahan dan kekecewaan. Zeva akhirnya mengerti, bahwa tak ada tempat untuknya lagi di hati sang suami.
"Kalau begitu, aku akan mengurus ulang perceraian kita. Benar katamu, aku butuh pria kaya yang bisa menghidupiku. Aku butuh sosok pria yang selalu ada untukku, sosok pria yang memprioritaskanku. Dan semua hal yang ku inginkan ...,"
"Enggak ada di kamu." Lirih Zeva menatap penuh kecewa pada Aaron.
Zeva menepis tubuh Aaron, dia segera pergi sembari menghapus kasar air matanya. d4da nya terasa sesak, dia ingin menangis keras saat ini.
"Marsha gak butuh ayah sepertinya, dia hanya butuh aku. Ibunya. Aku sudah cukup bagi putriku, aku tidak bisa membayangkan bagaimana penolakan Mas Aaron nantinya saat tahu kehadiran Marsha di pernikahan kami." Batin Zeva. Kakinya memaksanya berlari, Walaupun terasa berat.
Sedangkan Aaron yang terdiam di tempatnya, tangannya terkepal kuat. Perkataan Zeva bagai peluru yang menghujam jantungnya. Sakit, jelas saja.
"Aaron? Kok disini? mamah pikir kamu udah berangkat ke kantor." Laras menegur putranya yang berada di bawah tangga itu.
Aaron berbalik, melihat wajah Aaron yang terlihat menahan emosi. Laras pun menjadi khawatir.
"Are you okay?" Tanya Karas dengan lembut pada putranya..
Aaron menarik nafas dan menghembuskannya perlahan, tangannya semakin terkepal kuat. Netranya menatap datar pada sang ibu yang tengah mengkhawatirkannya.
"Aku terima perjodohan itu."
"Hah? gimana-gimana?" Ujar Laras kaget.
"Mamah mau menjodohkan ku dengan keluarga Rafassya kan? Aar tidak akan menolaknya lagi, Aar akan setuju pilihan mamah kali ini." Ujar Aaron dengan lantang.
Laras menutup mulutnya tak percaya, dia segera memeluk putranya dengan perasaan bahagia.
"Aaa!! mamah seneng banget, daddy harus tau!!" Pekik Laras dengan senang.
Aaron tidak tahu, apakah keputusannya ini sudah benar ataukah hanya emosi semata. Dia merasa, sudah saatnya dia membuka lembaran baru dalam hidupnya. Dia tak ingin lagi mengharapkan wanita yang pernah mengkhianatinya.
***
Sementara itu di kota Bandung, Raihan menghirup udara bandung dengan raut wajah bahagia. Akhirnya, setelah melakukan drama, sang mamah mengizinkannya pergi ke bandung.
"Ayo kita langsung menuju penginapan, nanti sore baru kita kita ke tempat acaranya." Ujar salah satu guru Raihan.
Dengan semangat Raihan menuju penginapan, mereka pun menaiki mobil menuju ke sana.
Sesampainya di gerbang penginapan, Raihan dan yang lainnya turun dari mobil. Raihan menatap bangunan sederhana itu dengan tatapan bingung.
"Ini penginapannya?" Tanya Raihan pada guru kelasnya.
"Ya iya, kenapa? kecil yah? kan cuman tiga hari kok," ujar guru Raihan.
Raihan menggaruk keningnya, tau gitu dia meminta sang daddy untuk menyewakan Villa saja. Karena tampak penginapan itu seperti rumah kecil yang sangat sederhana sekali.
"Lumahna kecil yah?"
"Iya, kecil banget. Bakalan sesek gue tinggal disini." Sahut Raihan tanpa tahu siapa yang berbicara padanya tadi.
"Tinggal baleng aku aja mau?"
"Ya mau lah kalau rumah lo gede," ujar Raihan dan remaja itu masih belum sadar juga.
"Di kubulan, mau?"
"Masa di kuburan, yang bener aaa ... eh?"
Raihan baru menyadari satu hal, dia menoleh ke sana dan kemari tak ada orang yang mengobrol dengannya. Lalu, tatapannya pun beralih ke bawah dan melihat sosok anak kecil dengan rambut gelombang dan wajah yang cemong.
"Halo danteng! main cama Malcha yuk!"
"SE-SETAAAANN!!!" Raihan langsung berlari kencang menyusul teman dan gurunya yang sudah masuk lebih dulu.
"Eh? mukana Malcha tantik gini kok, maca cetan. Dacal, cakit kali hatiku lacana."
Bagaimana Raihan tak terkejut melihat Marsha, tampak anak itu memakai make up berantakan. Bahkan sudah boneka anabelle.
_________
Doble up🥳🥳🥳 jangan lupa like dan komennya🥳🥳🥳
Author punya tantangan nih, kalau komennya sampai 50 komen di part ini. Besok author triple up deh😉
Ayo semangat komennya, komen walaupun hanya dua huruf. UP
makasih banyak kak Othor....mau cush ke karyamu yg lain...
semangat terus berkarya Kak Othor....💪💪💪💪💪