Semenjak kandungan Andini menginjak usia tiga bulan, dia sering muntah darah dan kata dokter itu karena dia sama sekali tidak ada makan nasi sehingga asam lambung jadi naik.
bau mulut nya juga membuat Hendra sangat bingung, tubuh Andini juga kurus kering seperti tengkorak. hingga Hendra pun memutuskan untuk pulang kedesa nya saja.
Bagai mana kisah mereka?
Mampu kah Hendra membawa istri nya pulang?
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon novita jungkook, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
Bab 29. Hendra nekat
Landak dan Sam menghampiri Hendra yang tetap saja sepetti orang hilang gairah hidup, di suruh makan tidak mau dan mandi juga tidak mau. tadi di acara tahlilan pun dia hanya terdiam melongo dengan tatapan mata sangat kosong, kehilangan Andini membawa pengaruh sangat besar dalam hidup nya sehingga dia antara hidup segan mati pun sungkan.
Tapi kalau pun bisa memang dia ingin mati saja dari pada hidup tanpa teman dari orang yang ia cintai, lagi lagi dia harus merasakan orang yang sangat ia cintai. dulu Nana karena mereka masih tahap pacaran, maka dia biasa saja dan kala itu Hendra belum insaf dari hal buruk.
Dengan Andini ini dia sungguh sungguh dalam mode baik dan menjadi suami peduli, cinta nya habis untuk Andini sehingga mau seburuk dan sebau apa pun Andini saat mengandung dia tidak peduli. padahal wanita yang mendekati nya bukan cuma satu saja, mereka juga berparas cantik dan bertubuh segar.
Tapi Hendra sama sekali tidak peduli pada mereka, karena tujuan hidup nya hanya untuk menua bersama dengan Andini. malah sekarang wanita yang amat ia cintai harus mati dengan cara yang tragis, mati nya pun di depan mata dia sehingga meninggalkan trauma yanh besar dan juga mendalam sehingga Hendra sudah tak punya semangat hidup lagi.
"Aku tau perasaan mu, sebab aku pernah dalam posisi ini." Landak berkata pada Hendra yang melongo.
"Padahal awal nya aku tidak suka pada dia, tapi melihat dia begini aku jadi kasihan." keluh Sam karena dia masih ada rasa cemburu.
"Jangan terlalu keras pada dirimu sendiri, kau makan lah walau cuma sedikit ya." bujuk Landak pelan.
"Atau minum ya, minum air biar kau tidak pucat begini." Sam juga membujuk.
"Dari tadi pagi kan kau tidak ada makan atau minum, ayo lah makan walau sedikit saja." Landak tidak putus membujuk.
"Kita boleh berduka, Hen! tapi tetap lah ingat allah, sholat agar hati mu tenang." Dam menasehati.
Memang Hendra sudah melewatkan beberapa sholat hari ini akibat pikiran yang kacau, bukan lagi kacau karena dia memang cuma melongo saja. dulu Landak juga pernah di posisi ini, namun dia masih mau makan dan minum hingga pada akhir nya harus sakit keras selama beberapa bulan, tapi dia masih sholat dan terus memohon pada allah agar segera menyusul Maharani.
"Tolong lah, apa pun yang terjadi jangan sampai mati di tangan sendiri." pinta Landak.
"Kau ini bicara apa?!" Sam mendelik pada Landak.
"Aku tau apa yang Hendra pikirkan, kau pikir mata dia dati tadi kemana bila tidak melihat tali itu!" sahut Landak.
Baru saja Landak selesai berucap, Hendra sudah berlari cepat mengambil gunting yang di atas meja karena mau menusuk diri nya sendiri yaitu bunuh diri. pikiran kosong memang akan mudah di rasuki setan, merasa dengan bunuh diri maka dia akan bisa bertemu dengan Andini.
"Hentikan, Hendraaa!" Landak cepat menahan pria ini.
"Lepaskan aku! lepaskan, aku mau mati sajaaaaa." teriak Hendra menggema.
Davin dan Arya yang sedang diskusi jadi kaget mendengar Hendra berteriak, mereka segera masuk kedalam kamar dan langsung kaget melihat Landak dan Sam yang sedang menahan Hendra mau bunuh diri. orang lain hanya melihat Hendra memegang gunting dengan tangan kaku saja, padahal sedang di tahan Landak dan Samuel.
"Aku mau matiiiii, lepaskan akuuuu..." pekik Hendra.
"Berikan padaku!" Arya cepat merampas gunting besar itu.
"Apa yang kau pikirkan, Hendra! kau pikir dengan bunuh diri bisa bertemu Andini?" bentak Davin yang sudah sangat pusing.
"Andiniiii...kamu di mana, Sayang?" Hendra muali seperti orang gila.
"Dia ini tidak sholat, Arya! maka nya dalam hati tidak punya sedikit saja ketenangan." seru Sam.
"Bagai mana dia bisa sholat, sedangkan pikiran nya saja sudah kemana mana!" Davin mengusap wajah nya kasar karena sungguh pusing sekarang.
Mana dari tadi juga sibuk mendiamkan Salsa yang terus menangis tiada habis nya, malah sekarang Hendra juga begini. yang sehat malah semakin sakit tidak karuan, rasa cemas bercampur dengan rasa kehilangan yang sangat besar.
"Arya! Andini bangkit kan, tolong temukan aku dengan dia." Hendra tiba tiba bicara dan meminta bertemu dengan istri nya.
"Bicara apa kamu ini, Nak? doakan istri mu tenang, kenapa malah mengharapkan dia bangkit!" pekik Bu Desi sambil menangis pilu.
"Andini harus bangkit! katakan, bahwa istri ku akan bangkit." Hendra mencekal tangan Arya erat dengan mata nya yang merah.
"Dia tidak bangkit, Andini meninggal saat mengandung maka dia langsung tenang." dusta Arya karena tidak mau Hendra kian stres.
Bruuuukk.
"Hendraaaaa! Ya allah, Hendra." Bu Desi histeris lagi karena putra nya pingsan.
"Naikan keatas tempat tidur saja, jauhkan barang yang berbahaya agar tidak jadi masalah." ujar Davin pelan.
Arya dan Davin serta Ayah Hendra lah yang menggotong tubuh pria tinggi ini, lumayan berat karena tubuh Hendra memang sangat padat berisi sehingga pasti membuat yang mengangkat langsung ngos ngosan.
"Berikan air minum dari sendok saja, bahaya bila dia dehidrasi." pinta Arya pelan.
Bu Yuni yang masih ada di sana juga langsung mengambil kan segelas air dengan sendok juga, di minumkan pelan pelan pada Hendra yang sedang pingsan. Arya dan Davin memijit pelan kaki nya agar Hendra bisa segera sadar, seluruh tubuh pria ini dingin seperti es.
"Ini tidak bisa di tinggal tidur, bahaya kalau dia nekat lagi." ujar Bu Yuni.
"Tidak apa apa kok, Bu! nanti akan ada yang menjaga nya." jawab Davin pelan.
"Saya akan tidur sama dia malam ini, kasihan juga kalau di tinggal sendirian." ucap Ayah Hendra.
"Kalau siang saja di temani nya, Pak! biar lah malam dia sendirian, agar Hendra juga punya ruang." saran Arya.
"Oh gitu ya, Mas? ya sudah kalau baik nya memang begitu, nanti saya akan tidur di luar saja biar cepat dengar kalau ada apa apa." ujar Ayah Hendra.
"Ya allah begitu berat cobaan anak ku, baru saja akan bahagia tapi sudah dapat kemalangan." Bu Desi menangis pilu.
Semua yang mendengar juga jadi iba karena mereka pun kasihan pada Hendra, Sam melirik Landak yang menyembunyikan wajah nya terus sejak tadi, saat di paksa untuk menoleh maka terlihat lah mata yang bengkak.
"Kau menangis?" tanya Sam tercengang.
"Kasihan aku sama dia! aku tau rasa nya seperti apa, karena aku pernah dalam posisi ini." jawab Landak.
Sam merangkul pundak Landak agar senior nya lebih tenang, nanti urusan mereka. Malah kacau bila yang menjaga juga menangs, sudah cukup yang di jaga saja yang menangis pilu karena jujur saja dalam hati tidak bisa rela menerima bahwa sang istri sudah tiada.
Huhuhuuu perut othor sakit habis makan seblak😭😭
Terima kasih up nya untuk hari ini. Semangat terus ka 💪
Sehat selalu 😄