Di bawah lampu kerlap-kerlip euforia club, Rane, si Single Mom terpaksa menjalankan profesi sebagai penari striptis dengan hati terluka, demi membiayai sang anak yang mengidap sakit jantung.
Di antara perjuangannya, kekasih yang dulu meninggalkan dirinya saat hamil, memohon untuk kembali.
Jika saat ini, Billy begitu ngotot ingin merajut asmara, lantas mengapa dulu pria itu meninggalkannya dengan goresan berjuta luka di hatinya?
Akankah Rane menerima kembali Billy yang sudah berkeluarga, atau memilih cinta baru dari pria Mafia yang merupakan ipar Billy?
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon malkist, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
Bab 16
"Aku sudah memboking mu."
Rane yang di sandung, berakhir di tarik ke pangkuan Marc.
Tangan hangat itu langsung meraba perut langsing Rane melalui cela jubah.
Sial. Rane merasakan ada sesuatu yang menonjol di bawah duduk nya di pangkuan itu.
Kepala yang nyaris tenggelam di antara jurug leher nya, berhasil Rane singkirkan.
Gegas, Rane melompat turun dan segera berjalan ke arah pintu.
"Hahaha..."
Brengsek, Madam mengunci pintu.
Dengan ujung haig heels, Rane menendang pintu kesal. Tawa Marc kian membahana yang setia duduk santai.
Inhale exhale. Kau harus tenang Rane. Tenaga mu tak sepadan, jadi jangan memberontak tapi jangan juga pasrah. Kau harus cerdik menghadapi pria mesum ini.
Rane bergulat dengan pikirannya untuk mencari cara.
"Serepnya ada di sini." Marc memamerkan cardlock. "Kau boleh keluar jika kau bisa mengambil nya sendiri."
Yaaak, dasar pria m3sum. Cardlock itu dimasukkan ke dalam celana. Gigi Rane sampai beradu geram dalam ketenangannya melihat Marc mengencangkan gesper nya.
"Apa Madam tidak memberitahu mu kalau aku hanya penari striptis, tanpa..." Kalimat tergantu nya, Rane ganti dengan sebuah kode tanda kutip dua jemari nya.
Marc paham maksud nya.
"Sudah. Tapi, aku ingin terkecuali kan." Black card sekarang lah yang dipamerkan oleh Marc untuk mengiming-imingi Rane. Semua wanita sama saja ... Mata duitan, pikir nya. "Kau bebas menentukan nilai nya. Dan seterusnya, kau bisa jadi penghangat ranjang ku jika aku butuh."
"Hahaha..." Sekarang Rane balik menertawakan Marc. " Simpan kembali uang mu, Tuan. Aku orangnya keras kepala. Pendirian ku terbilang sangat kokoh."
Menarik. Bitch ini ternyata mahal juga.
Kalau bukan haus uang, kenapa wanita ini berakhir menjadi pekerja Skybar yang rendahan? Pertanyaan itu lah yang sekarang menggelitik otak Marc. Mau bertanya nanti ke Madam, Marc jadinya malas jika jawabannya sama seperti beberapa waktu lalu, 'Maaf, Tuan. Pekerja ku punya hak privasi untuk kehidupan pribadi nya. Aku sudah berjanji kepada mereka untuk tidak membongkar kehidupan aslinya di luar sana.'
"So, apa sekarang aku boleh keluar?" tanya Rane sopan.
Tidak segampang itu.
Ketenangan Marc mulai terusik. Ia semakin tertantang membuat wanita belagu ini mengerang sensual di bawah kungkungannya. Awas saja tiba waktu itu, ia akan menyiksa dalam permainan ranjang nya.
"Kau wanita yang pertama menolak ku. Dan itu, bom waktu untuk mu." Marc tidak akan menyerah.
Rane menghela nafas sabar. "Ku anggap itu pujian."
Semakin Rane bersikap melawan, Marc pun semakin tertantang untuk menaklukkan pendirian wanita itu yang katanya kokoh tak tergoyahkan.
Marc menyalakan rokok untuk mengurai kekesalan yang ditolak mentah-mentah oleh Rane.
"Kau sudah ku bayar ke Madam. Menari lah yang lebih hot dari aksi mu di panggung tadi."
Jika sekedar menari meski setengah telanj4ng juga, Rane akan melakukannya dengan baik karena itu memang pekerjaan nya.
"Dengan senang hati, Tuan." Seperti seorang pelayan, Rane memberi hormat dengan gestur sedikit menunduk sekilas. "Ah, Tuan, sebaiknya Anda menyiapkan lebih awal Girlbar mu. Aku mengkhawatirkan, kau akan tersiksa dengan nap5u mu yang tertahan melihat ku menari."
Tugas Rane di panggung mau pun di VVIP memang hanya memprovokasi hormon testosteron para lelaki dan Ivana-ivana lainnya lah yang akan menuntaskan di kamar.
"Aku paling benci pada orang yang memerintahkan ku." Marc mengeluarkan senjata nya untuk menggertak wanita bermulut tajam dan cerewet itu.
Tanpa banyak bacot lagi, Rane yang tak mau mengambil resiko, segera menarik tali jubah nya.
Mata Marc langsung berbinar mesum. Tanpa sadar membasahi bibirnya sekali sapuan lidah, tergoda akan mahluk indah di depan nya.
"Tunggu dulu." Marc menghentikan pergerakan Rane melepas keseluruhan jubah dengan suara tegas nya.
Pria itu bangkit. Berdiri di depan Rane yang nampak waspada padanya. Pandangannya menyapu keseluruhan lekukan seksi itu. "Sempurna," kata nya lirih sembari melangkah ke belakang Rane.
Rane merinding saat belakang kupingnya sengaja ditiup.
"Aku beri kau tiga puluh menit. Jika belum mendapatkan cardlock nya, kau kalah. Dan aku berhak meniduri mu. Tapi jika aku kalah, aku tidak akan menahan mu lagi."
Rane menyeringai licik. "Deal," setuju nya tanpa pikir lama.
Tanpa membuang waktu lagi, Rane melepas keseluruhan jubah nya memperhatikan tubuh setengah naked itu.
Hanya memakai samar-samar dentuman musik DJ yang nyaris tak terdengar di luar sana, Rane mulai mengikuti hentakan itu dengan tubuh kekar Marc ia jadikan sebagai pengganti tiang besi nya.
Bagaimana Marc tak merem-melek. Wanita sialan ini langsung bergerak sensual dengan jemari lentik itu meraba sana sini tubuh nya seraya memutari nya pelan.
"Ahh..." Spontan Marc mendes4h dengan suara berat penuh gairah saat Rane memepetkan dada di punggungnya, diiringi lingkaran tangan Rane bermain di perut dan di dadanya. Rane juga meniup sisi telinganya, salah satu titik kelemahan pria.
Tak tahu saja, kancing kemeja Marc yang di lapisi jas itu, setengah nya sudah terbuka ulah tangan lincah Rane.
Marc tidak kuat menahan gejolak. Ia menghentak Rane ke depan. Menciumnya penuh gair4h.
Dan Rane mau tidak mau membalasnya demi merebut cardlock yang tersembunyi di dalam celana pria itu.
"Euugh..."
Rupanya, si m3sum sudah horny hebat. Ini kesempatan bagi nya untuk menyelinapkan tangan ke masuk ke celana Marc, melalui celah kemeja bawah yang sudah ia buka kancing nya.
Sialan, gesper Marc terlalu kencang. Jalan satu satunya harus melepas pengait tali pinggang itu.
Klik...
Berhasil, tanpa disadari Marc yang saat ini menikmati liar bibirnya.
Dan ... Sleeep.
Damn, tangan Rane menyentuh yang keras. Hal itu membuat Marc menarik bibir nya. Marc pikir, Rane berubah pikiran, tak kuat menahan hasr4t seperti nya sampai berani masuk ke celana nya.
"Aku suka sentuhan tadi."
Marc yang kembali ingin menyerang, terhenti seketika saat Rane tersenyum culas seraya mengangkat memamerkan cardlock.
"Game over!" ejek nya ke Marc.
Mulut Marc melongo. "Sialan, kau mempermainkan ku." Ia melirik jam. Rane cuma memakai waktu kurang dari lima menit. Payah aku.
"Hahaha..." Rane tertawa besar yang sudah berjalan ke pintu seraya memasang asal jubah nya. "Kau yang memulai permainan, Tuan. Lelaki sejati harus memegang janji nya." Klik, cardlock berhasil membuka kunci pintu. Rane sengaja berbalik sejenak, "Meski sekarang masih menggantung," tunjuk nya ke arah celana Marc.
Mengikuti arah pandang Rane, Marc baru sadar kalau penampilan nya sudah sangat berantakan terperdaya oleh tangan tangan terampil Rane.
Secepatnya, Marc membalik tubuhnya, malu.
"Tuan, apa aku perlu memanggilkan mu Girlbar? Aku sangat berbaik hati padamu__"
"Pergi!"
"Oh, oke."
kasihan rane nanti