Nona kedua Li Yue An dari keluarga pejabat merusak nama baiknya, Kehormatannya membuat semua orang membenci bahkan mengucilkannya. Namun siapa Sangka siasat jahatnya membuat dirinya menjadi seorang Permaisuri. Setiap langkah yang ia ambil akan membuatnya mengorbankan semua orang yang peduli dengannya.
Di tahun ke sepuluh setelah Li Yue An menjadi seorang Permaisuri. Dia di jatuhi hukuman mati oleh Kaisar yang merupakan suaminya karena berkolusi dengan pemberontak.
Semua kebetulan seperti sebuah mimpi semata. Dia justru terbangun kembali saat usianya tujuh belas tahun. Dimana dirinya masih di perlakukan tidak adil oleh keluarganya.
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Sri Wulandari, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
Pengepungan kota Changpu
"Em, em..." suara di balik ikatan kain terdengar penuh paksaan.
"Huh," menghela nafas malas. "Semua orang bodoh itu selalu saja membuat alasan," suara pemuda terdengar dari luar kamar.
Krekk...
Pintu kamar terbuka, pemuda usia dua puluhan masuk ke dalam. Langkah kakinya tidak bisa tegap. Sesekali kedua matanya terpejam karena menahan rasa pusing di kepalanya. Bau alkohol memenuhi tubuhnya dengan campuran samar minyak wangi dari bunga mawar.
Bruukk...
Tubuhnya terjauh di tempat tidur. Di sampingnya sudah ada gadis muda dengan kedua tangan dan kaki terikat kuat. Mulutnya di sumbat kain agar tidak bersuara. Wajahnya penuh luka bahkan ada bekas sayatan halus dari kuku panjang pria di sampingnya pada bagian leher.
"Kecantikan abadi tanpa tersentuh benda kotor di dunia ini," memiringkan tubuhnya. Tatapan dingin itu membuat gadis di sampingnya memberontak ketakutan. "Jangan takut," suara pelan menekan telinga gadis itu. "Setelah malam ini kamu bisa hidup tenang di dunia abadi," tangannya menyentuh bibir lembut gadis itu. "Teratai merah muda sangat indah saat mengambang di atas air yang tenang," pemuda itu bangkit menekan kuat tubuh gadis yang telah berada di bawahnya.
Tangannya meraba benda di samping tempat tidur. Dia tersenyum setelah mendapatkan benda yang ia inginkan. Itu adalah bilah pedang bermata satu yang telah di patahkan. Pemuda itu memundurkan tubuhnya agar bisa mencari bagian kaki wanita yang sudah menangis ketakutan. "Kaki yang indah," gaun di tarik paksa hingga terlepas dari tubuh wanita itu. Senyuman puas terlintas penuh gairah. Perlahan pemuda itu mengangkat kaki bagian kiri mencium beberapa kali mata kaki yang sangat indah juga halus. "Keindahan ini hanya boleh menjadi milik ku."
"Emmm... Aeemm..." gadis itu berteriak kuat tapi suaranya tertahan sumbatan kain. Air mata ketakutan berjatuhan tanpa henti. Dia menahan rasa sakit di bagian kakinya saat pemuda itu mulai mengukir setiap kelopak bunga teratai di bagian mata kakinya. "Emm... Aaamem..."
Darah perlahan keluar dari bagian sayatan. "Warna merah memang yang paling menggairahkan," menjilat setiap darah yang keluar. Dia langsung menyergap tubuh gadis di bawahnya. Dua sayatan menyilang pada bagian jantung di usap perlahan. Sesekali di tekan. Bilah tajam pedang di arahkan pada tengah tanda.
Slepp...
Bilahan tajam pedang telah masuk kedalam kulit halus gadis itu. Darah menyembur cepat melumuri tempat tidur dengan warna merah hati. "Hahahah... Ini sangat menyenangkan," dia menusuk beberapa kali untuk membuatnya lebih bergairah sebelum menyetubuhi wanita yang ia inginkan. Setelah puas dia tertidur di samping jasad wanita itu.
Langkah kaki beberapa orang terdengar mendekat kearah kamar Tuan muda ketiga Hong Fang. "Bajingan itu membuat hidup ku selalu tidak tenang."
Bruukk...
Pintu kamar terbuka lebar.
Pedang di ganggang kuat di tangan Walikota Hong Bing. "Seret dia kesini," menatap penuh kemarahan.
"Ayah. Adik ketiga tidak sepenuhnya seperti ini. Semua karena pengaruh obat yang ia minum," Tuan muda pertama Hong Shu berusaha menengahi.
Para penjaga kediaman masih binggung harus maju atau tidak.
"Apa yang kalian tunggu. Seret anak durhaka itu pada ku," teriak kuat Walikota Hong Bing.
Dua penjaga kediaman maju membuka kelambu berwarna merah.
"Huh," Meraka terkejut mendapati tempat tidur sudah berlumuran darah. Tuan muda ketiga Hong Fang juga penuh dengan darah segar. Mulutnya bahkan seperti seseorang yang telah menghisap habis darah di tubuh wanita di sampingnya.
Semua orang yang ada di dalam ruangan berlari keluar.
"Uaaakkk..."
Semua makanan di perut keluar begitu saja. Mereka merasa jijik dengan pemandangan yang tidak terduga.
Walikota Hong Bing bahkan menahan rasa mual dan pusingnya.
"Ayah, ini?" Tuan muda pertama Hong Shu menatap khawatir. Dia takut kegilaan adik ketiganya akan menyeret seluruh keluarga Hong kedalam masalah.
"Dia benar-benar sudah gila. Seret dia sekarang juga. Bawa mayat gadis itu dan kuburkan di hutan pinggiran kota. Jangan sampai ada orang yang mengetahui hal ini," keringat dingin keluar dari kening Walikota Hong Bing. Dia memang pernah merasa curiga dengan putra ketiganya. Tapi kali ini dia melihat sendiri kelakuan gila putranya itu.
Penjaga berusaha menahan rasa mual mereka menyerat Tuan muda ketiga Hong Fang yang sudah tidak berdaya setelah meminum obat terlarang.
"Kurung dia di tempat rahasia. Jangan biarkan dia pergi. Setelah lewat satu minggu semua akan berakhir dengan sendirinya," Walikota Hong Bing pergi setelah melempar pedang di tangannya.
Tuan muda pertama Hong Shu mengawasi setiap gerakan dari penjaga, saat mereka mengurung Tuan muda ketiga juga memakamkan jasad gadis itu.
Kurang dari dua hari Jenderal tinggi Lie Mingyu datang bersama dengan pasukan miliknya berjumlah enam ribu prajurit utama. Kota Changpu kini telah di kepung pasukan Fengyin dari luar dan dalam.
Di atas kudanya Jenderal Lie Mingyu duduk tegap menatap dingin ke semua orang yang ia lewati. Tatapan mematikan itu membuat kengerian saat orang lain menatap matanya.
Wakil Jenderal Wang melajukan kudanya mendekat kearah pintu masuk kota Changpu dimana Jenderal tinggi Lie Mingyu sudah datang. "Yyuuiii," kekang kuda di tarik. Tepat di depan Jenderal Lie Mingyu, Wakil Jenderal Wang menunduk memberi hormat. "Jenderal."
"Bagiamana keadaan Tuan Putri," Jenderal Lie Mingyu menatap tajam.
"Jenderal, Tuan putri baik-baik saja. Saat ini ada di kediaman pribadinya," jelas Wakil Jenderal Wang.
Kedua alis Jenderal Lie Mingyu menyatu. "Kediaman pribadi?"
"Iya."
Wakil Jenderal Wang mengarahkan Jenderal Lie Mingyu menuju kediaman pribadi Li Yue An yang berjarak sekitar sepuluh menit dari gerbang utama kota Changpu. Kediaman mewah itu memiliki lonceng kecil bergelantungan sebanyak enam buah di bagian kanan.
"Jenderal," semua prajurit yang ada di depan pintu masuk memberikan hormat saat Jenderal Lie Mingyu datang.
Di halaman kediaman timur Li Yue An duduk santai menikmati waktunya. Secangkir teh hangat dengan kue basah ada di atas meja, buah anggur segar juga tersedia. Dia menatap kearah salah satu ruangan dimana adik ketiganya Li Xiao An ada di dalam bersama rekan kerjanya. Semua orang di Biro pemerintah tingkat tiga balai empat berkumpul untuk menyelesaikan kasus pembunuhan berantai.
"Tuan putri, menatap para pria dari kejauhan hanya akan membawa bencana," suara Jenderal Lie Mingyu mendekat dari arah pintu masuk halaman kediaman.
Li Yue An menatapnya santai. "Jenderal sudah datang," menuangkan teh di dalam cangkir bersih baru setelahnya menyodorkannya kepada pria muda di depannya.
Jenderal Lie Mingyu duduk di depan Li Yue An menatap segerombolan pria ada di dalam ruangan, yang sibuk dengan kegiatan mereka. Tatapannya berubah semakin dingin. Dia melihat kembali kearah gadis muda di depannya.
"Mereka," baru saja Li Yue An ingin menjelaskan. Lie Mingyu sudah menyela terlebih dulu.
"Wang sudah memberitahu ku," Jenderal Lie Mingyu mengambil cangkir teh di meja meminumnya pelan. "Aku akan membawa mereka tinggal di kamp militer. Ini akan jauh lebih nyaman untuk Tuan Putri."
"Jenderal, mereka harus mencari informasi tambahan. Akan lebih nyaman jika tinggal di dalam kota," Li Yue An meminum teh hangat di tangannya. "Lagi pula aku ingin adik ku lebih dekat dengan ku."
Jenderal Lie Mingyu mengerutkan keningnya. "Aku juga akan tinggal di sini," belum sempat Li Yue An mengatakan ketidaksetujuannya. Jenderal Lie Mingyu sudah meminta prajuritnya untuk mengatur kamar tempat dia tinggal.
Li Yue An hanya bisa tersenyum dengan menggelengkan kepalanya tidak percaya.
Jika tidak ada kendala cerita akan selalu di update setiap hari dengan jam yang tidak menentu. Di pastikan tamat sampai akhir dalam jangka waktu kurang dari satu bulan☺️