Kisah ini tidak lengkap. Bahkan setelah kematian, kita takkan mengatakan {selamat tinggal}.
__________________***________________
Ini adalah kisah cinta terlarang, dimana hanya ada air mata yang selalu menemani. Perjuangan yang begitu besar hingga pengorbanan dan nyawa menjadi taruhan.
“Apa salahnya jika mencintai? Apa salahnya jika kami ingin menikah? Sudah sekian lama kami dipisahkan, dan takdir mempertemukan ku kembali dengannya. Tepat dibawah menara Eiffel! Tapi lagi-lagi takdir memisahkan kami lagi, saat aku mengandung anaknya. Dan perpisahan ini berlanjut lagi sampai 14 Tahun! Hingga usia anak kami 13 Tahun, dan aku selalu menunggunya di bawah menara Eiffel.
Tapi tetap saja, dia belum kembali tanpa kabar.”
~Cassea Laura Chadwick~
________________________________
Apakah dia sudah memiliki keluarga sendiri? Apakah dia melupakan ku?
Mungkinkah, Tuhan sudah mengambilnya dariku?
_________________________________
°~°~°~°~°~°~°~°~°~°~°~°~°~°~°~°~°
Mohon Dukungannya ✧◝(⁰▿⁰)◜
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Four, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
MERCI : BAB 16
DARI GURU KE TEMAN
Kini di rumah hanya ada Cassea yang masih duduk di kursi menghadap ke arah jendela besar, sembari menekuk kedua kakinya sampai ke dada miliknya. Sampai lamunannya terhenti saat suara ketukan dan suara pintu terbuka menyadarkan Cassea kembali.
“Cassea! Kau sedang apa?” tanya ibunya yang baru saja masuk dan memegang pundak Cassea. Ya! Itu adalah Emma.
“Siapa yang menyuruhmu masuk tanpa izin dariku?” tanya balik Cassea sinis, seolah tidak peduli meski Emma adalah ibu tirinya. Emma menghembuskan nafas panjang, lalu mendekatkan wajahnya ke arah Cassea dengan ekspresi yang berbeda.
“Seharusnya kau tidak perlu mengatakan semua itu, karena itu hanya sia-sia saja. Ayahmu tidak akan pernah luluh pada mu! Jadi itu sia-sia!! Lebih baik kau fokus pada pemburu yang akan memangsa hewan!!” ucap Emma tersenyum tipis, lalu berjalan keluar. Sedangkan Cassea terkejut dengan ucapan ibunya tadi, seolah ucapan itu seperti sebuah ancaman namun. Cassea masih bingung dengan maksudnya.
***
Cassea sudah membuang waktu dengan duduk diam di rumah, kini dia menunggu kedatangan Zach di toko paman Ello, karena hanya tempat itu saja yang bisa membuatnya bertemu dengan Zach.
Waktu terus berjalan, hingga suara mobil Zach terdengar dekat. Tidak lama jendela mobil terbuka tepat dihadapan Cassea yang masih setia berdiri.
“Masuklah!” pinta Zach. Cassea menurut dan masuk kedalam mobil, tanpa basa basi.
Mobil kembali berjalan menelusuri jalanan. Di dalam, Cassea dan Zach saling diam seperti orang asing yang baru saja kenal. Sampai wanita dengan rambut panjang terurai itu, membuka suara.
“Terima kasih sudah menasehati ku!” ucap Cassea tersenyum menoleh ke arah Zach.
Zach hanya membalasnya dengan senyuman manis dan lega, sementara Cassea yang juga sudah merasa lega kembali mengoceh seperti biasa.
Mungkin sekitar dua jam mereka menempuh perjalanan dan akhirnya sampai juga di sebuah bangunan besar dan indah. Kedua orang tadi turun dari mobil, Cassea begitu terpanah dengan bangunan yang belum pernah dia datangi. Bangunan berbentuk piramida yang terbuat dari kaca, tidak hanya itu, banyak sekali orang yang ingin melihat isi di dalamnya.
“Apa kau tahu, ini bangunan apa?” tanya Zach.
“Museum Louvre! Aku pernah mendengar, tapi belum pernah kesini!” jawab Cassea tersenyum lebar.
Zach segera mengajak Cassea masuk kedalam. Dan saat berada di dalam, pesona Cassea bertambah saat melihat isi yang ada di dalamnya, banyak sekali lukisan dan karya seni terkenal yang ada disana.
Cassea dan Zach mulai berjalan menelusuri museum tersebut, sambil berjalan dan melihat, Zach juga tidak lupa untuk menerangkan semua lukisan yang ada disana kepada Cassea. Seolah Zach menjadi guru sungguhan untuk Cassea.
Tiga jam mereka berkeliling museum sampai kaki Cassea merasa pegal, juga puas melihatnya. Mereka berdua memutuskan untuk keluar dan duduk sembari melihat pemandangan sekitar.
Zach baru saja tiba di suatu tempat dan memberikan sebuah roti kering kepada Cassea yang masih duduk santai. Kini mereka duduk bersebelahan sambil menyantap sebuah roti yang masih hangat.
“Kenapa aku tidak bertemu dengan mu dari dulu.” Heran Cassea yang masih penuh roti di mulutnya.
“Kenapa seperti itu?” tanya Zach heran.
“Ini kali pertama ku pergi ke tempat-tempat seperti ini! Yah.. meski aku lama tinggal di Paris, namun saat aku berumur belasan, ayahku melarang ku untuk pergi kemanapun.” Jawab Cassea seraya menyantap roti di tangannya.
Zach yang awalnya sibuk menyantap rotinya, kini berhenti dan menoleh ke arah Cassea, saat Cassea mengatakan itu kepada Zach. Zach tidak tahu apa yang dimaksud Cassea. Bahkan pria itu melamun dengan tatapan tegak memandang kearah Cassea.
“Habis...! Sekarang kita kemana! Aku masih memiliki waktu sebelum aku pergi kuliah!” ucap Cassea melihat ke arah Zach yang masih diam memandanginya.
“Hey!” Kaget Cassea memegang pipi Zach dengan tangannya yang lembut membuat Zach tersadar dan tersipu malu, lalu kembali melihat ke rotinya yang hanya tinggal dua gigitan saja.
Selesai menghabiskan roti, Zach berdiri dan berjalan pergi begitu saja meninggalkan Cassea yang berjalan mengikutinya dari belakang.
.
.
.
Selanjutnya Zach masih tidak tahu harus membawa Cassea kemana lagi, akhirnya dia hanya melewatkan Cassea di tempat yang penuh dengan burung merpati. Cassea melihat banyak sekali burung disana, rasanya tubuh Cassea ingin terbang bersama merpati tersebut. Wanita itu sangat lah sederhana, bahkan disaat melihat burung pun, ia sudah merasa cukup senang.
Cassea melihat ke arah Zach dengan senyuman. “Berhenti disini!” pinta Cassea mendadak. Saat mobil sudah berhenti perlahan, Cassea langsung turun dan berlari ke arah merpati-merpati yang asik diam dengan berkelompok.
Kedatangan Cassea yang berlari dengan merentangkan kedua tangannya, membuat para merpati itu berterbangan sehingga memperlihatkan pemandangan indah luar biasa, yang penuh dengan burung merpati. Ditambah dengan suara kepakan sayap yang tidak karuan.
Zach hanya diam melihat di dalam mobil. Senyuman yang begitu lebar di wajah Cassea membuatnya merasa ikut senang. Seketika, hatinya berdegup kencang saat melihat senyum lebar Cassea.
📖📖📖
(“Senyuman mu begitu lebar dan cantik. Lagi dan lagi aku merasakannya, ada apa di dalam dirimu, sehingga kau bisa mencairkan hati es ini... Apa yang ada di dalam diri mu, yang selalu membuatku ingin melihat mu tersenyum.... ”)
📖📖📖
Senyuman terukir di wajah Zach yang masih setia menatap ke arah Cassea. Dari kejauhan Cassea melambai, menyuruh Zach keluar bersamanya, namun Zach menolak.
DERRT! DERRT! Suara dering ponsel milik Zach berbunyi. Dengan segera dia mengangkatnya, karena itu tertulis dari ibunya, wanita pertama yang dia cintai. Seorang <
["Ada apa Ibu?"] tanya Zach.
["Tidak ada, Ibu hanya merindukan mu!! Kau ada dimana sekarang?"] tanya balik ibunya yang sangat sayang padanya.
["Aku sedang bersama temanku!"] jawab Zach tersenyum.
["Baiklah, Ibu hanya ingin mendengar suaramu saja!!"]
Tidak lama Cassea masuk ke dalam mobil dan melihat Zach baru saja selesai menelfon dengan seseorang yang tidak lain adalah ibunya.
“Kau baru menelfon siapa?” tanya Cassea penasaran.
“Ibu ku!!” jawab Zach.
Cassea tersenyum, entah kenapa saat Zach menjawab ibunya, Cassea seperti merasakan sesuatu yang mengikat di hatinya. Apa karena dia juga ingin bertemu dengan ibu kandungnya yang sudah lama pergi.
“Kau sudah selesai?” tanya Zach.
Cassea mengangguk, “Hm!"
Kini saatnya Cassea kembali ke kampusnya. Sebelum pergi ke kampus, mereka mampir untuk makan siang, dan seperti biasa juga Cassea yang akan membayarnya. Memang berlarian ke arah burung-burung adalah hal yang tak berguna, namun itu juga bisa melegakan hati.
Saat berada di sebuah restoran kecil, mereka mulai memesan, Cassea yang saat ini uangnya menipis, dia hanya pesan air es yang mungkin gratis. Sementara Zach tidak tahu memesan apa.
Cassea berusaha mengintip apa yang dipesan Zach, apakah uangnya akan cukup untuk membayar makanan mereka. Saat berhasil melihat makanan yang dipesan Zach, Cassea melebarkan kedua matanya dan terkejut saat melihat harga yang dipesan Zach.
“Kau serius hanya memesan air es?” tanya Zach.
“Iya, aku tidak lapar!” jawab Cassea tersenyum dengan paksaan.
Saat Zach sibuk melihat ke arah lain, Cassea mencoba menghitung semua uangnya untuk total makanan Zach dan minumannya. Dan malunya lagi! Zach tidak sengaja mengintip, ia lalu menahan senyumnya saat melihat wanita yang ada di depannya itu kebingungan.
15 Menit.
Makanan tiba, Cassea sangat tergoda dengan pesanan milik Zach, namun dia hanya bisa meminum air es saja saat ini. Sementara Zach dengan nikmatnya menyantap makanan lezat itu tepat di depan mata Cassea.
KRUC... Suara perut yang begitu keras sampai Zach pun juga mendengarnya. Cassea mencoba menahan perutnya namun tidak bisa. Dia hanya bisa tersenyum malu saat tahu kalau Zach juga mendengar perutnya kelaparan.
“Kau lapar, kenapa tidak pesan makanan saja?” saran Zach.
“Ah.. tidak perlu, perutku biasa seperti ini!!” jawab Cassea yang tidak mau jujur, karena merasa tidak enak jika dia tidak membayar makan siang Zach, karena itu sudah kesepakatan mereka.
Wajah Cassea begitu sedih sekali, Zach sudah menghabiskan makanan nya dengan sangat lahap dan dia harus menahan rasa laparnya sampai pulang nanti. Entah apa yang dipikirkan Zach saat ini.
sedang ayah cassea tdk setuju & akan kah cassea mampu utk memperjuangkan cinta nya kpd zach 😀😍🫢🤭
cassea anak mafia..
Ellan sahabat kecilnya cassea..
apakah zach itu ellan ???
zach sprtu nya peduli dng kehidupan cassea ..
ada hubungan apa dng lowray ayah cassea?
zach & caseea