Agnia, 24 tahun terjebak cinta satu malam dengan Richard Pratama akibat sakit hati kekasihnya Vino malah menikah dengan adik sepupunya.
Melampiaskan kemarahannya, karena keluarganya juga mendukung pernikahan itu karena sepupu Nia, Audrey telah hamil. Nia pergi ke sebuah klub malam, di sana dia bertemu dengan seseorang yang ternyata telah mengenalnya dan mengaguminya sejak mereka SMA dulu.
Memanfaatkan ingatan Nia yang samar, kejadian malam itu. Richard minta Nia menikahinya, dan menafkahinya.
Tanpa Nia sadari, sebenarnya sang suami adalah bos baru di tempatnya bekerja.
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon noerazzura, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
Bab 14. Di jadikan Taruhan
Nia memeluk pinggang Richard dengan erat. Bisa-bisanya pria itu mengangkat tubuh Nia dan menaikkan tubuh Nia di atas motornya tadi.
Pria itu bahkan melaju dengan cepat. Jalanan yang mereka lalui ini bukan jalanan yang biasa di lewati orang pulang kerja. Di sini juga tidak ada hunian orang. Maksudnya bukan daerah pemukiman. Bukan jalan yang sering di lintasi orang lain juga sepertinya, karena jalannya memang tidak mulus.
Banyak sekali jalan yang sudah rusak, bahkan keduanya sering terhantuk dan itu membuat Nia harus memeluk Richard semakin kuat karena takut jatuh. Mau protes juga percuma, dengan kecepatan tinggi itu dan helm full face yang di pakai oleh Richard. Tentu saja suara Nia tidak terdengar oleh Richard. Kecuali dia berteriak.
Dan jangankan untuk berteriak, membuka mulutnya. Membuka matanya saja Nia merasa santai tidak ingin, dia terlalu takut.
Hingga merasa sampai ke sebuah tempat, dimana terdengar suara yang sangat ramai sekali.
Nia yang merasa kalau Richard sudah menghentikan motornya, segera membuka matanya.
Dan ekspresi yang pertama kali di tunjukkan oleh Nia adalah, dia sangat tercengang.
Karena Nia berada di sebuah tempat yang selama ini belum pernah dia datangi sebelumnya.
Motor-motor berjejer di pinggir jalan, berkilauan di bawah pantulan lampu, memperlihatkan modifikasi ekstrem mereka. Cat mencolok, neon underglow yang menyala, dan knalpot besar menjadi ciri khas motor-motor ini. Beberapa pengendara terlihat memamerkan kendaraan mereka, mengenakan helm full face yang dihiasi grafis unik, sementara yang lain hanya berdiri santai dengan jaket kulit, celana jeans ketat, dan sepatu bot yang memberi kesan keras dan percaya diri.
Kerumunan di sekitar area balap adalah campuran dari berbagai kelompok. Beberapa terlihat sibuk memasang taruhan, berdebat sengit tentang siapa yang akan menang. Suara tawa, ejekan, dan teriakan saling bersahutan. Orang-orang dari berbagai latar belakang sosial berdatangan dengan berbagai gaya, mulai dari anak muda dengan pakaian kasual hingga mereka yang mengenakan jaket hitam dengan logo komunitas motor. Gadis-gadis dengan pakaian mencolok dan riasan tebal tampak berkeliaran, membawa aura glamor dalam suasana yang liar ini.
Di sudut-sudut area, beberapa kelompok berkumpul dengan kaleng minuman di tangan mereka, tertawa keras sambil menyalakan rokok. Bau asap knalpot bercampur dengan aroma rokok dan bensin menciptakan udara yang tebal dan khas. Di antara mereka, ada yang menyiapkan motor, menyetel mesin, memeriksa tekanan ban, dan memastikan motor siap melaju kencang. Para mekanik dadakan ini bekerja dengan serius, wajah mereka berkeringat di bawah cahaya redup.
"Kita dimana?" tanya Nia yang memindai sekelilingnya dengan tatapan heran, bingung dan lumayan takut juga.
Masalahnya orang-orang yang ada di sini dengan pakaian mereka yang agak unik. Tapi menurut Nia, baik pria atau wanita. Pakaian mereka itu sedikit terbuka.
Bahkan terlihat gadis-gadis cantik yang Nia yakin mungkin mereka itu masih usia belasan. Dengan berani mengenakan rok yang pendeknya minta ampun. Bahkan Nia saja tidak berani menggunakan rok sependek itu. Dan mereka malah dengan sangat berani berada di tengah para pria dengan jaket tebal dan celana sobek-sobek.
Richard membuka helm full face nya, dan menoleh ke belakang.
"Kelihatannya kita ada dimana?" tanya Richard santai.
Nia tampak tidak senang. Bukan karena pertanyaan nya di balas Richard dengan pertanyaan juga. Tapi dia tidak suka tempat ini.
"Kenapa kita harus kemari?" tanya Nia.
Richard malah terkekeh pelan.
"Apa hidupmu hanya sebatas kantor, rumah orang tuamu, mall, restoran mahal dan kalau liburan di resort mewah atau kapal pesiar?" tanya Richard.
Nia terdiam. Semua yang di katakan oleh Richard itu memang benar. Hidupnya memang seperti itu. Dia mana pernah pergi ke tempat seperti ini. Pergi ke klub malam saja baru satu kali itu di ajak Angel dan Karin.
"Kalau begitu hidupmu sangat tidak seru" tambah Richard lagi.
Nia mulai mengernyitkan keningnya. Baginya hidupnya sangat seru meski hanya seperti itu. Dia memang bukan seseorang yang suka tantangan atau sesuatu yang anti mainstream. Nia adalah wanita modern yang suka gaya kehidupan modern yang tapi dan menyenangkan. Itu saja.
"Ikuti saja aku!"
Richard kembali memacu motornya mendekat ke arah kerumunan. Richard mengajak Nia turun dari motor, dan menggandeng tangan Nia menuju lebih dekat dengan orang-orang di kerumunan itu.
Seorang pria dengan kaca mata hitam, dan menurut Nia itu sangat aneh, karena tindikan di telinga bahkan lebih besar dari anting-anting yang dia gunakan.
"Halo bro! lama gak kelihatan? Mau bertaruh berapa?" tanya pria itu yang langsung melakukan tos dengan Richard.
Pria itu bahkan langsung membuka sedikit kacamatanya dan melirik Nia.
Nia yang di lirik seperti itu langsung merangkul lengan Richard dengan kuat.
Namun Richard langsung berdiri di depan Nia. Menghalangi pandangan pria itu pada Nia.
"500 juta?"
Pria itu terkekeh.
"Boleh, boleh. Tapi kalau kalah. Tinggalkan wanita cantik ini di sini!"
Mata Nia melotot. Dia langsung menarik lengan Richard.
"Richard..."
Richard menoleh dan menggenggam tangan Nia.
"Percaya saja padaku!"
Nia tak bisa berkata-kata lagi. Tapi rasanya hatinya di penuhi penyesalan. Kenapa juga dia.ikut Richard kemari. Dia bahkan tidak yakin.
Tapi, bukan salah Nia juga tidak bisa yakin pada Richard. Kan dia memang tidak pernah lihat Richard balapan. Tidak tahu bagaimana kemampuannya. Kalau naik motor seperti tadi dengan kecepatan 70 sampai 80 km/jam. Bukannya tukang ojek juga bisa.
Nia benar-benar merasa khawatir. Dan pria yang ada di depan Richard itu tanpaknya malah bertambah senang ketika melihat wajah Nia yang cemas dan ketakutan.
"Bro, tampaknya wanitamu ketakutan! Tenang cantik, tampangku memang terlihat garang. Tapi aku sangat lembut saat di atas ranjang..."
"Diam!" pekik Richard menyela pria itu, "siapkan saja uangnya, karena aku pasti menang!" ujar Richard lagi dengan sangat percaya diri.
Pria itu mengangguk, Richard memang sering menang. Tapi bukan berarti dia tidak pernah kalah. Balapan seperti ini, siapa yang tahu hasilnya?
"Oke! aku akan siapkan pembalap terbaikku. Dia belum pernah kalah dalam 17 kali balapan. Ha ha ha, bro jangan menyesal kalau pulang tanpa membawa wanitamu ya!"
Pria itu langsung pergi meninggalkan Richard dan Nia.
Plakkk
Nia yang kesal langsung menarik tangannya yang tadinya merangkul Richard. Dan memukul pria itu dengan keras.
"Bagus sekali ya? Kamu jadikan aku bahan taruhan. Aku tidak percaya ini, aku menyelamatkan mu dari tante-tante di klub malam. Dan kamu menjadikan aku bahan taruhan..."
"Aku akan menang! Aku akan membelikan cincin pernikahan untukmu dengan uang itu!"
Nia langsung terdiam. Bibirnya bergetar karena memang Nia masih ingin marah pada Richard. Tapi alasan Richard bertaruh, membuat Nia tak bisa berkata-kata.
Richard menatap mata Nia dengan begitu dalam.
"Aku pasti menang!"
"Awas saja kamu sampai kalah. Aku tidak mau bicara lagi padamu!"
Nia langsung menjauh, karena motor Richard sudah di bawa oleh beberapa orang ke arena balap itu.
***
Bersambung...
eeehhh malah Nia yang duain ini yaa wkwkwkw