"Karena kamu yang menggagalkan acara pernikahan ini, maka kamu harus bertanggung jawab!" ucap pria sepuh didepannya.
"Bertanggung jawab!"
"Kamu harus menggantikan mempelai wanitanya!"
"APA?"
****
Bagaimana jadinya kalau seorang siswi yang terkenal akan kenalan dan kebar-barannya menjadi istri seorang guru agama di sekolah?!?
Yah dia adalah Liora Putri Mega. Siswi SMA Taruna Bangsa, yang terkenal dengan sikap bar-barnya, dan suka tawuran. Anaknya sih cantik & manis, sayangnya karena selalu dimanja dan disayang-sayang kedua orang tuanya, membuat Liora menjadi gadis yang super aktif. Bahkan kegiatan membolos pun sangatlah aktif.
Kalau ditanya alasan kenapa dia sering bolos. Jawabnya cuma satu. Dia bolos karena kesetiakawanannya pada teman-teman yang juga pada bolos. Guru BK pusing. Orang tua juga ikut pusing.
Ditambah sikapnya yang seenak jidatnya, menggagalkan pernikahan orang lain. Membuat dia harus bertanggung jawab menggantikan posisi mempelai wanita.
Gimana ceritanya?!!?
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Cahyaning fitri, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
Bab 34 : Sakit
"Aa....Aa kenapa?" tanya Liora melihat mata Agam memerah.
"Aa nggak enak badan!" jawab Agam terlihat wajahnya yang pucat seperti kapas.
"Nggak enak badan? Aa sakit?" tanya gadis itu sambil menempelkan punggung tangannya di kening sang suami.
"Aa pusing banget," jawabnya lemah.
"Pak Agam? Pak Agam kenapa?" tiba-tiba saja guru bahasa itu datang dan menyerobot tempat Liora.
Agam terkejut, Naila dengan lancang hendak memegang keningnya. Namun dengan cepat Agam menepisnya.
"Bu Nai apa-apaan sih?" sewot Agam menatap tajam ke arah perempuan itu.
"Ini tempat parkiran, Bu. Gimana kalo ada orang liat? Mereka bisa berpikir macam-macam tentang kita?"
Guru bahasa itu nampak terkesiap mendengar ucapan Agam. Dia terlihat malu sendiri. Lalu melirik ke arah Liora yang sedari tadi diam mematung. Naila baru sadar ternyata di sana juga ada Liora, salah satu anak didiknya juga.
"Kamu ngapain disini, Liora? Semua siswa sudah pada pulang, terus kenapa kamu masih disini? Kamu nggak pulang juga?" tanya Naila mengintimidasi.
"Sa-ya....?" Liora meringis, sambil menggaruk tengkuknya yang tiba-tiba gatal.
"Dia ikut mobil saya," pungkas Agam tidak suka Naila menginterogasi istrinya.
"Kok bisa? Kalian ada hubungan apa?" tanya guru bahasa itu kepo.
"Kami ...... !"
"Kami sepupuan," potong Liora tersenyum tipis. Sementara Agam langsung mendelik.
"Oh, jadi Liora ini sepupu kamu, Gam? Kok aku baru tau...?"
Agam tersenyum simpul, lalu dia menggenggam tangan Liora.
"Nggak semuanya anda harus tau tentang hidup saya, Bu?" sinis Agam.
"Li, masuk mobil!" titah sang suami.
"Oh, oke!" jawab Liora mematuhi perintah suaminya. Dia pun langsung masuk ke dalam mobil, tentunya setelah berpamitan pada Naila.
"Maaf, kami harus pulang. Assalamualaikum!" pamit Agam tak mau berbasa-basi.
"Walaikumsalam!"
Mobil Agam melaju kencang, meninggalkan parkiran sekolah dengan Naila yang masih setia berdiri di tempatnya. Perempuan itu masih terbengong-bengong, matanya terpaku pada mobil yang menjauh, mungkin masih ingin bertanya dan memahami hubungan Agam dan Liora.
Namun, Agam telah memutuskan untuk tidak memberikan kesempatan pada Naila untuk memperdalam pengetahuannya tentang kehidupan pribadinya. Dia tidak ingin memberi celah bagi wanita itu untuk memasuki kehidupan rumah tangganya, menjaga privasi dan keintiman hubungannya dengan Liora.
Dengan demikian, Agam mempertahankan batasan yang jelas, melindungi kehidupan pribadinya dari intervensi yang tidak diinginkan. Mobilnya terus melaju, meluncur menuju rumah.
Namun di tengah jalan, Agam tiba-tiba menghentikan mobilnya, memegangi kepalanya yang terasa berputar-putar. Badannya bergetar dan menggigil, menunjukkan kondisi tubuhnya yang semakin memburuk.
"Aa masih pusing?" tanya Liora terlihat gelisah dan cemas.
"Hemmm!" Agam hanya mengangguk lemah, tidak mampu berbicara.
Melihat suaminya semakin lemah, Liora memutuskan untuk mengambil alih kendali.
"Ya sudah. Biar aku yang nyetir mobil!"
"Memang kamu bisa?" tanya Agam heran.
"Bisa," jawab gadis itu mengangguk pasti.
Tentu saja Liora bisa. Bukan hanya mobil, motor sport pun bisa. Dia pernah belajar dengan Tito. Belajar motor sport ataupun mobil, bukanlah hal yang sulit bagi cewek cantik itu. Karena basic-nya perempuan itu sedikit tomboi dan penyuka sesuatu yang ekstrim.
"Sekarang kita tuker tempat ya?"
Agam tidak menolak, karena tubuhnya benar-benar lemah dan sakit kepala yang semakin parah. Dengan perlahan, mereka bertukar tempat, Liora duduk di kursi pengemudi, siap membawa Agam pulang ke rumah.
Dengan lihainya, sang istri mengemudikan mobil. Lincah dan gesit. Bahkan sesekali ia menyelip pengendara lain, tanpa takut-takut. Benar-benar seperti pembalap profesional, pikir Agam.
Namun karena Agam yang terlalu pusing, ia tidak banyak bicara dan protes. Yang paling penting, dia cepat sampai tujuan, ingin lekas merebahkan diri di kasur.
Liora memapah tubuh suaminya dengan kepayahan memasuki rumah. Jantung gadis itu seperti sedang berlomba dengan deru napas. Aroma tubuh suaminya yang wangi, mengacaukan sistem saraf hingga Liora lumpuh tak berkutik. Namun satu hal yang Liora sadari, suhu tubuh Agam begitu panas, terutama di bagian keningnya.
"Badan Aa panas banget?"
Agam hanya mengangguk lemah.
"Ya Allah, bagaimana ini? Gue nggak pernah ngerawat orang sakit?" gumam Liora berusaha keras memapah tubuh besar suaminya menuju kamar.
"Neng, Mas Agam kenapa?" tanya Art yang tiba-tiba muncul.
"Aa sakit, Bi," jawab Liora masih kepayahan memapah tubuh suaminya.
"Bi, bisa minta tolong siapkan air kompresan?" tanya Liora dengan sopan. Bagaimanapun art yang bekerja di rumah mertuanya lebih tua dari usia Liora, jadi Liora harus menghormatinya.
"Bisa, Neng," jawab art itu langsung menuju dapur untuk menyiapkan air kompresan yang diminta Liora.
Dengan bersusah-payah Liora memapah tubuh suaminya menuju kamar. Begitu sampai di kamar, langsung ia rebahkan tubuh Agam di sana dengan terhuyung. Agam tak sengaja menarik langan Liora, hingga gadis itu ikut tersungkur bersamanya.
Untunglah mereka mendarat di ranjang, dan Liora berada di posisi atas. Hingga ia lebih lekas bangkit dan membenarkan posisi suaminya.
"Badan Aa kenapa bisa sampai panas begini?" tanya Liora panik. Bagaimana nggak panik, Agam, suaminya sakit disaat kedua mertuanya sedang berada di Cirebon.
Liora bingung harus melakukan apa. Untung art yang bekerja di rumah mertuanya datang membawa baskom kompresan. Liora langsung menerima baksom tersebut dan meletakkannya di meja kecil di samping tempat tidur.
"Neng, itu baju suaminya dilepas saja. Biasanya kalau demam tidak dianjurkan memakai pakaian tebal, karena dapat mempengaruhi proses pengeluaran panas tubuh, sehingga suhu tubuh akan terus meningkat,"
"Begitu ya, Bi?"
"Iya, Neng!"
"Berarti aku harus ganti baju Aa dong?" Liora dengan polosnya. Art paruh baya tersebut hanya tersenyum mendengar celotehan Liora.
"Iyalah, Neng. Ganti aja atuh, Neng. Toh kalian sudah sah suami istri. Nggak dosa kok?" sindir art tersebut tersenyum geli melihat tingkah malu-malu Liora.
Yah, art yang bekerja di rumah itu memang sudah tahu hubungan antara anak majikannya dan gadis cantik yang kini berdiri di depannya itu. Makanya art tersebut berani mengatakan hal seperti itu.
"Aa, aku ganti baju Aa ya...?" Liora meminta izin pada suaminya untuk mengganti baju sang suami dengan baju yang lebih tipis.
Liora memilih baju tanpa lengan berwarna putih, dan celana pendek berwarna gelap. Ia pun langsung kembali ke tempat tidur untuk mengganti baju suaminya.
"Aa ganti dulu yuk!" ajaknya.
Agam diam saja, hingga gadis manis itu terlihat sangat cemas. Lalu tanpa berpikir lebih lama, Liora melepaskan baju yang melekat ditubuh suaminya.
Ia lepas satu persatu kancing kemeja Agam. Saat akan membuka kancing terakhir, tiba-tiba Agam memegang tangan istrinya.
"Kamu mau apa?" tanya Agam dengan suara tersengal.
"Aku mau ganti baju Aa yang lengkap tipis. Biar Aa lebih nyaman. Kara Bibi, jika demam jangan pake baju tebal. Makanya aku mau ganti baju Aa?" ucap gadis itu.
"Kamu nggak ada niat mesum sama Aa kan?" kekeh Agam. Liora membolakan matanya lebar, lalu ia berdecak kesal. Namun tangannya tetap membantu Agam melepaskan baju lalu menggantinya dengan baju yang tadi ia ambil.
"Mending hari ini Aa jangan cerewet. Sakit juga masih banyak tingkah!" gerutu gadis itu. Kali ini Agam tidak marah, justru terkekeh kecil.
"Sini aku kompres!" Liora meletakkan kain kompres dikening suaminya. Agam juga hanya diam, ia memperhatikan wajah Liora yang ternyata memang sangat cantik dan menggemaskan.
"Bibi lagi buatin bubur buat Aa. Nanti setelah makan, Aa langsung minum obat penurun panas ya?"
"Terimakasih atas perhatian kamu!" kata Agam. Dalam hati Agam kagum dengan segala perhatian yang sudah dilakukan istrinya itu.
"Aa nggak tau kalo nggak ada kamu. Terimakasih ya!"
"Sama-sama Aa. Kan sudah menjadi kewajiban aku sebagai istri Aa," jawab Liora.
"Jadi ... kamu sudah mau menerima pernikahan kita?"
Liora terkesiap baru menyadari akan ucapannya. Namun sudah terlambat untuk meralatnya.
Buru-buru gadis itu bangun, sengaja ingin menghindari sang suami. Namun dengan cepat Agam menangkap tangannya.
Agam menarik tangan Liora, membuat gadis itu terhuyung dan jatuh tepat di tubuh suaminya. Liora bisa merasakan hawa panas dari tubuh sang suami, membuatnya merasa iba dan kasihan.
"Jangan pergi! Temani Aa!" pintanya.
Liora tak menolak. Gadis itu menaiki tempat tidur dan ikut berbaring di sisi suaminya.
Liora baru tahu seorang Agam mempunyai sisi manja saat sedang sakit seperti sekarang.
Agam memeluk tubuh istrinya. Bahkan ia meringkuk memposisikan kepalanya lebih rendah. Kini pipi Agam menempel di bagian dada istrinya. Liora yakin pasti Agam bisa mendengar jelas raungan jantungnya.
Kulit Liora langsung bersinggungan dengan kulit suaminya. Demam sang suami semakin tinggi.
"Cepat sembuh Aa....!" lirih Liora berharap suaminya cepat sembuh.
"Kalau seperti ini, Aa pasti cepat sembuh....!" balas Agam dengan suara parau.
"Kamu wangi.....!" kata Agam semakin mengeratkan pelukannya. Bahkan wajahnya semakin terbenam di dada Liora.
Liora bergidik ngeri. Ini adalah pengalaman pertama baginya dipeluk laki-laki seintim sekarang. Meski itu suaminya sendiri, tetap saja itu pengalaman baru. Karena baru sekarang Agam menyentuhnya secara intens.
"Aa....!" pekik gadis itu. Agam tidak perduli, bahkan pria itu langsung mensejajarkan diri menghadap Liora. Lalu, perlahan tapi pasti, pria itu menyerang bibir manis istrinya tanpa ampun.
"Aa.....!"
Bersambung....
Komen dong.....