NovelToon NovelToon
ELLARA

ELLARA

Status: sedang berlangsung
Genre:Teen / Teen School/College / Keluarga / Romansa
Popularitas:6.9k
Nilai: 5
Nama Author: HaluBerkarya

Ellara, gadis 17 tahun yang ceria dan penuh impian, hidup dalam keluarga yang retak. Perselingkuhan ayahnya seperti bom yang meledakkan kehidupan mereka. Ibunya, yang selama ini menjadi pendamping setia, terkena gangguan mental karena pengkhianatan sang suami bertahun tahun dan memerlukan perawatan.

Ellara merasa kesepian, sakit, dan kehilangan arah. Dia berubah menjadi gadis nakal, mencari perhatian dengan cara-cara tidak konvensional: membolos sekolah, berdebat dengan guru, dan melakukan aksi protes juga suka keluyuran balap liar. Namun, di balik kesan bebasnya, dia menyembunyikan luka yang terus membara.

Dia kuat, dia tegar, dia tidak punya beban sama sekali. itu yang orang pikirkan tentangnya. Namun tidak ada yang tahu luka Ellara sedalam apa, karena gadis cantik itu sangat pandai menyembunyikan luka.

Akankah Ellara menemukan kekuatan untuk menghadapi kenyataan? Akankah dia menemukan jalan keluar dari kesakitan dan kehilangan?

follow ig: h_berkarya

Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon HaluBerkarya, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri

Menemui Papa Morgan

Sepulang sekolah, Ellara tidak langsung pulang ke rumah, melainkan ke perusahaan Papanya. Dalam perjalanan, gadis itu masih memikirkan tentang Mama Delina yang mungkin saja masih enggan jika di bujuk oleh Arkana.

Tak terasa, motor Ellara sudah sampai di depan perusahaan Copper, yang terlihat sangat tinggi dan megah. Dia berjalan masuk, menemui petugas resepsionis. Ini adalah pertama kalinya Ellara menginjakkan kakinya lagi di perusahaan besar ini setelah bertahun tahun lalu. Pernah, tapi itu dulu banget, saat hubungan keluarga mereka masih terlihat harmonis.

Ellara tertegun, setidaknya ada banyak perubahan besar yang dia lihat dari ruangan tinggi menjulang tersebut. Tapi walau begitu, masih ada interior yang dapat Ellara kenali.

Dia berjalan menuju ruangan Papa Morgan, masuk begitu saja setelah di persilahkan oleh Om Ardan, sekertaris sekaligus asisten pria itu.

Begitu masuk, dapat Ellara lihat Papa Morgan yang sangat fokus di depan komputer, tanpa melihat ke arahnya.

“kamu datang,” walau arah pandangannya masih pada komputer, tapi Papa Morgan tahu yang datang itu adalah Ellara. Gadis itu hanya berdehem singkat, sebagai tanda menjawab pertanyaan Papa nya.

Ellara berjalan mendekat, tanpa di persilahkan, dia duduk di sofa tunggal, memperhatikan pria itu.

“Apa Anda tidak bisa meninggalkan dokumen itu lebih dulu?” tanya Ellara datar. Papa Morgan menghentikan aktivitasnya, melihat ke arah Ellara.

Pria itu berdiri dari kursi kebesarannya, melangkah dan duduk di hadapan Ellara.

“Ada perlu apa kamu datang ke kantor?” tidak salah, Papa Morgan bertanya seperti itu lantaran dia sedikit kaget karena Ellara kembali menginjakkan kakinya di sini.

Gadis kecil yang dulu sangat menanti kepulangannya dan akan terus berdiri di depan halaman rumah setiap sore, sempat Papa Morgan kehilangan momen itu. Gadis kecil yang ceria, selalu berlari memeluknya, berceloteh ria hingga mampu menghilangkan rasa lelah dari pria itu, kini berlaku asing beberapa tahun terakhir.

“Saya datang untuk meminta uang pada Anda,” jawab Ellara to the point. Cara dia meminta pun sangat datar. Papa Morgan kembali mengeryit kening.

“Apa transferan Papa kurang?” tanya pria itu. Ya, Ellara tidak pernah datang meminta seperti ini, jatah uang saku untuknya selalu pria itu berikan tanpa kurang. Bahkan mungkin sangat lebih dari perkiraan.

“Itu lebih dari cukup. Tapi saat ini Saya datang bukan minta uang saku, tapi uang pengobatan Mama,” jelas Ellara.

...----------------...

“Pengobatan? Bukankah selama ini Papa yang tanggung jawab mengenai semua itu?” tanya Papa Morgan bingung. Ellara menghela nafas panjang.

“Iya, tahu. Tapi Kali ini, Ellara yang akan ambil alih. Dia akan di rawat di rumah sakit jiwa di Singapura, Mama ak—“

“Apa?” Suara Papa Morgan sedikit meninggi. Bukan membentak, tapi kaget atas keputusan sepihak putrinya.

“Iya, Mama akan di rawat di Singapura, dan pastinya di tangani oleh dokter ahli terbaik”

“Ellara, kamu tidak bisa mengambil keputusan sepihak seperti ini, apalagi itu menyangkut kesehatan mama kamu, paham?” suara Papa Morgan sangat rendah. Dia memijat pangkal hidungnya, harus hati hati memberi sedikit pengertian pada putri keras kepalanya itu.

“Selagi keputusan itu adalah yang terbaik untuk Mama, maka saya ambilkan. Lagi pula, Anda tahu sendiri gimana perkembangan Mama selama di rawat di rumah sakit yang sekarang kan? Tidak ada kemajuan, bahkan mungkin hanya lebih buruk”

“Sudah mau tujuh tahun, tapi apa yang terjadi? Dia bahkan masih gitu gitu saja, dia tidak lagi menemani hari hari saya, dan saya rasa itu sudah sangat lama. Saya kehilangan sosok Mama yang dulu begitu peduli padaku, saya hanya ingin Mama sehat kembali, Mama merangkul saya, memberi pelukan hangat nya, bukan mengira saya adalah wanita itu” ujar Ellara dengan suara yang nyaris tak terdengar.

Mendengar itu, Papa Morgan terdiam mematung. Hatinya begitu teriris mendengar keluh kesah Ellara. Semua ungkapan gadis itu menohok dalam hatinya. Memang benar adanya, gadis itu kehilangan semua kasih sayang yang dulu begitu melimpah. Dan kesedihan Ellara berawal dari dirinya, Papa Morgan menyadari itu.

Dia beralih tempat duduk, duduk di samping Ellara. Pria itu hendak merangkul tubuh kecil Ellara, tapi cepat cepat tangan Ellara menghentikannya.

“Saya tidak sedang mencari perhatian Anda. Yang saya butuhkan saat ini adalah persetujuan dan persiapan dana untuk keberangkatan Mama beberapa hari ke depan, mungkin,” Ujar Ellara dengan cepat, membuat Papa Morgan harus menarik diri dan menghela nafas kecewa.

Rindu, itu yang pria tersebut rasakan. Dia rindu mendekap putri kecilnya, tapi apalah daya, Ellara sangat menjaga jarak dengannya sekarang. Hanya ada kenakalan dan perlawanan yang kerap kali gadis itu tampilkan selama ini.

“Baiklah, papa tidak bisa mencegahmu, Papa akan siapkan semuanya. Bilang saja berapa yang akan di butuhkan” putus pria itu pada akhirnya. Mungkin dengan dia berlaku seperti itu, bisa sedikit demi sedikit menggerakan hati Ellara nantinya. Memang dia tidak mengharapkan sekarang, tapi tak ayal, pria itu masih berharap penuh dapat kembali memeluk putrinya itu.

Mendengar putusan dari Papa Morgan, Ellara mengangguk. Setelahnya dia bangkit berdiri, tidak mau berlama lama ada di dalam ruangan yang mencengkam itu. Tanpa pamit, Ellara keluar begitu saja dari ruangannya.

Dari belakang, Papa Morgan memperhatikan punggung gadis itu yang perlahan menghilang di balik pintu.

.

.

Ellara keluar dengan wajah angkuhnya. Dia tidak peduli dengan tatapan karyawan yang mungkin bertanya tanya tentang keberadaannya.

Ellara membawa langkahnya menuju parkiran. Menaiki Brave, lalu melesat meninggalkan gedung tinggi itu.

Ellara melajukan motornya berlawanan arah. Menyusuri jalanan yang cukup sepi, dia dengan ugal ugalan melajukan motornya.

Melepas sedikit rasa yang menghimpit dadanya, Ellara bermain di jalanan. Suara bising motornya memekakan telinga, hingga gadis itu sampai di sebuah tempat yang terlihat seperti markas.

Memasuki area itu, Ellara di sambut dengan senyuman dari anak anak muda yang nongkrong di sana.

“Ellara, lama tidak terlihat batang hidungnya” teriak seorang pria yang sedikit mencolok di sana. Mereka berdiri, menyambut kedatangan Ellara.

“Sebentar malam mau balapan?” tanya Ellara dengan suara datarnya. Mereka yang ada di sana tersenyum tipis.

“Boleh, kamu mau balapan dengan siapa?” Austin, ketua genk motor yang cukup kenal dengan Ellara karena mereka sering satu area balapan liar.

“carikan lawan yang sepadan, aku mau ada sedikit tantangan malam ini,” titah gadis itu di angguki oleh Austin.

“Oh iya, pastikan taruhannya fantastis, biar kalian juga dapat banyak” sambung gadis itu dan di teriak heboh oleh anggota Austin. Tentu saja mereka senang mendengar itu, bonus yang selalu mereka dapat dari Ellara selama ini tidak main main.

“Baiklah, aku pastikan orang itu adalah lawan yang sepadan untukmu, nanti” jawab Austin final. Ellara mengangguk setuju, setelahnya pamit pulang dari sana.

...ΩΩΩΩΩΩΩΩΩΩΩΩΩΩΩΩ...

1
siti sopinah
sukaaaaa jalan ceritanya
💫0m@~ga0eL🔱
/Coffee/+5⭐ biar emosi reda /Smirk/
💫0m@~ga0eL🔱
baru baca udah bikin Oma naik darah /Joyful//Facepalm/
💫0m@~ga0eL🔱
karya nya bagus bikin emosi naik turun semangat author 💪
Anna🌻: makasih kak🥰🥰🥰
total 1 replies
💫0m@~ga0eL🔱
tarik dia, buka paksa bajunya ellara /Determined//Chuckle/
💫0m@~ga0eL🔱
semngat, hajar pelakor itu /Determined/
💫0m@~ga0eL🔱
asyik, ada pembalap cewek 🚴🚴🚴🚴🚴
Idahyanti Baco
lanjut dong
Anna🌻: oke, siapp
total 1 replies
Idahyanti Baco
bagus banget kok kurang peminatnya ya?
Anna🌻: makasih ya kak sudah baca, nantikan up selanjutnya ya
total 1 replies
Lulu💞
Bagus🥰🥰
siti sopinah
bagus banget jalan ceritanya
Anna🌻: makasih ya kak, nantikan terus ya🥰🥰
total 1 replies
cibyyy
jangan sampai salting juga thor😀
Anna🌻: setidaknya like
total 1 replies
ChaManda
maminya Gavin Hamidun kah???/CoolGuy/
IamEsthe
Lebih baik pakai garis panjang atas, dibandingkan garis panjang bawah.

"Kenapa diam? Anda sudah menyadarinya? Ya sudah, aku ke kam—"
IamEsthe: sama2 ya. ayo saling belajar bersama
Anna🌻: Noted, makasih koreksinya kak/Heart//Pray/
total 2 replies
IamEsthe
Terlalu panjang dialog tagnya, dibuat lebih ringkas dan epic agar pembaca suka dan tidak monoton
IamEsthe
Saran aja ya. Dialog tagnya terlalu panjang dan berbelit-belit, coba dipersingkat jadi lebih epic dan bagus.
IamEsthe
"Dia pulang," gumamnya pelan.

Koreksi sedikit ya.
ChaManda
lah kamu malah sibuk deketin si melon/CoolGuy/
ChaManda
kok aku nangis yaa/Frown/
ChaManda
cemburu, El?
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!