NovelToon NovelToon
Tuan Kuda Laut & Nona Ikan Guppy

Tuan Kuda Laut & Nona Ikan Guppy

Status: sedang berlangsung
Genre:Romantis / Fantasi / Cintamanis / Murid Genius / Angst
Popularitas:32.7k
Nilai: 5
Nama Author: yellowchipsz

Di sekolah, Dikta jatuh hati pada gadis pengagum rahasia yang sering mengirimkan surat cinta di bawah kolong mejanya. Gadis itu memiliki julukan Nona Ikan Guppy yang menjadi candunya Dikta setiap hari.

Akan tetapi, dunia Dikta menjadi semrawut dikarenakan pintu dimensi lain yang berada di perpustakaan rumahnya terbuka! Pintu itu membawanya kepada sosok gadis lain agar melupakan Nona Ikan Guppy.

Apakah Dikta akan bertahan dengan dunianya atau tergoda untuk memilih dimensi lain sebagai rumah barunya?

Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon yellowchipsz, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri

Teleponan

...٩꒰。•‿•。꒱۶...

...𝙏𝙐𝘼𝙉 𝙆𝙐𝘿𝘼 𝙇𝘼𝙐𝙏 & 𝙉𝙊𝙉𝘼 𝙄𝙆𝘼𝙉 𝙂𝙐𝙋𝙋𝙔...

...© Yellowchipsz...

...—Semua yang ada padamu adalah anugerah, bahkan suara cantikmu mampu menenangkan kekhawatiran berlebih akan masa depan.—...

...٩꒰ɵ̥̥▿ɵ̥̥●꒱۶...

"SEMESTA! ADA CHAT DARI SAILA!!!" geger Dikta yang otomatis melompat dan berjungkir balik di atas kasur.

Dikta mendapatkan pesan dari Saila, itu berarti smartphone Saila sudah kembali ke tangannya. Belum sempat Dikta membalas karena gelagapan, pesan baru masuk lagi.

"BOLEEEH!" jawab Dikta secara lisan. Tuan Kuda Laut ini menyembunyikan muka merahnya di balik bantal. "BOLEH BANGET, HUOY! GIMANA CARA NGEBALES PESAN??? TANGAN GUE MENDADAK KRAM, OY SEMESTA!!!"

"Mama Nyla!" ucap Dikta terharu. Harapannya makin besar dan penuh keyakinan. Dia optimis bisa meluluhkan hati mamanya Saila karena sudah diterima dengan baik.

"Astaga! Apa dia mau ngaku sebagai Nona Ikan Guppy? Tapi, kenapa harus jam dua belas malam?" tebak Dikta gugup dan riang.

Dikta memposisikan dirinya duduk bersila manis di tepian ranjang. Jemarinya langsung menekan tombol panggilan. Uap napasnya kian menderas hingga ia sudah berani mengambil langkah untuk menelepon gadis itu lebih dulu.

"H-ha-halo." Dikta tergagap.

📞 "Halooo." Suara Saila amat lembut.

Dikta hampir meleleh menjadi cokelat lumer dibuatnya. Namun, dia segera fokus kembali pada telepon. “Saila, suara kamu lucu di telepon. Pffft.”

📞 "Hihi! Suaraku jadi agak beda ya, Dikta? Aku senang bisa dengar suara Dikta malam ini."

“A-aku juga senang,” jawab Dikta menahan umpatan akibat salah tingkah mendengar suara Saila yang memang sangat cantik.

📞 "Ummm." Saila terdengar malu-malu.

Mereka diam sesaat, saling menahan gejolak cinta yang meletus-letus di hati. Di malam ini, rasanya penuh kehangatan dan rona. Mereka berharap pada semesta untuk dipersatukan, tapi semesta hanya membisu dan menikmati perjalanan cinta keduanya.

"Salia, besok ...," ujar Dikta menahan gugupnya.

📞 "Iya. Besok jadi, Dikta!" seru Saila tidak sabar.

"Saila, hp kamu 'kan sempat dibawa Arjuna. Kalau hp ini udah di kamu, berarti kamu sempat bertemu dia?" tanya Dikta pelan.

📞 "Iya, Dikta. Tadi aku minta hpku kembali sambil nakut-nakutin dia. Huhft!" sebal Saila dengan bangga.

"Nakut-nakutin gimana, Saila?" tanya Dikta tertarik mendengarnya.

📞 "Kubilang ke Juna untuk bersiap-siap menghadapi serangan hantu Lingga! Hawww!" jawab Saila meniru erangan hantu di film.

"Huahahah!" tawa Dikta puas bercampur rasa gemas mendengar keimutan Saila. "Pasti pening kepalanya si Juna. Eh, tapi ... aku sempat mukul dia. Apa keadaan Juna baik-baik aja?" Dikta bisa-bisanya masih mencemaskan kondisi Arjuna. Namun, beda cerita jika Lingga tak terselamatkan.

📞 "Juna udah baik-baik aja ‘kok walau besok kayaknya nggak sekolah. Mau istirahat," jawab Saila santai agar Dikta tak usah memikirkan itu.

"Maaf, Saila. Kalau boleh tahu, hubunganmu sama Juna itu gimana?" tanya Dikta butuh sedikit penjelasan.

📞 "Sahabat dari kecil," jawab Saila terdengar kurang valid.

"A-ah, pantesan dia protektif banget sama kamu. Sahabat dari kecil, ya?" angguk Dikta agak lega meski belum puas meneliti hal itu.

📞"Bagaimana dengan Puri, Dikta?” tanya Saila penasaran juga.

“Kenapa dengan Puri?” tanya Dikta bingung.

📞"Puri kelihatan suka sama Dikta!” yakin Saila mengenai tatapan mata Puri terhadap Dikta.

“A-ah, nggak. Mana mungkin. Puri ‘kan sama Lingga,” kata Dikta kikuk membahasnya.

📞"Puri memang sayang Lingga, tapi mata Puri nggak bisa bohong setiap lihat Dikta!” tangkap Saila mengenai perlakuan Puri ada spesialnya pada Dikta.

“Aslinya Puri sayang banget sama Lingga. Kami udah sahabatan dari SMP. Puri udah kayak adek bagi aku, Saila,” jelas Dikta, tak ingin mengingat rasa sukanya pada Puri terdahulu.

📞"Emmm. Baiklah, Dikta. Kita mau bahas apa lagi, ya?" pikir Saila tidak ingin kehabisan topik terlalu cepat.

"Emmm, oke. Tadi kamu bilang mau ngucapin sesuatu?" tanya Dikta mempersiapkan diri. "Nggak perlu nunggu tengah malem, Saila. Sekarang boleh kok. Kasihan matanya ngantuk."

📞 "Kalau ngucapin di tengah malem itu rasanya istimewa, tapi daripada telat ... aku ucapin sekarang ya, Dikta."

"I-iya," kata Dikta bersiap-siap mendengarkan ucapan itu. Napas Dikta beradu dengan derasnya hujan yang datang tanpa diduga. Dersik malam memeluk asanya.

🌧🌧🌧

📞 "Selamat ulang tahun, Radikta Manik."

Dikta tertegun. Itu bukanlah ucapan yang ditunggunya sejak tadi. Namun, hatinya terenyuh mendengar ucapan selamat ulang tahun dari seorang Saila. Dikta sampai melupakan hari lahirnya besok karena kebanyakan memikirkan hal lain yang mengguncang jiwanya.

📞 "Dikta udah tujuh belas tahun. Happy sweet seventeen. Semoga apa yang Dikta harapkan akan terkabul!"

"Aamiin. Makasih, Saila," balas Dikta terharu, "tapi kamu tahu dari mana kalau besok tanggal lahirku?"

📞 "Dari data siswa di sekolah. Hihi!" jawab Saila terkekeh di seberang sana.

Ah—iya. Dikta hampir melupakan siapa Saila ini, yaitu bagian dari keluarga pemilik SMA Permata Laut. Gadis guppy yang belum genap 17 tahun itu membuat hati Dikta menghangat meski belum mau mengaku juga tentang identitas si Nona.

📞 "Emmm, anu." Saila bertanya dengan kikuk. "Dikta mau kado apa? Jujur, aku bingung mau ngasih kado apa untuk Dikta. Dikta bisa bilang, nanti aku belikan."

"Eh! N-nggak usah, Saila! Nggak usah kado!" cegah Dikta yang tidak ingin merepotkan gadis itu.

📞 "Hmmm. Kamu nggak suka aku ngasih kado?" tanya Saila dengan nada merengek.

"B-bukan nggak suka, Saila. Uangnya bisa kamu gunakan untuk hal yang lebih penting."

📞 "Dikta penting!" tegas Saila.

Dikta terdiam sekaligus terharu.

📞 "Pokoknya nanti kadonya diterima 'ya apa pun itu, Ketua Kelasku!" kata Saila agar Dikta tak menolak lagi.

Dikta pasrah dan akan menerima kado dari Saila nanti. "Iya, Wakilku," kekehnya merasa lucu dengan panggilan itu.

📞 "Dikta, aku mau ke kamar mandi, menyikat gigi. Apa kamu bakal matiin telepon?" tanya Saila dengan nada murung.

"O-oh. Ya udah, sikat gigi aja. Aku nggak bakal matiin telepon kalau kamu belum mau matiin," ujar Dikta yang berhasil membuat gadis itu berseru senang.

Sungguh Dikta kegemasan sendiri saat Saila meninggalkan smartphone tanpa memadamkannya.

Tiba-tiba atensi Dikta tertuju pada secercah cahaya melintas di dekat pintu kamarnya yang sedikit terbuka.

"Nek?" panggil Dikta memastikan. Dia berjalan keluar dari kamarnya sambil mengantongi smartphone dalam keadaan diloudspeaker—di dalam saku piyamanya.

Lambat-lambat Dikta mengintipi kamar neneknya yang terbuka, dilihatnya sang nenek sudah tidur pulas tanpa mengenakan alat bantu dengar di telinga.

Sudah pasti bukan neneknya yang melintas di dekat kamarnya tadi. Hampir sulit menelan saliva, Dikta menggigit bibirnya yang meliuk kengerian.

“Cahaya apa itu tadi? Ikutin nggak, ya?”

Pintu perpustakaan rumah memang sengaja tidak pernah ditutup.

Dikta sudah memasuki tempat yang penuh memorabilia seorang Dirham. Namun, dia kehilangan jejak cahaya misterius yang diikutinya.

Karena sudah terlanjur tiba di tempat favorit abangnya ini, Dikta masuk saja dan merapikan beberapa buku yang susunannya terlihat kurang kukuh pada rak.

“Pangeran!!!” 🍃

Dikta nyaris jantungan mendengar suara perempuan begitu nyaring di dalam perpustakaan.

“S-siapa di sana???” tanya Dikta merinding lagi.

Bersambung … 👑

1
Ichacha
Anjayyy, menyala Purii😏🔥🔥
Ichacha
Ya makanya ngaku, apa susahnya 😭
Ichacha
Tuh kan, malah Puri yg nanya 😭
Ichacha
Taaa😭apa kamu merasa tidak pantas 😭 kamu jangan kayak gitu😭😭
Ichacha
Masih kepikiran dia😭😭😭
Ichacha
Ternyata keluarga nya dokter ya, gak semua tapi
Ichacha
Hah, kok bisa sama😭😭😭😭😭😭😭😭😭😭😭😭
Ichacha
Kenapa kok namanya Badroel sabar 😭😭😭
Ichacha
Aku baru tau, kalo Saila punya Abang, karena gak pernah disebut😭😭
Ichacha
Owalah itu😭
Ichacha
Badroel, kayak nama di Upin Ipin 😭😭🤣
Ichacha
Kenapa, apa kamu kenal?😭
Ichacha
Kenapa penasaran banget dan harus banget bahas ini lagi 😭
Ichacha
Bener, harus nya makasih, jadi kan gak perlu kalian nyari Tas lagi🙄😒
Ichacha
Heh, jorok, nyembur 😭
Ichacha
Diktaaa, bener tapi😭😭😭
Ichacha
Dikta masih kepikiran sama omongan nya Puri yaa, puri sih ngomong Ngadi2😭
Ichacha
Coba deh pikir, ngapain nikah kalo gak serumah, untuk apa coba😩
Ichacha
Apaan banget ortunya anj*r, masih sekolah begitu, disuruh nikah😭
Ichacha
Kalo kata gue mah, dia sama Arjuna itu di jodohin sama ortunya tapi Sailanya gak mau, tapi tetep aja nurut mungkin 😭😞😞
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!