Dibesarkan dari bayi, oleh seorang pemulung yang menemukannya di tumpukan sampah, dan dia dihina dengan tetangganya karena hidup miskin bersama orang yang menemukannya. dan dia juga di anggap anak haram karena mereka menganggap orang tuanya malu saat melahirkannya.
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Siska Kubur, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
...
Sesudah makan malam, kiran dan sifa duduk di taman belakang, mereka mengobrol untuk mengungkapkan rasa rindu mereka, yang selama setahun lebih baru tersampaikan.
" ran sejak kapan kamu bertemu dengan kedua orang tua kandung mu.? "tanya sifa penasaran, kiran yang sedang bermain dengan ikan yang ada di kolam ikan taman pun mengalihkan pandang untuk menatap sifa.
" hemm belum lama fa, baru kemarin kemarin aku bertemu mereka saat aku sedang di pasar." dan kiran pun menceritakan kejadian detailnya pada sifa pertemuan pertama kalinya dengan bu anggun..
" terus apa kamu, atau mereka percaya begitu saja, maksud ku apa kalian tidak melakukan tes DNA terlebih dulu supaya lebih yakin.?" tanya sifa lagi saat kiran selsai dengan ceritanya.
" mereka sudah melakukan tes DNA sebentar lagi juga akan keluar hasilnya, aku harap aku beneran anak kandung mamah, bukan karna mamah orang sangat kaya raya, tapi karna mamah orang yang sangat baik, tapi mamah dan papah juga sudah setuju untuk mengangkat aku sebagai anak mereka jika hasil tes DNA itu menunjuk kan ketidak cocokan dengan ku." jawab kiran sambil memberi makan ikan yang ada di kolam, sifa pun mengangguk angguk kan kepalanya.
" tapi aku yakin mereka orang tua kandung mu ran, mamah mirip sekali sama kamu, apalagi foto mamah yang masih muda, yang ada diruang tamu itu. sudah seperti foto kamu, hanya berbeda penampilan mamah dulu lebih terlihat mewah dan feminim." sifa menjawab dengan mendekatkan diri disebelah kiran.
" iya fa, aku juga dari awal juga sudah yakin jika mereka orang tua kandung ku, saat pertama kali aku bertemu mamah ada getaran rindu yang sangat sulit untuk di ungkapkan, dan aku bertambah yakin saat melihat foto mamah yang masih muda itu, tapi mau bagaimana lagi, papah takut jika aku adalah orang yang dikirim musuhnya untuk menyusup mereka kedalam rumah ini, wajar sih menurutku jika papah berpikir begitu karna tidak ingin kejadian dulu yang menimpa keluarganya terulang kembali." kiran menjawab dengan pajang lebar ucapan sifa.
" aku selalu mendoakan yang terbaik buat kamu ran." ucap sifa sambil memeluk tubuh kiran. kiran pun tersenyum mendengar ucapan sifa.
" makasih ya fa, kamu memang sahabat terbaik yang aku punya." kiran pun membalas pelukan sifa.
" gimana dengan perceraian kamu ran, apa sudah ada perkembangan.?" tanya sifa kembali saat mereka sudah melepaskan pelukan mereka.
" nggak tau fa, mas putra pasti sedang sibuk jika belum sempat mengurus perceraian kita."
" jika kamu ingin cepat terbebas darinya, lebih baik kamu yang menggugat dia, itu malah lebih memudahkan kalian untuk segera bercerai." saran sifa pada kiran.
" tapi aku gak punya bukti untuk menggugat cerai mas putra."
" ck. kamu sekarang hidup di keluarga Perabu, jika kamu mau kamu bisa menyewa pengacara terbaik di negara ini untuk menangani kasus perceraian mu dengan dia." jawaban sifa membuat kiran tersenyum.
" bener juga kata kamu fa, nanti aku coba minta tolong sama mamah buat cariin aku pengacara hebat seperti yang kami maksud tadi."
" iya nanti mamah pasti cariin." bu anggun tiba tiba menjawab ucapan kiran membuat mereka beristighfar karna kaget.
" mamah ngagetin kalian ya.? maaf ya." lanjut bu anggun ketika melihat kedua anaknya kaget.
" siapa yang gak kaget mah, orang gak kedengaran suara langkah kaki mamah berjalan, eh tiba tiba udah ada di belakang kita, iya kan fa." jawab kiran dan meminta persetujuan pada sifa.
" iya ran bener kata kamu, tapi apa udah lama ya mamah dibelakang kita.?" jawab sifa dan bertanya pada bu anggun, sifa tidak enak jika bu anggun mendengar obrolan mereka yang tadi membahas tentang hasil tes DNA.
" mamah cuma denger saat kalian ingin mencari pengacara aja kok." jawab bu anggun dengan memberi senyumannya.
" apa bisa mah, jika tidak memiliki bukti nyata ingin menggugat cerai.?" tanya kiran
" bisa sayang, lagi pula putra juga sudah menalak kamu, itu akan lebih mudah lagi." kiran pun mengangguk membenarkan jika benar dia sudah ditalak oleh putra.
" tolong ya mah, bantu aku cariin pengacara, sekalian bantuin aku urus perceraian ku dengan mas putra, aku gak akan datang untuk mempercepat prosesnya, lagian aku juga sudah mulai sibu besok dengan kuliah ku." kiran berucap dan meminta tolong pada bu anggun, sedangkan sifa hanya menyimak obrolan mereka.
" pasti sayang mamah, akan bantu cariin kamu pengacara, dan mamah akan bantu mengurus semua agar kamu cepat berpisah dengan putra." jawab bu anggun.
" terima kasih ya mah."
" iya sayang sama sama, ya udah mamah ke kamar dulu, mamah cuma mau bilang sama kalian jangan kelamaan di luar, gak baik kena angin malam" jawab bu anggun, dan mengingatkan mereka agar tidak terlalu lama berada di luar karna hari semakin larut malam.
" iya mah sebentar lagi juga kita akan masuk, aku juga nggak mau kesiangan, besok kan hari pertama aku berkerja di perusahaan papah, aku gak mau kecewain papah." sifa yang sedari tadi terdiam kini ikut menyahuti bu anggun.
" kamu memang anak yang di disiplin sayang, mamah gak salah nerima kamu jadi anak mamah sama seperti kiran." bu anggun mengelus pucuk kepala sifa sebelum pergi ke kamar meninggalkan mereka berdua..
" aku yang lebih bersyukur memiliki, orang tua pengganti seperti kalian disini, kalian orang baik pasti aku tidak akan hanya menumpang tanpa melakukan hal yang membuat kalian bangga." gumam sifa dalam hati, menatap bu anggun yang sedang berjalan.
" ayok kita masuk juga, makin dingin disini, besok aku juga udah mulai masuk kuliah." ajak kiran yamg merasakan kulitnya diterpa hembusan angin malam yang semakin dingin.
" iya udah ayok, lagian besok juga kita bakal bertemu lagi, kita bisa sambung obrolan kita yang belum sempat kita obrolin." kiran mengangguk, dan memeluk lengan sifa sambil berjalan memasuki rumah.
mereka pun berpisah di depan kamar kiran, karna kamar kiran yang memang terletak lebih dekat dengan tangga, sedangkan kamar sifa tidak jauh disebelahnya sesudah melewati kamar kiran.
.
di tempat lain, sama halnya dengan kiran, desi dan putra sedang membahas soal perceraian putra dan kiran.
mereka seperti biasa sepulang putra dari kantor, putra mendatangi desi di apartemen milik desi hanya untuk menyalurkan h4srat miliknya.
" sayang kamu janji kan besok akan mengurus perceraian kamu, aku mau kita cepat nikah agar kita bisa melakukan hal seperti ini disepanjang hari." ucap desi sambil memainkan tangannya di dada putra yang tidak memakai baju.
" iya sayang, aku janji besok akan menggugat cerai kiran, dan aku akan segera menikahi kamu." jawab putra sambil mencubit pipi desi.
" makasih ya sayang, aku seneng banget dengernya." jawab desi sambil memainkan put*ng milik putra, desi takut hamil karna desi sudah melepas alat KB yang dia pasang sebelumnya, karna desi memiliki tujuan akan memanfaat kan kekayaan putra setelah menikah dan memiliki anak dari putra.
" sayang kamu buat junior ku bangun lagi." ucap putra saat desi terus memancing hasratnya, bukannya takut desi malah memainkan junior putra yang sudah berdiri dengan tangannya.
" aku akan menjinak kan juniormu." bisik desi ditelinga putra, dan desi bangkit naik diatas tubuh putra, dan memasukan junior putra kedalam lembah kenikmatan miliknya, dengan gerakan lihai desi menggoyangkan tubuhnya di atas tubuh putra..
Bersambung...
salam damai dan kekeluargaan buat para reader semuanya.TRIMS😊