Apa jadinya bila seorang gadis yang baru lulus SMA harus menjadi seorang ibu pada anak kembar 7 yang tidak sengaja ia temukan. mampukah gadis itu merawat anak kembar 7 itu sendirian? Atau malah di titipkan kepanti asuhan? temukan jawaban nya di novel ini. kalau penasaran baca yuk.
Cerita ini hanya lah fiktif semata.
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Pa'tam, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
Menjemput si kembar.
.
.
.
Seminggu setelah si kembar mengadakan konser, tapi berita tentang SEVEN R masih menjadi trending topik di setiap stasiun televisi dan juga media. Si kembar sudah melakukan aktivitas seperti biasa yakni bersekolah, urusan perusahaan tentunya akan dikerjakan oleh orang kepercayaan mereka, si kembar hanya bekerja dibelakang layar. Nama si kembar semakin terkenal, banyak dari agensi hiburan ingin merekrut mereka menjadi artis dan juga model. Namun si kembar tetap saja menolak, karena mereka tidak ingin menjadi artis atau model. Prinsip mereka hanya ingin menolong orang yang tidak mampu, dengan mengadakan konser amal. Memang mereka akui itu sangat melelahkan, tapi memberi kebahagiaan tersendiri bagi mereka. Toh si kembar juga tidak kekurangan uang, bisa saja sih mereka membantu dengan uang mereka sendiri, tapi niat mereka juga untuk menghibur orang lain.
"Ray, aku bosan dengan pelajaran anak sekolah dasar (SD)." ucap Ren saat mereka sedang beristirahat disebuah taman.
"Aku juga, rasanya pengen langsung kuliah saja." Rakha menimpali, Ray pun menoleh pada kedua adiknya itu.
"Kalian ingat apa kata Mommy?" tanya Ray, mereka mengangguk.
"Sabar sajalah, sebentar lagi kita juga akan tamat, terus kita lanjut ke SMP," Roy.
"Benar tuh, nanti di SMP kita minta satu tahun, setelah itu SMA dua tahun." Ram.
"Bukannya SMP sama SMA itu masing masing tiga tahun ya?" tanya Raffa.
"Itu untuk orang normal, bagi yang tidak normal SMP sama SMA hanya dilewati tiga tahun. kalau untuk yang normal dilewati jadi 6 tahun." Rasya.
"Maksudnya kita ini tidak normal?" tanya Ray.
"Yang gak normal itu kepintaran kita, bukan anggota tubuh kita." Rasya menjelaskan, lalu mereka pun mengangguk.
"Kalau kita langsung kuliah, aku rasa kita akan masuk kategori anak terpintar di dunia." Ram.
"Bakal masuk book of records." Roy.
"Kita minta pada Daddy aja." Rakha.
"Gak bakalan diizinin sama Mommy," Raffa.
"Sudahlah, mending kita masuk, pelajaran sebentar lagi dimulai." Ram.
Si kembar pun masuk kedalam kelas, mereka tidak peduli dengan para murid yang begitu heboh. meskipun mereka terlihat jutek, tapi tetap saja mereka mengidolakan si kembar. sampai guru masuk, mereka baru senyap karena pelajaran pun segera dimulai. Satu jam lebih mereka mengikuti pelajaran akhirnya pelajaran pun selesai bel sekolah berbunyi menandakan jam pulang sekolah.
Si kembar paling terakhir keluar dari kelas, mereka tidak perlu terburu-buru. Sesampainya diluar sekolah si kembar telah dijemput oleh Daddy nya.
"Tumben Daddy jemput kami?" tanya Ren.
"Kenapa, gak suka Daddy yang jemput?" bukan nya menjawab Darmendra balik bertanya.
"Bukan gak suka, biasa kalau Daddy yang jemput pasti ada sesuatu," Ram.
"Hahaha... kalian tau aja, memang ada yang mau Daddy omongin dengan kalian," Darmendra.
"Daddy ingin melamar Mommy?" tanya Ram to the point.
"Itulah yang akan Daddy bahas dengan kalian," Darmendra.
"Ngomong aja Dad, siapa tau kami bisa bantu?" Roy.
"Gak enak ngomong disini, bagaimana kalau kita cari tempat?" Darmendra.
"Kita ke warung tenda aja, gimana?" Raffa.
"Boleh juga tuh, sekali kali kita makan di warung tenda itu bisa membantu perekonomian mereka," Ram.
"Benar yuk lah." Rasya.
Akhirnya Darmendra pun mengikuti apa kata si kembar, menurutnya yang dikatakan si kembar ada benarnya juga. Darmendra mengendarai mobilnya setelah mereka semua masuk kedalam mobil.
"Kalian tau tempat makan yang enak?" tanya Darmendra.
"Di jalan xxxx, disana ada rumah makan pinggir jalan." Raffa.
Darmendra pun melajukan mobilnya menuju tempat yang telah disebutkan. Tidak berapa lama mereka pun sampai ketempat yang mereka maksud.
"Apakah disini tempatnya?" tanya Darmendra.
"Benar Daddy," jawab Raffa.
Lalu mereka pun turun dari mobil, melangkah menuju ke warung tenda tersebut.
"Ternyata ramai juga pembelinya." Darmendra.
Mereka pun duduk dikursi yang telah disediakan. tak berapa lama datang seorang gadis kecil usianya sekitar 9 tahun menghampiri mereka.
"Mau pesan apa Tuan?" tanya gadis kecil itu."Apa saja yang ada disini?" tanya Darmendra balik.
"Ada ayam penyet, ada Seblak ceker, ada bubur sumsum, ada ayam panggang dan bebek panggang, ada pecel lele juga." jawab gadis kecil itu.
"Kalian mau makan apa?" tanya Darmendra pada si kembar.
"Aku ayam penyet," Ray.
"Aku ayam panggang." Ram.
"Aku bebek panggang." Ren.
"Oke kalau begitu ayam penyet 8 porsi, ayam panggang 8 porsi, dan bebek panggang juga 8 porsi." Darmendra.
"Baik, minumnya?" tanya gadis kecil itu.
"Air mineral aja deh." jawab si kembar.
"Silahkan ditunggu sebentar ya Tuan." ucap gadis kecil itu, kemudian ia pun berlalu.
Darmendra memperhatikan sekeliling, banyak orang yang makan dengan begitu lahap.
"Sepertinya tidak terlalu buruk." batin Darmendra.
Saat mereka sedang menunggu pesanan, datang seorang anak kecil meminta uang pada orang disebelah meja mereka, bukannya diberi anak itu malah diusir. karena penampilannya dan badannya yang kotor. Si kembar memperhatikan hal tersebut lalu bangkit dari duduknya menghampiri anak itu.
"Om jangan kasar sama anak kecil." ucap Ram masih dengan nada sopan.
"Heh, kamu siapa berani mengajariku?" bentak orang tersebut.
Si kembar pun menolong anak itu untuk bangkit karena tadi sempat didorong oleh orang itu. Si kembar membawa anak itu ke meja tempat mereka. si kembar mengambil satu lagi kursi untuk anak itu duduk.
"Duduklah," ucap Ram, anak itu ragu lalu menoleh kearah si kembar satu persatu dan menoleh kearah Darmendra seolah meminta izin, dan mereka pun mengangguk. Barulah anak itu duduk, pesanan mereka pun sampai, Ram memberikan satu porsi untuk anak itu, tapi anak itu meminta untuk dibungkus saja. sebab ibu dan adiknya belum makan dari kemarin.
"Makan aja dulu, nanti untuk adik dan ibumu kita beli lagi." Darmendra.
Mereka pun makan dengan lahap, apalagi anak itu begitu tampak sangat kelaparan, si kembar saling pandang mereka yang memiliki hati yang baik tentu merasa iba.
"Makan pelan pelan saja, tidak ada yang merebut kok," ucap Ram, anak itu menoleh.
"Maaf aku sangat lapar," ucap anak itu dengan mulut penuh nasi.
"Mau nambah lagi?" tanya Darmendra, anak itu menggeleng.
"Oya berapa orang yang ada di rumah kamu?" tanya Darmendra lagi.
"Kami tinggal berempat, nenek lagi sakit jadi ibu menjaga nenek, aku yang gantikan ibu cari uang, dari kemarin kami belum makan." jawab anak itu.
"Ya sudah, setelah ini kita kerumahmu ya," Roy.
"Setelah selesai makan mereka pun pergi dari situ, tak lupa mereka membeli nasi untuk dibungkus ayam panggang dan bebek panggang serta ayam penyet.
"Apakah rumahmu jauh?" tanya Darmendra.
"Dekat, dari sini sepuluh menit jalan kaki." jawab anak itu.
Mereka pun mengikuti anak itu dengan berjalan kaki, mobil mereka tinggal di warung tenda tersebut.
"Daddy katanya ada yang mau diomongin?" tanya Roy.
"Ah iya Daddy sampai lupa, nanti aja lah baru kita bahas, kita tolong anak itu dulu." Darmendra.
.
.
.