Yaya_ gadis ceria dengan sejuta rahasia.
Ia selalu mengejar Gavin di sekolah,
tapi Gavin sangat dingin padanya.
Semua orang di sekolah mengenalnya sebagai gadis tidak tahu malu yang terus mengemis-ngemis cinta pada Gavin. Namun mereka tidak tahu kalau sebenarnya itu hanya topengnya untuk menutupi segala kepahitan dalam hidupnya.
Ketika dokter Laska memvonisnya kanker otak, semuanya memburuk.
Apakah Yaya akan terus bertahan hidup dengan semua masalah yang ia hadapi?
Bagaimana kalau Gavin ternyata
menyukainya juga tapi terlambat mengatakannya?
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Mae_jer, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
Bab 13
"Lo tahu nggak?" ujar Bintang.
"Sampe sekarang gue masih nggak habis pikir kenapa cewek se miskin Yaya bisa sekolah di sekolahan kita."
Gavin menatap cowok itu dengan alis terangkat. Ia tidak mengerti apa maksud Bintang. Mereka sudah balik ke rumahnya dan sekarang Bintang tengah duduk santai di sofa kamarnya, sedang dia sendiri duduk di kasur.
"Oh iya gue belum cerita." seru Bintang lagi kemudian mulai bercerita.
"Waktu gue anterin tuh cewek, ternyata rumahnya beneran kumuh banget. Kayak rumah nggak layak pakai gitu. Pantes aja tuh cewek pinjam uang ke gue." Bintang melirik Gavin.
"Lo pernah mikir nggak, kalo Yaya suka sama lo cuman karena lo kaya dan tampan?" entah apa yang ada dipikiran Bintang sampai dia berpikir begitu. Tapi jujur saja, Bintang sebenarnya masih ragu. Gavin memang tampan dan sudah hal biasa kalau banyak cewek yang jatuh cinta padanya. Tapi bagi Gavin dan Bintang sendiri, rata-rata perempuan yang suka sama cowok populer, tampan dan kaya pasti kebanyakan dari mereka tidak tulus. Ada maunya. Bahkan di antara mereka ada yang rela melakukan apa saja demi mendapatkan apa yang mereka mau. Entah bagaimana dengan Yaya. Bintang berharap semua yang pernah dikatakan gadis itu padanya benar, bahwa dia memang tulus jatuh cinta pada Gavin.
Gavin terlihat berpikir. Ia memikirkan kata-kata Bintang barusan. Ia ingat kejadian saat abangnya memberi uang ke Yaya tadi. Gavin mengepal tangannya kuat-kuat, rahangnya mengeras. Entah kenapa ia marah. Kalau sampai benar Yaya mendekatinya karena ada maksud lain, ia tidak akan pernah memaafkan gadis itu. Jangan sampai hal itu terjadi. Apalagi gadis itu kenal dengan abangnya juga.
***
Paginya Yaya kembali ceria seperti biasa karena ia tidak perlu lagi memikirkan uang sakunya yang sudah habis. Kan kemarin baru dapat uang dari kak Putra. Ternyata Putra ngasih dia uang dua juta. Ia tidak tahu akan dikasih sebanyak itu. Kan lumayan buat jajan dan bayar hutang.
"Bin, ke sini bentar." Yaya memanggil Bintang yang sedang santai di bangkunya bareng Gavin di sebelah.
Gavin dan Bintang sama-sama meliriknya namun Gavin cepat-cepat membuang muka ketika gadis itu melambai-lambai padanya dengan senyum lebar. Yaya memasang wajah cemberut. Untung di kelas hanya ada mereka dan empat orang kutubuku yang tiap hari kerjaannya belajar itu, bahkan jam istirahat pun mereka pakai buat belajar. Yaya tidak malu-malu amat karena yang lain tidak ada. Pandangannya kembali fokus ke Bintang yang masih setia dibangkunya.
"Bintang, kamu dengerkan aku manggil." seru Yaya mulai jengkel. Lambat banget pergerakan tuh cowok.
"Mau ngomong apa sih? Gue nggak pengen digosipin sama lo yah, cukup Gavin aja." balas Bintang yang langsung mendapatkan tatapan mematikan Gavin. Yaya menarik nafas sebal.
"Ini tuh ada hubungannya sama bisnis kita tahu." katanya lagi. Bintang mengernyit.
"Lo mau ngutang lagi apa mau bayar hutang?" tanyanya langsung. Para kutubuku yang ada dalam kelas itu berhasil dibuatnya fokus ke mereka, tapi hanya sebentar. Mereka kembali sibuk dengan buku mereka lagi karena takut bermasalah dengan para murid populer sekelas Gavin dan Bintang.
Habis sudah kesabaran Yaya. Ia menarik nafas panjang dan menghembuskannya perlahan-lahan. Ingin sekali ia berteriak ke Bintang tapi ditahannya karena ada Gavin di sebelah tuh cowok. Sih Bintang kenapa sih, kok hari ini jadi ngeselin gitu. Dia kan jadi malu sama Gavin. Sekarang Gavin jadi tahu kan dia ngutang sama tuh cowok.
"Gimana? Kalo mau ngomong di sini aja cepetan, keburu bel nanti." seru Bintang lagi.
Mau tak mau Yaya kembali berjalan dan duduk dibangkunya yang memang letaknya ada didepan Bintang dan Gavin. Ia memutar bangku itu menghadap Bintang, melirik Gavin yang sengaja tidak mau melihatnya lalu menatap Bintang. Tak lama kemudian gadis itu mengeluarkan dua lembar uang seratus ribuan dan disodorkan ke Bintang.
"Aku mau bayar utang. Nih."
Bintang berkedip-kedip menatap lembaran uang didepannya dan Yaya bergantian. Meski gadis itu tidak sadar, sebenarnya Gavin memperhatikan mereka dari sudut matanya. Bintang mengambil uang itu dan memajukan kepalanya kedekat Yaya.
"Lo dapet uang darimana?" tanyanya penasaran.
"Kakak aku." jawab Yaya. Menurutnya uang yang dikasih kak Putra itu pasti bakalan di ganti sama kak Tama, jadinya yang ngasih dia uang adalah kak Tama. Pemikirannya nggak salah bukan?
Gavin yang mendengar perkataan Yaya mendengus keras. Jelas-jelas gadis itu ambil uang dari Putra. Sejak kapan Putra jadi kakaknya?
"Gavin kenapa?"
Yaya menatap Gavin. Ia menyadari kalau cowok itu sepertinya sedang tidak ada mood. Ia sama sekali tidak sadar bahwa dialah alasan kenapa cowok itu jadi tidak mood. Bintang heran juga melihat perubahan Gavin. Apa tuh cowok masih mikirin ucapannya semalam ya? Dia ngerasa bersalah juga nih karena berasumsi yang negatif terhadap Yaya. Bagaimana kalau salah? Kasihan sih Yaya. Apalagi Gavin sepertinya terpengaruh dengan ucapannya semalam.
Kali ini Gavin memilih menatap keluar jendela. Ia tidak menghiraukan pertanyaan Yaya. Bodoh amat dengan gadis pengganggu itu. Entah kenapa juga dia merasa marah.
"Yaya." pandangan Yaya beralih ke Bintang.
"Hm?"
"Boleh nanya nggak?"
sesaat Yaya melupakan Gavin dan menatap Bintang dengan mata besarnya tanpa berkedip, menunggu pertanyaan cowok itu.
"Kenapa lo suka banget sama Gavin?"
pertanyaan itu membuat Yaya tersenyum malu-malu. Sesekali ia melirik Gavin yang masih menatap keluar jendela. Meski begitu, cowok itu tetap bisa mendengar pembicaraan mereka. Sebenarnya dalam hati ia juga ingin tahu. Karena sejak pertemuan pertama kali mereka di sekolah itu, Yaya sudah terang-terangan mengejarnya.
"Aku pernah punya masa lalu yang indah sama Gavin, waktu itu Gavin lembut banget sama aku. Tapi Gavinnya udah lupa." jawab Yaya tersenyum manis. Ia sedikit sedih saat membandingkan Gavin yang dulu dan sekarang. Tapi tidak mengapa, yang penting ia bisa berada dekat cowok itu sekarang.
Gavin kembali mendengus keras. Ternyata selain suka bohong, nih cewek juga suka ngarang. Kapan masa lalu mereka itu terjadi? Ia tidak ingat sama sekali. Sinting. Tanpa pikir panjang cowok itu berdiri dari bangkunya dengan kasar. Bintang dan Yaya sama-sama menatapnya heran. Gavin menatap Yaya tajam sebelum pergi dari situ.