Akibat dari cinta satu malam, membuat Vie harus merelakan masa mudanya. Setelah dikeluarkan dari kampus, ternyata Vie juga diusir oleh ayahnya sendiri karena Vie telah mencoreng nama baik keluarga.
Lima tahun berlalu, kehidupan pahit Vie kini telah terobati dengan hadirnya sosok Arga, bocah kecil tampan yang sedang aktif berbicara meskipun kini tak tahu dimana keberadaan ayahnya.
Namun, siapa yang menyangka jika selama ini Vie bekerja di perusahaan milik keluarga kekasihnya. Hal itu baru Vie ketahui saat kekasihnya mulai mengambil alih perusahaan.
Masih adakah rasa yang tertinggal untuk sepasang kekasih di masa lalu ini? Mari kita ikuti kisahnya 😊
IG : teh_hijaau
FB : Teh Hijau
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon teh ijo, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
Hidden Baby 25
Aku up lagi nih, mana kembang kopinya untuk othor ?? 🌹☕
Vie memejamkan matanya untuk sejenak saat tangan Dirga mulai melingkar di perutnya. Sentuhan hangat yang ia rindukan, kini bisa ia rasakan kembali.
"Ga, jangan sekarang ya. Othornya puasa, nanti puasanya gak afdol karena membuat cerita malam kedua kita," pinta Vie.
Sebagai lelaki normal, Dirga tidak bisa untuk menahan hasrat yang sudah menggebu. Bahkan Dirga sudah tidak sabar untuk mengulang malam panas seperti lima tahun lalu.
"Tapi aku menginginkan sekarang Vie," bisik Dirga tepat di telinga Vie.
"Ga! Hentikan! Hargai Othor dan pembaca oke!"
Vie segera membalikkan tubuhnya lalu memandang wajah Dirga dengan berbinar. Sambil memegang wajah Dirga, Vie berkata, "Sudahlah jangan ngambek. Masih banyak waktu yang akan kita lalui bersama. Sabar dong." Vie mendaratkan kecupan di pipi Dirga agar tak ngambek berkepanjangan.
Dirga terkejut. Matanya membulat karena ini pertama kalinya Vie berinsiatif untuk menciumnya lebih dahulu. Bahkan saat mereka masih sekolah, Vie tak pernah mau untuk mencium lebih dulu.
"Masa cuma disitu aja. Ini juga dong. Udah lima tahun dianggurin." Dirga memonyongkan bibirnya.
Kecupan kilat mendarat di bibir Dirga namun, Dirga tetap tidak terima karena hanya sekilas lewat saja.
"Bukan gitu, Vie. Kamu lupa ya caranya? Sini aku ajari lagi."
Tet tot tet tot skip
Malam kedua mereka berlalu begitu saja karena tak ingin membuat othor khilaf dan terlalu tinggi mengkhayalnya akhirnya sepasang pengantin baru itu memilih tidur saja tanpa ada melakukan kegiatan malam keduanya. Sebelum tidur Dirga mendengarkan Vie yang bercerita mengenai perjuangannya hingga saat ini. Mulai dari di usir dari kampus hingga di usir oleh ayahnya sendiri. Melalui hari-harinya seorang diri, dan akhirnya Arga menemani hari-hari saat itu. sungguh Dirga tak bisa membayangkan bagaimana sulitnya Vie menjalani hidupnya saat itu. Dirga mengecup kepala Vie dan meminta maaf berulang kali.
Tanpa sadar sang fajar mulai menyingsing namun, keduanya juga belum bangun. Mungkin karena mereka berbincang hingga larut malam.
Tangan kekar melingkar sempurna di pinggang Vie, begitu juga sebaliknya. Tangan Vie juga melingkar erat di pinggang sang suami. Bak seperti orang kedinginan, Vie masuk ke dalam dekapan Dirga yang tidur tanpa mengenakan baju.
Di luar sana mama Anggi dan Arga lama mengetuk pintu kamar pengantin dengan keras meskipun tahu pintu sebenar tidak dikunci tapi mama Anggi takut jika kedua manusia yang sedang menikmati malam keduanya sedang bercocok tanam, menanam ubi. Pasti akan malu jika anaknya memergoki mereka.
"Oma, kenapa meleka tidak mau membukakan pintu?" keluh Arga.
"Mungkin mereka sedang kelelahan dan belum bangun," jawab mama Anggi.
Karena tak sabar menunggu ayah dan bundanya membuka pintu, Arga langsung menyerobot masuk.
Mata bocah kecil itu harus ternodai oleh pemandangan alam pagi ini, dimana bundanya begitu posesif memeluk ayahnya.
"Bunda … bangun! Alga mau sekolah!" teriak Arga sambil menyibakkan selimut yang digunakan untuk menutup tubuh ayah dan bundanya.
Mama Anggi menutup matanya saat anaknya tak mengenakan baju alias telan.jang dada. Dia pun segera mengambil Arga agar menjauh dari tempat tidur.
"Gak boleh gitu, Nak. Itu namanya gak sopan," tutur mama Anggi
"Tapi meleka udah jahat sama Alga, Oma. Meleka bobok baleng sambil pelukan. Bunda gak sayang lagi sama Alga.".
Mendengar suara ribut-ribut, Vie dan Dirga sama-sama mengerjap sambil mengucek matanya.
"Kalian ngapain sih ribut disini?" tanya Dirga sambil menguap.
Saat ditatapnya, Arga sudah melipatkan tangan ke depan dengan bibir manyunnya.
"Kamu kenapa, sayang?" tanya Vie dengan lembut. Wanita itu tahu jika sang anak sedang merajuk.
"Bunda jahat, udah gak sayang lagi sama Alga," teriak Arga.
Mama Anggi bernafas lega saat melihat Dirga dan Vie tidak seperti apa yang dipikirkan. Mama Anggi takut jika keduanya kelelahan akibat menanam ubi dan tak sempat memakai pakaian mereka, ternyata dugaan mama Anggi salah besar.
*
*
*
Pagi ini Arga benar-benar merajuk kepada kedua orangtuanya dan terpaksa opa-nya yang harus turun tangan untuk mengantar Arga ke sekolah. Arga tidak ingin berangkat bersama ayahnya.
"Alga gak mau pelgi sekolah. Alga gak temenan lagi sama dia." Jari Arga menunjuk kearah Dirga.
"Kok gitu, Sayang? Kasian ayah dong, nanti dia nangis," ucap Vie.
"Sudahlah, kalian berangkat saja ke kantor. Nanti biar papa yang antar Arga," saran papanya Dirga.
Dirga berteriak dalam hati. Pagi ini akhirnya dia bisa juga jalan berdua bersama dengan Vie. Dengan senyum yang melebar Dirga berkata, "Baiklah kalau begitu Dirga berangkat dulu, tapi nanti saran aku mama juga harus ikut mengantar Arga, takutnya nanti papa salah kelas." Dirga terkekeh sebelum meninggalkan Arga yang susah untuk dibujuk.
Dirga sengaja mengemudikan dengan kecepatan rendah dan melambat. Matanya tak henti untuk menatap Vie yang menurutnya semakin cantik dan lebih berisi di bandingkan lima tahun yang lalu. Apalagi saat mata Dirga berhenti di bawah leher Vie, Dirga hanya bisa menelan salivanya.
Astagfirullahaladzim Thor, ingat masih siang ini. Jangan buat puasa kami batal, oke!
"Vie," lirih Dirga.
"Hmm," sahut Vie.
"Kayaknya kita harus sewa seseorang untuk mengasuh Arga deh, kasian dia gak ada yang ngurusin kalau kita kerja," saran Dirga.
Mata Vie menatap Dirga yang sesekali mencuri pandang kepada dirinya.
"Aku gak setuju. Untuk apa nyewa pengasuh untuk Arga? Biar kamu bisa main belakang bersamanya saat aku gak ada? Lagian aku sekarang sudah menjadi istri kamu. Seorang Dirgantara Wiraguna, anak tunggal dari WIR group, jadi untuk apa aku bekerja lagi, apakah kamu gak akan kasih aku uang bulanan?"
Seketika itu Dirga langsung menelan kasar salivanya. Ucapan Vie memang ada benarnya, masa iya istri dari CEO muda ikut banting tulang di perusahaannya? Kan lucu. Tapi … Dirga sangat tidak membenarkan tuduhan Vie tentang bermain belakang. Bermain depan saja belum ia dapatkan. Lagian lebih enak main depan dari pada main belakang.
Astagfirullahaladzim Dirga!!!! Stop ocehanmu sebelum sandal ini melayang ke mulutmu!
Sesampainya di kantor, Vie mendengar namanya di panggil. Suara yang sudah familiar baginya, siapa lagi jika bukan suara Haikal.
Haikal mengentikan langkah Vie yang ternyata sekarang adalah istri dari bos-nya.
"Kamu kenapa bisa berangkat satu mobil dengan pak Dirga?" Mata Haikal menatap Dirga dengan penuh rasa penasaran.
"Oh itu … kebetulan ketemu di jalan pas antar Arga sekolah," bohong Vie.
"Oh." Haikal bernafas lega.
"Kamu sama Arga sekarang tinggal dimana? Katanya ayahnya Arga udah kembali? Kamu rujuk sama ayahnya Arga?"
Vie menggigit bibirnya pelan sambil menatap kearah Dirga yang masih mengawasinya sambil memasukkan kedua tangannya ke saku celana.
Dirga hanya ingin tahu seberapa dekat hubungan Vie dengan Haikal.
Disisi lain Arga terpaksa harus diantar oleh Wira untuk ke sekolah. Sesuai dengan apa yang diucapkan oleh Dirga, mama Anggi turut dalam pengantaran Arga hingga ke depan kelas. Di sana semua anak-anak sedang di tunggu oleh gurunya yang sangat ramah tetapi meresahkan untuk kaum ibu-ibu. Senyum yang indah dan tubuh yang aduh haii, membuat mata tak jengah untuk memandang.
"Selamat pagi Arga. Wah tumben nih bukan ayah bunda yang mengantar Arga?" tanya Miss Queen.
"Alga lagi gak temenan sama ayah, Miss," adu Arga.
"Lho kenapa, Sayang?"
"Ayah jahat, Miss."
Miss Queen membelai rambut Arga dengan lembut sebelum menyuruh Arga untuk masuk kedalam kelas. Namun, sebelum itu Miss Queen yang merasa penasaran menanyakan kedua orang yang telah mengantar Arga. Jika dilihat mereka dari golongan orang yang berada.
"Bu, titip cucu saya, ya," ucap Wira.
Miss Queen dengan senyum manisnya berkata, "Panggil Miss Queen saja Pak. Ibu terlalu tua buat saya yang masih melajang." kekeh Miss Queen pelan.
"Tenang cucu bapak dan ibu aman berada disini," lanjut Miss Queen lagi.
Dari sini mama Anggi tau apa maksud dari ucapan anaknya tadi, maka mama Anggi segera mengajak suaminya untuk meninggalkan sekolah Arga. Lama-lama di sekolahan Arga bisa membuat tensi mama Anggi naik lagi. ( Sabar ya Oma )
Jika gurunya seperti ini, bukan cuma anak muridnya yang betah, tapi ayah mereka juga betah satu harian menunggu anaknya. Mama Anggi menggerutu dalam hati.
🌹 Bersambung 🌹
Hayo jangan lupa dukungan kalian biar novel ini rutin up-nya ☕☕🌹🌹