NovelToon NovelToon
Terpaksa Berbagi Suami

Terpaksa Berbagi Suami

Status: sedang berlangsung
Genre:Selingkuh / Percintaan Konglomerat / Penyesalan Suami / Pihak Ketiga
Popularitas:167.5k
Nilai: 5
Nama Author: Ibun Neina

Hari itu, Anna merasa dunianya hancur lebur. Pria yang ia percayai kini tampak lebih mengecewakan daripada siapa pun. Anna menatap hasil surat USG milik Felly adiknya yang ia temukan di mobil Domic suaminya dengan tangan gemetar.

Langkah Anna terhenti di ambang pintu. Pemandangan di depannya menghancurkan apa pun yang tersisa dari hatinya. Domic, pria yang selalu terlihat keras dan tak tergoyahkan, kini tampak lemah dan lembut di hadapan Felly. Ia sedang menyuapi Felly, adik tiri Anna dengan sabar. Felly yang pucat terbaring lemah, hampir tidak mampu membuka matanya.

Semua ini terasa seperti mimpi buruk.

Air mata yang sudah tertahan begitu lama akhirnya jatuh tanpa ampun. Anna tidak sanggup lagi menahan kesakitan yang menggerogoti dirinya. Ia melangkah masuk, memecah kesunyian dengan suara penuh luka, “Apa yang kau lakukan di sini, Domic?.” tanya Anna dengan suara bergetar.

Domic mendongak, wajahnya terkejut namun dengan cepat kembali tenang. “Apa yang kau lakukan disini Anna? Kau tidak seharusnya berada disini.”

“Tidak disini?.” Anna tertawa getir, air matanya jatuh tanpa henti. “Aku menemukan USG di mobilmu, Domic! Aku menemukan bukti bahwa Felly—adik ku sendiri—sedang hamil, dan kau merawatnya seperti seorang suami?! Apa pikiran ku benar kau menghamili Felly? Adik ku sendiri?.”

****

“Aku akan menikahi Felly, aku akan menjadi ayah untuk anak itu, ada atau tanpa persetujuan darimu.” ucap Domic tajam. Kata-katanya bergema di ruangan serba putih yang tiba-tiba terasa sangat sempit setelah Domic melontarkan kata-kata itu.

Anna membeku, matanya melebar, tak percaya dengan apa yang baru saja ia dengar. “Sebelum itu terjadi, ceraikan lah aku lebih dulu dan jangan pernah menemui ku lagi dan putri kita Carrolin! Aku membencimu Domic!.”

UPDATE SETIAP HARI KAMIS JUM’AT & SABTU‼️

Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Ibun Neina, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri

Keputusan sepihak

“Mommy, lihat ini!” seru Carro sambil mengangkat buku gambarnya. “Ini bunga untuk Mommy! Tapi kenapa warnanya tidak sama dengan yang di taman ya?.”

Anna yang sedang berdiri di dapur mempersiapkan camilan ringan untuk Carro tersenyum lembut melihat hasil gambar putrinya yang bagus. Rambut Anna yang kecokelatan dicepol rapi ke belakang, beberapa anak rambut terlepas dan menghiasi pelipisnya. Tak lupa, apron putih sederhana yang selalu Anna pakai saat ia turun ke dapur tanpa bantuan maid-maidnya.

“Wow, gambarmu cantik sekali sayang. Warnanya memang tidak harus sama, kamu bisa gunakan warna apa saja yang kamu suka.” ujar Anna.

Carro terkikik senang, lalu kembali memperhatikan hasil gambarnya karena merasa masih ada yang kurang.

“Benarkah? Kalau begitu bunga ini biru saja, Mommy. Karena biru itu seperti langit, aku suka langit!.” ujar Carro penuh semangat.

Anna menoleh dari adonan cookies yang sedang ia bentuk, lalu tertawa kecil melihat semangat Carro yang tidak ada habisnya. “Ya, pilihan yang bagus sayang, bunga biru pasti sangat indah. Mommy yakin kalau bunga sungguhan punya warna biru seperti itu, semua orang akan sangat menyukainya.”

Carro mengangguk, “Oke, Momy! Momy mempunyai selera yang bagus!.” jawabnya lalu kembali duduk di atas karpet tebal di ruang utama yang luas di temani Ambar dan Bu Martha. Di sekitarnya, beberapa mainan berserakan. Dan tangannya yang mungil kembali sibuk menggoreskan warna biru pilihannya dengan penuh semangat.

Ambar yang duduk di dekat Carro sambil membereskan mainan yang sudah tidak Carro pakai tersenyum mendengar percakapan itu. “Nona Carro memang sangat berbakat, Nyonya. Dia bisa jadi pelukis hebat suatu hari nanti.” ucap Ambar pada Anna.

Carro menoleh ke arah Ambar dengan ekspresi penuh percaya diri. “Aku mau jadi banyak hal, bibi Ambar! Aku mau jadi pelukis, tapi juga penyanyi. Dan mungkin dokter juga, seperti di TV!.”

Anna terkekeh mendengar itu sambil mengangkat loyang berisi adonan cookies ke dalam oven. “Wow, banyak sekali sayang. Apa kau yakin tidak akan kebingungan saat menentukan nanti?.” timpal Anna bercanda.

“Tentu tidak Momy, karena sebelum aku beranjak dewasa aku akan menentukan satu. Dan yang pasti cita-cita paling pasti ku adalah menjadi Momy!.” jawab anak itu polos.

Anna, Ambar, dan Bu Martha seketika tertawa.

“Itu cita-cita yang bagus, Nona Carro. Tapi jika ingin seperti Mommy, apa Nona tahu apa yang paling penting?.” tanya Ibu Martha lembut.

Carro menoleh cepat, matanya berbinar penuh rasa ingin tahu. “Apa Bu Martha? Apa aku harus pintar memasak juga?.”

“Itu salah satunya.” jawab Anna mengusap tangannya yang sedikit berbalut tepung, lalu berjalan mendekati Carro. Ia berjongkok sambil mengusap lembut rambut Carro. “Tapi yang paling penting adalah belajar jadi seseorang yang baik hati, peduli pada orang lain, dan selalu bekerja keras untuk mencapai impian. Oke?.”

Carro mengangguk mantap, seperti merenungkan kata-kata ibunya. “Oke Momy! Aku akan berusaha. Aku janji akan jadi orang baik dan kerja keras supaya bisa seperti Momy.”

“Dan kalau mau jadi dokter, Nona Carro harus belajar yang rajin, ya?.” ucap Bu Martha lagi.

“Belajar?” Carro mengerucutkan bibirnya.

“Tapi belajar itu membosankan, Bu Martha.”

“Belajar itu menyenangkan, sayang. Kamu tahu kenapa? Karena dengan belajar, kamu bisa tahu banyak hal baru. Dan semakin banyak yang kamu tahu, semakin besar kesempatanmu untuk mewujudkan impianmu.”

Carro mengangguk-angguk seolah paham. “Kalau begitu aku akan belajar. Tapi nanti saja, Momy. Sekarang aku mau menggambar dulu!.”

Percakapan itu terus berlangsung dengan ringan. Anna merasa sesaat damai, meskipun di dalam hatinya selalu ada kekhawatiran yang tak pernah benar-benar hilang. Kebahagiaan Carro adalah satu-satunya yang membuat Anna terus bertahan. Carro adalah obat sekaligus penenang sakit hatinya hingga Anna bisa bertahan di keadaan yang sejujurnya sangat tidak memungkinkan ini.

Tak lama, Violet, salah satu maid muda di mansion tiba-tiba datang dan muncul dengan wajah agak cemas. “Nyonya, maaf mengganggu. Tuan Domic baru saja menelepon.”

Anna menegakkan tubuhnya, menatap Violet dengan alis terangkat. “Domic menelepon? Ada apa? Mengapa tidak langsung menelponku saja?.”

“Katanya Nyonya sulit dihubungi. Tuan menanyakan apakah Nyonya ada di mansion. Tuan juga menitipkan pesan bahwa ia sedang dalam perjalanan ke sini dan meminta Nyonya untuk tidak pergi kemana-mana. Ada sesuatu yang ingin dibicarakan.”

“Dady pulang?! Benarkah bibi Violet? Dady pulang sekarang?.” ucap Carro langsung bersorak girang.

Violet tersenyum tipis. “Ya, Nona kecil. Dady akan segera sampai.”

Carro melompat dari tempat duduknya. “Mommy, Dady pulang! Aku mau tunjukkan gambar ini untuk Dady!.” ujarnya dengan mata berbinar-binar, memeluk erat bukunya.

Namun, reaksi Anna berbeda. Meski ia tersenyum kecil untuk menenangkan putrinya, hatinya terasa berdebar. Anna merasa ada sesuatu yang tidak beres. Dan Anna tahu siapa Domic, bagaimana Domic, Anna terlalu tahu Domic melebihi dirinya sendiri.

“Ambar.” Anna menoleh ke arah Ambar pengasuh Carro. “Tolong bawa Carro ke taman. Biarkan dia bermain di luar sebentar.”

Carro mengerutkan keningnya protes. “Kenapa Momy? Aku tidak mau! Aku mau tunggu Dady di sini.”

Anna berlutut, meraih tangan Carro dengan lembut dan menatapnya dalam-dalam. “Sayang, Mommy janji akan memberitahumu begitu Dady sampai. Tapi sekarang, bukankah kamu bilang ingin melihat bunga-bunga di taman?.”

Carro tetap mengerutkan kening, tapi sebelum ia sempat membantah lagi, Ibu Martha mendekat dengan senyum menenangkan. “Nona Carro, ayo jalan-jalan sebentar. Taman sedang indah sore ini, Nona pasti suka. Kalau Nona mau, Ibu Martha bisa membanti mencari bunga biru seperti yang Nona Carro gambar tadi.”

Carro berpikir sejenak. Ia memang penasaran dengan bunga biru. Apakah ditaman benar-benar ada bunga berwarna biru?

Akhirnya, Carro mengangguk kecil dengan enggan. “Baiklah, tapi aku mau bunga biru, ya.”

Ibu Martha tertawa kecil sambil menuntun Carro keluar bersama Ambar. “Tentu saja, Nona kecil.”

Anna menghela napas lega, “Terimakasih Ibu Martha.”

“Kapanpun, nyonya Anna.” jawab Bu Martha lalu keluar dari ruangan.

Anna menghela napas panjang, melepaskan apron yang terikat di pinggangnya dan menggantungnya di pegangan kursi. Anna segera mengecek ponselnya untuk melihat apakah benar Domic menghubunginya atau tidak, dan ternyata tidak. Domic berbohong. Tidak ada satupun panggilan dari Domic yang masuk ke ponsel Anna.

Anna memejamkan mata sejenak, mencoba menenangkan pikirannya. Anna merasa tak tenang. Dan ada sesuatu yang mengganjal di hatinya.

“Apa maksudnya? Pembicaraan apa dan mengapa Domic berbohong?.” gumam Anna meremas ponselnya pelan.

Tidak lama kemudian, terdengar suara kendaraan berhenti di depan mansion. Anna berbalik, terkejut karena kedatangan Domic ternyata lebih cepat dari yang Anna bayangkan.

Begitu pintu terbuka, Anna terkejut melihat Domic masuk ke dalam mansion diikuti oleh seorang wanita yang tak lain ada Felly. Anna menahan napas sejenak, seolah terpaku melihat kehadiran adiknya itu. Karena tak lama kemudian beberapa pelayan pria mulai muncul dari arah belalang Domic dan Felly membawa banyak koper di tangannya, lalu masuk begitu saja membawa koper-koper itu ke lantai atas.

Anna terdiam sejenak, matanya terbuka lebar, mencoba menahan perasaan yang mulai mencuat tak tertahankan. Anna lalu mengalihkan tatapannya pada Felly yang kini berdiri di samping Domic tak sedikit pun merasa canggung meski situasi ini jelas membuat Anna bingung dan marah. Hati Anna dipenuhi campuran rasa yang sulit diungkapkan. Terkejut, marah, bingung, dan sedikit takut bercampur menjadi satu.

Dan tiba-tiba, suara langkah kaki lain terdengar di belakang Domic. Anna menoleh, dan perasaan kaget semakin menguasai dirinya begitu melihat ayahnya Darmadi, muncul dari balik pintu. Di samping ayahnya, ada Marlina ibu tirinya yang kini menatap Anna dengan senyum miring khasnya.

Anna menatap mereka bingung, hatinya terasa terkoyak seketika. Apa maksud semua ini? Anna benar-benar tidak mengerti. Dan situasi ini sungguh membuatnya bingung.

“Apa yang terjadi, Domic?.” tanya Anna akhirnya memecah keheningan, suaranya serak menahan air mata yang mulai menggenang dimatanya.

“Kenapa kamu membawa Felly kesini? dan apa maksud koper-koper itu? Mengapa mereka membawa koper-koper itu ke lantai atas? Katakan ada apa Domic?!.” lanjut Anna berteriak marah.

Domic menatap Anna dengan ekspresi yang tidak bisa dibaca. Seperti biasa dingin dan tajam saat menatap Anna. Berbeda dengan tatapannya pada Felly yang selalu lembut dan teduh seolah Felly sama sekali tidak boleh disakiti bahkan oleh tatapan Domic sendiri. Sebegitu dijaganya perasaan Felly oleh Domic.

“Anna.” Domic mulai berucap, terdiam sebentar menatap Anna yang menatapnya penuh tanya juga tatapan kecewa yang dalam. “Aku sudah memutuskan ini. Dan kali ini, aku tidak akan mendengarkanmu. Aku memutuskan Felly untuk tinggal disini bersama kita. Dan keputusanku mutlak. Aku tidak akan mendengarkan persetujuan darimu. Setuju atau tidaknya kau, Felly akan tetap tinggal disini. Jadi, terimalah.”

Anna terdiam, kata-kata Domic seperti petir yang menyambar menghantam hatinya begitu keras. Setiap kata yang keluar dari mulut Domic terasa seperti duri yang menembus dalam, membuat Anna tercekat tak bisa mengeluarkan suara. Anna berusaha keras menahan air mata yang sudah hampir jatuh, namun tidak berhasil. Air mata itu tetap mengalir tanpa bisa dibendung lagi.

Di tengah keheningan Anna, dengan teganya Darmadi dan Marlina ikut berbicara membuat darah Anna semakin mendidih. Dengan santai tanpa merasa bersalah, mereka ikut menimpali. Tanpa memikirkan posisi dan perasan Anna yang juga merupakan anak Darmadi.

Darmadi menatap Anna dengan santai seolah tak peduli dengan perasaan anaknya. “Anna, ini keputusan yang sudah dipertimbangkan dengan sangat matang. Dady sudah berbicara banyak dengan Domic, dan ini yang terbaik untuk semua pihak. Felly membutuhkan perhatian penuh Domic, dan jika kau merasa keberatan, itu adalah hal yang harus kau hadapi. Kami tidak bisa membiarkan Felly menderita hanya karena kau tidak bisa menerima kenyataan.”

Marlina lalu menyela dengan senyum penuh kemenangan di wajahnya. “Kami hanya menginginkan yang terbaik untuk Felly, Anna. Felly sedang mengandung, dan keadaan Felly yang seperti ini memerlukan perhatian khusus dari Domic. Jadi, tolong terimalah dan belajar pahami situasi ini meski tidak mudah. Mau bagaimanapun, Felly tetap istri Domic. Dan Felly berhak mendapat keadilan atas posisinya sebagai istri Domic.” ucap Marlina tidak tahu diri.

1
Annie Soe..
Toorr,,,,,
di tunggu up nya, pliizz...
Annie Soe..
Alex real gentleman...
Annie Soe..
Banyak kejutan2 tak terduga niy,,
Lanjuuttt..
Soraya
ditunggu lagi thor updatenya lanjut
Annie Soe..
Suka ketegasanmu Anna../Good/
Retno Harningsih
up
Annie Soe..
Anak kesayangan daddy ternyata..
Annie Soe..
Pediihh,,
Bisa banget siy tor bikin readers ikut nyeri bin pedih../Sob/
Annie Soe..
Fix domic suami super egois,
mau menang sndiri,
membenarkan smua kelakuannya,
Hanya pendapatnya yg betul..
Annie Soe..
Penasaran dgn jln pikiran domic..
Annie Soe..
Keluarkan emosimu Anna tp stlahnya harus bangkit, tegar demi caro..
Ksh liat kamu lebih baik segalanya dr felly & bikin domic menyesali keputusannya menduakanmu..
Annie Soe..
Marcus, Viktor kalian bijaksana..
Anam
no no no
mengapa ad lelaki bo*oh seperti tu
Anam
jaman sekarang ayah yg seperti tu bnyak
Rani Nuraini II
eh si bapak kemana aje,baru sadar kalau Anna juga anakmu???
Annie Soe..
Suami yg benar2 bo*oh, menyakiti hati anak istri demi menyelamatkan nama/hidup wanita lain yg sama sekali bukan tanggung jawabnya.
Annie Soe..
orang tua toxic...
Annie Soe..
Ada ya ayah macam itu..
martina melati
kata sp nih... bagus/Good/
martina melati
s7
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!