Suamiku Guru Galak
"Liora, maju ke depan! Garap soal nomorr 2 !" perintah Bu Firna dengan nada tegas.
Liora menghela napas dan berjalan penuh percaya diri menuju papan tulis. Dia yakin, kali ini ia akan mampu mengerjakan soal yang diberikan Bu Firna. Namun, begitu melihat soal di papan tulis, tiba-tiba wajahnya memucat dan kepalanya terasa berputar-putar.
Waduh, kenapa susah banget? Yang gue pelajari bukan yang ini? pekik gadis itu dalam hati.
Duh, gimana nih? gadis itu mengigit bibirnya sendiri.
"Lho, kenapa diem kayak patung? Ibu bilang kerjain soal itu! Kalau cuma dipandangi, mana bisa soal itu selesai!"
"Duh, susah, Bu. Liora belum belajar sampai sini!" jujur gadis cantik itu sambil tersenyum.
BRAKK ...
Astaga, ngagetin aja sih!
Tangan Bu Firna bergerak cepat menghantam meja dengan rotan kayu panjang dan besar yang selalu ia bawa. Dentuman keras itu seakan menembus telinga para siswa yang terlonjak kaget. Ekspresi wajah Bu Firna begitu mengintimidasi, terkenal sebagai guru paling galak. Beberapa murid menggumam, katanya karena ditinggal suaminya ke Papua, nafkah batin Bu Firna menjadi kurang terpenuhi.
"Liora, apa kamu benar-benar berniat belajar atau tidak?!" suara parau dan ketus itu terdengar jelas.
"Bagaimana kamu akan menjadi pintar kalau hanya bermalas-malasan? Bahkan soal mudah saja tidak bisa diselesaikan!" tegasnya sambil memandang tajam ke arah gadis itu.
Liora mengerutkan dahinya, berusaha menahan rasa kesal akan teguran gurunya.
"Bu, sebenarnya saya juga ingin menjadi pintar. Tapi soal yang diberikan memang susah," jawabnya dengan nada membela diri. "Padahal saya sudah bela-belain begadang untuk belajar. Tapi hasilnya tidak sebanding. Mungkin kesalahannya bukan hanya pada saya, Bu, tapi juga pada soal itu sendiri," ungkap Liora tanpa mengindahkan ekspresi muka Bu Firna yang semakin garang.
"Kamu sampai begadang?" tanyanya mengernyit heran.
"Iya!" jawab gadis itu menganggukan kepala.
"Kenapa bisa nggak masuk pelajarannya?" Bu Firna menautkan kedua alisnya.
"Lah bukunya buat bantal saya tidur! Hahahaha....!" katanya terbahak-bahak.
Sontak temen-temen kelasnya terbahak-bahak mendengar ucapan Liora yang sangat konyol. Gadis itu memang selalu konyol di manapun berada. Bukan hanya konyol, gadis itu juga terkenal karena kebadungannya.
Suasana kelas menjadi riuh, menyoraki gadis cantik itu. Membuat Bu Firna semakin mengeratkan gerahamnya, marah.
"Huuuuuu!" sorak mereka.
"LIORA. KELUAR KAMU! KAMU NGGAK USAH IKUT PELAJARAN IBU SAMPAI PULANG!"
"Eh, beneran, Bu? Asyiiik!" senang gadis sableng itu. Bukannya sedih, malah senangnya bukan main.
BRAKK ...
Bu Firna marah, nampak membanting pintu dengan keras. Hampir saja jantung Liora copot dari tempatnya.
Ya Ampun, kayaknya tuh tensi Bu Firna lagi tinggi. Gitu aja marah! sungut gadis itu.
Sinta menatap Dora dengan tajam, "Ini gara-gara lo ngajarin Liora macem-macem, liat tuh dia jadi dihukum!" tegurnya, meletakkan tangannya di pinggang.
Dora mengangkat kedua tangannya ke udara, "Gua cuma bercanda, suer!" bela dirinya sambil terkikik, "Liora juga sih, kenapa ia malah nurut sama omongan gue yang ngaco gitu!"
Dua hari yang lalu, Dora memang sambil bercanda menyarankan Liora untuk tidur di atas buku, dengan maksud si gadis badung itu bisa jadi pintar. Namun, Dora sama sekali tak menyangka Liora akan menuruti candaannya.
Sementara itu, Liora yang merasa jenuh karena harus berdiri terus di depan kelas sebagai hukuman, memainkan jarinya di kaca jendela, lalu melambaikan tangan ke arah Sinta dan Dora, memanggil nama mereka dengan suara berbisik yang riang. Wajahnya menunjukkan rasa iseng, seolah mengajak dua sahabatnya ikut dalam kenakalannya.
"Hey, Dora! Doraemon!" panggilnya.
"Dor. Doraemon!"
"Sin. Sinchan....!"
Sinta dan Dora yang melihat sahabatnya diluar, mereka nampak saling melempar pandang, kemudian beralih lagi ke luar jendela. Namun pada saat tatapan Bu Firna ke arah mereka, mereka langsung menunduk, begitu juga dengan Liora.
Gadis itu mendengus kesal, saat kedua kalinya dia melambaikan tangan kepada dua sahabatnya, mereka mengabaikan. Bukan tidak ada alasan mereka melakukan itu, mereka takut kena hukuman yang sama seperti yang Liora sekarang dapatkan. Pasalnya daftar merah mereka sudah terlalu banyak dicatatan guru BK. Nggak lucu dong, orang tua dipanggil gara-gara dihukum nggak mengikuti pelajaran.
Daripada jenuh bingung sendiri di depan kelas, Liora pun melangkahkan kakinya menuju kantin. Namun saat akan menuju kantin dia bertemu dengan Pak Agam, guru baru di sekolahnya. Masih muda dan sangat tampan. Sayangnya Agam bukanlah tipenya.
Liora yang ceria dan humoris, dia tidak suka dengan pria kaku dan datar macam Agam.
Hahahaha, Siapa juga yang mau memilih Lo, Liora? Kayak Agam mau aja! Pedenya kebangetan.....
"Selamat pagi, Pak Agam!" sapa Liora dengan ramah.
"Pagi!" balas Agam. Lalu memincingkan satu alisnya, "Sepagi ini kamu sudah dihukum?"
Gadis itu malah tersenyum.
"Bapak bisa saja! Terimakasih ya, Pak!"
"Saya sedang bertanya. Bukan sedang memuji kamu. Kenapa berterima kasih?"
"Oh, bapak bertanya tah. Saya kira, bapak sedang memuji saya!" ujarnya sambil garuk-garuk kepala.
Agam hanya geleng-geleng kepala melihat kelakuan absurd gadis itu.
*****
Nggak terlalu lama berbicara dengan Agam. Karena tiba-tiba guru tampan berwajah datar tanpa ekspresi itu mendapat telepon dari kepala sekolah. Buru-buru Agam pergi meninggalkan Liora yang masih berdiri mematung. Gadis itu seperti menghembuskan nafasnya lega, karena bisa lolos di situasi sulit tersebut.
Brukk ...
"Auw," pekik Liora, tubuhnya terjerembab ke lantai.
"Ih, Lo punya mata nggak sih?" sewot gadis itu. Namun matanya langsung mengerjap begitu tahu siapa yang ia tabrak.
Dia adalah Sandy. Ketua OSIS di sekolahnya, yang terkenal karena prestasinya. Dia juga bintang basket. Kebanggaan sekolah dan orang tua. Tidak seperti dirinya.
"Eh, Kamu...!" Mendadak wajah Liora bersemu merah.
"Dihukum lagi?" ucap Sandy tersenyum sambil mengulurkan tangannya, ingin membantu gadis itu berdiri.
"Nggak," jawab gadis itu sambil tersenyum.
"Lalu, kenapa di luar kelas di saat jam pelajaran?" tanya pemuda gagah itu.
"Ih, kepo! Diam-diam Lo merhatiin gue?"
"Ck, kepedean!" Sandy berdecak, lalu ia langsung berlalu pergi meninggalkan Liora.
"Yeay, bilang aja kepo!" seru gadis itu.
Saat bel istirahat berdentang, Doraemon dan Sinchan segera menyusul sahabat mereka, Liora ke kantin. Begitu sampai di sana, mereka melihat Liora ternyata tidur pulas dengan kepalanya bersandar di meja. Posisinya terlihat seperti sedang tidur duduk, bahkan air liur yang menetes dari mulutnya dengan leluasa membuat bercak-bercak seolah membentuk Peta Indonesia di atas meja. Ekspresi Doraemon terlihat sangat jijik dan bulu kuduknya merinding menyaksikan pemandangan itu, sedangkan Sinchan alias Sinta hanya menggelengkan kepala dengan raut wajah yang tidak percaya.
"Woi, bangun, Liora!" teriak mereka berdua serentak.
"Ih, kebo amat nih bocah!" kesal Dora.
Liora merasa terkejut mendengar sayup-sayup kantin riuh dengan suara manusia. Dia pun mengerjapkan matanya, sedikit mengucek.
"Iiiiih, Lo ngiler, Liora!" Dora merasa jijik.
"Eh, mana?" Liora langsung menyeka ilernya.
"Ih, jijay! Lap tuh bekasnya!"
"Alah, kayak Lo nggak pernah ngiler aja!" Liora mengelapnya dengan tangan, kemudian ia lapkan ke baju dua sohibnya tanpa merasa dosa.
"Lioraaaaaa!" teriak mereka barengan, "Dasar jorok! Kampret! Sialan!" teriak mereka.
"Sin, gue laper! Pesenin makanan dong!" suruh gadis itu.
"Jijik gue sama Lo!" sungut Sinta.
"Huek!" Dora pura-pura akan muntah, "Sana gih ke toilet. Cuci tuh muka, lecek mirip serbet gerobak!"
"Ah, Kampret kalian berdua!"
Akhirnya Liora beranjak dari tempat duduknya menuju toilet. Dia membasuh mukanya, dan kumur-kumur. Takut ilernya masih tertinggal di sudut bibirnya yang manis. Nggak lama, gadis itu kembali ke kantin. Bakso favoritnya sudah tersaji di meja, dia langsung mengembat habis makanan tersebut.
Kalau urusan perut, selalu nomor satu. Liora sangat semangat empat lima kalau urusan makanan.
Setelah menghabiskan bakso beranaknya, Liora duduk sambil menyangga dagu, dan tangan satunya sibuk mengetuk-ngetuk meja. Sementara Dora hanya melipat tangannya di atas meja dan memandang acuh sekitar.
Liora yang tidak sengaja melihat Sandy masuk ke kantin, langsung tersenyum manis menampilkan deretan gigi putihnya, senyum ala Pepsodent. Hal yang tidak pernah dibayangkan, Sandy siswa tertampan di sekolah, membalasnya dengan senyuman juga. Tentu saja hati Liora berbunga-bunga. Dan semuanya tidak luput dari perhatian sohib-sohibnya.
Sandy mendekat ke arah meja gadis cantik itu, hati Liora semakin berdebar kencang, seolah-olah akan loncat dari tempatnya, melihat senyum manis dari ketua OSIS untuk dirinya.
Namun saat semakin mendekat, Sandy justru melewati dirinya begitu saja. Ternyata pemuda tampan itu mendekati meja yang ada di belakang Liora, ke arah meja Ratu Gorden ( Goyang Sarden ). Dan mereka nampak sangat akrab.
Kenapa dipanggil Ratu Gorden?!?
Karena gadis yang bernama Ratu, terkenal dengan goyangan sardennya. Meliuk-liuk mirip ikan sarden. Kalau denger lagu dangdut, refleks tubuhnya meliuk-liuk mirip ikan sarden.
"Ck, norak!" sungut Liora.
Sontak Sinta dan Dora tergelak melihatnya.
"Duh, kacian!" ledek mereka.
"Udah nggak usah ngeledek!" berengut gadis itu.
"Udah, Say. Kalau mimpi jangan terlalu tinggi. Mana mau babang Sandy sama Lo. Bagai bumi dan langit kalian tuh. Dia pintar, nah Lo..... !" ledek Sinta.
"Eh, awas Lo ya, ngeledek gue lagi! Gue pecat Lo jadi sahabat gue!"
"Hahaha, tapi fakta kan, Cin!" kekeh Sinta.
"Huh, dasar sahabat kamvret!' sungutnya. Sontak mereka terdiam.
"Hhhhh, heran. Bintang sekolah kok mau sama cewek model Ratu Gorden? Mending sama gue....!"
Eh....
to be continued ...
Aku revisi sedikit ya....
Happy readings.....
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 23 Episodes
Comments
Fang
Awalnya bingung kenapa ada dua novel. Tapi tadi author jelasin kalau novel lama mau dihapus karena yang baru mau di daftarkan lomba YAW. Baru saya ngeh.
Pokoknya sukses terus buat authornya. semoga menang ya,. Thor....
2024-12-15
2
enjel_buble🌸☘🌷
aduh thor yg mana sih sebebarnya novelnya, yg gw download kemarin udah gak ada🙃
2024-12-17
0