Sekuel Sincere Love My Husband.
"Jika mubtada saja membutuhkan khobar untuk membuat sebuah kalimat, maka Azura juga membutuhkan A Mahen untuk dijadikan imam dunia akhirat," ucap Azura dengan senyuman manis di bibirnya.
"Belajar dulu yang bener! Baru bisa menikah," cetus Mahen dengan wajah datar tanpa ekspresi.
Patah hati mampu membuat seorang laki-laki berparas tampan rupawan itu kehilangan jati dirinya. Mahendra Dirgantara dihadapkan dengan kenyataan, jika dirinya dikhianati dan dibuat patah hati oleh seorang wanita yang dicintainya.
Perginya Rima di dalam hidupnya, seakan membuat Mahendra hancur, sampai nekad mengakhiri hidupnya. Namun berhasil dicegah, tetapi laki-laki itu malah menjadi berubah drastis. Cuek, dingin, menyeramkan. Itulah dirinya sekarang.
Sampai suatu hari, Mahendra dipertemukan dengan seorang wanita cantik di masa kecilnya yang berusaha keras, meluluhkan hati yang sudah terkunci itu.
Akankah Mahen luluh oleh Azura? Atau memilih Rima kembali? Ikuti kisahnya!
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Lina Handayani, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
CHAPTER 6 : Sikap Yang Selalu Dingin
..."Sedingin-dinginnya es batu tetap saja pada akhirnya akan meleleh juga. Begitu pula dengan sikap manusia, sedingin dan secuek apapun dirinya, ujungnya akan luluh juga."...
...~~~...
Melihat Azura yang begitu keras kepala dan menginginkan untuk tinggal di pesantren itu, sehingga membuat Kyai Harun mengambil sebuah keputusan atas gadis itu.
"Berdirilah, Nak! Kamu bisa tinggal di sini," ucap Kyai Harun yang mulai bersuara lagi, setelah melihat Azura yang begitu keras kepala.
Azura yang tertunduk di bawah kaki Kyai Harun langsung saja tersenyum, dengan kedua sudut bibir yang melengkung memperlihatkan senyuman yang begitu manis.
Tidak lama dari itu, Azura berdiri dengan dibantu oleh Kyai Harun yang merupakan pendiri pondok Pesantren Darussalam.
Dengan kedua mata yang penuh harapan. Azura menatap lekat wajah Kyai Harun yang masih terlihat gagah dan tampan, walaupun usianya sudah terbilang cukup tua.
"Benarkah itu, Kyai?" tanya Azura setelah sekian lama memperhatikan wajah yang mulai tumbuh banyak keriput itu.
Kyai Harun langsung mengangguk dan menjawab, "Iya, kamu boleh tinggal di sini, tapi untuk beberapa hari ke depan saja."
Azura yang mendengar jawaban dari Kyai Harun nampak girang. "Terimakasih banyak, Kyai. Azura tidak akan melupakan ini, karena Kyai udah membantu Azura," ucapnya dan hendak memeluk tubuh kyai Harun. Namun, suara pria tua itu menghentikan tindakannya.
"Tapi ada satu syarat yang harus kamu penuhi," kata Kyai Harun tiba-tiba saja membuat Azura mencabikan bibirnya.
"Syaratnya apa itu, Kyai?" tanya gadis itu yang sudah siap dengan konsekuensi yang akan dihadapi olehnya di masa depan.
Kyai Harun malah tersenyum. "Syaratnya, selama kamu tinggal di sini, kamu harus menuruti aturan pesantren dan jangan melanggarnya. Hukum pesantren berlaku untukmu. Dan selama kamu di sini, kamu adalah santri putri di Pesantren Darussalam, semua kegiatan di sini harus kamu taati tanpa pengecualian!" tegas Kyai Harun yang membuat sebuah keputusan.
Kedua mata Azura langsung melebar sempurna, melihat dirinya saja yang merupakan anak dari seorang ustad di kotanya itu, dan abinya memiliki santri. Ia sama sekali, tidak menginginkan untuk mengikuti pelaturan yang berlaku di sebuah pesantren ataupun madrasah, Azura memilh untuk bebas tanpa tekanan.
"Aduh, di rumah Abi saja Azura enggak pernah serius ikut pengajian sama Abi, sekadar mendengarkan dari telinga kanan keluar telinga kiri, mau gimana nantinya di sini? Huh, tapi ini adalah jalan satu-satunya biar lepas dari paksaan menikah," batin' Azura berucap dengan kedua mata yang memutar ke sana ke mari, karena bingung harus memutuskan apa.
"Bagaimana, apa kamu sanggup memenuhi persyaratannya?" tanya Kyai Harun sekali lagi untuk meyakinkan Azura.
Gadis yang ditanya itu pun langsung mengangguk saja dan segera menjawab, "Iya Kyai, Azura mau tinggal di sini dan menuruti semua peraturan di sini."
Sebuah senyuman terlihat jelas dari raut wajah Kyai Harun, setelah Azura menjawabnya. "Alhamdulillah. Mulai besok, kamu sudah harus menaati peraturan yang ada di pesantren ini. Dan Mahen, tolong antarkan Azura ke asrama putri," ucapnya dengan penuh pengesahan.
"Mahen, Kek?" tanya laki-laki itu yang langsung membulatkan kedua matanya, seketika kakeknya itu meminta untuk mengantarkan gadis cerewet itu.
"Iya, kamu. Lalu siapa lagi kalau bukan kamu? Sedangkan gadis ini datang bersamamu. Dan selama gadis ini berada di Pesantren Darussalam. Kamu yang akan menanganinya," ujar Kyai Harun kepada sang cucu yang tadinya hanya diam saja.
Mendengar perkataan dari Kyai Harun, seakan mendukung Azura untuk melancarkan misinya yang ingin lepas dari pernikahan yang dipaksakan oleh kedua orangtuanya itu.
Azura melirik Mahendra sekilas dan tersenyum. "Yas, dengan begini. Bukan hanya pernikahan yang tidak Azura inginkan lepas, tapi juga bisa lebih dekat dengan A Mahen," gumamnya di dalam hatinya itu.
Mahen yang melihat Azura, seakan langsung melempar tatapannya ke arah lain untuk menghindari kontak mata dari gadis itu.
"Enggak usah senyum-senyum! Ayo, aku antar sekarang kamu ke asrama putri," ucap Mahen dengan lebih dulu berjalan meninggalkan Azura yang masih di dalam rumah Kyai Harun.
"Iya-iya, tunggu Azura dong A Mahen!" jawab gadis itu dengan sedikit berlari kecil untuk mengejar cucu dari pendiri pondok pesantren tersebut.
Sesampainya di depan pintu, Azura malah teringat akan sesuatu. Lantas, ia pun mulai bersuara kembali. "Kyai, terimakasih banyak sudah mau menerima Azura untuk tinggal di sini," ucap gadis itu dengan sedikit mendekati Kyai Harun agar terdengar oleh sang empunya.
"Iya sama-sama," jawab Kyai Harun sambil tersenyum kepada Azura yang juga tersenyum manis.
Setelah itu, gadis cantik yang memakai pakaian pengantin itu pun pergi dengan Mahen dari rumah Kyai Harun, sedangkan Kyai Harun dan anggota keluarga lainnya yang berada di dalam rumah hanya bisa menggelengkan kepalanya, melihat tingkah Azura yang nampak berbeda dari lainnya. Terlebih lagi, dilihat dari umurnya sangat berbeda jauh dengan sikapnya.
...ΩΩΩΩΩΩΩΩΩΩΩΩΩΩΩΩ...
Di perjalanan menuju asrama putri, Mahen masih sama-sama diam seperti sebelumnya, karena ia bukan tipikal orang yang sering berbicara dan hanya seperlunya saja, sehingga membuat Azura geram melihat sikap cueknya dan dinginnya laki-laki di depannya itu.
"A Mahen, kenapa dari tadi diam saja si?" tanya gadis itu yang tidak bisa menghilangkannya, apa yang menganjal di dalam pikirannya itu.
"Kita sudah sampai di depan pintu kamar asrama putri yang nantinya akan menjadi tempat tinggalmu, Azura." Bukannya menjawab pertanyaannya, laki-laki itu malah berbicara perihal yang lainnya lagi.
"Ih, A Mahen! Azura bukan tanya itu," seru gadis cantik itu dengan sedikit kesal terhadap Mahendra.
"Bodo amat. Masuklah dan bersihkan dirimu," sahut laki-laki itu yang malah berkata seperti itu kepada Azura.
"Ih, A Mahen! Yang bener saja?" ujar Azura yang tidak menyangka bahwa saudara yang dikenalnya sejak kecil itu banyak berubah.
"Hem," jawab Mahen sembari melenggang pergi dari hadapan Azura yang menantikan jawaban darinya.
"Ih, ngeselin deh!" cetus Azura dengan wajah yang sudah dibuat kesal, sehingga menarik perhatian di kawasan asrama putri itu.
Melihat kepergian Mahen dari asrama putri itu, seakan membuat Azura kesal. Akan tetapi, sikap cuek yang ditujukan oleh Mahendra kepada dirinya itu, seakan membuat Azura semakin tertantang.
"Lihat saja nanti, A Mahen. Sikap dingin dan cuek kamu itu akan Azura luluhkan!" kata gadis cantik yang tidak terima mendapatkan perlakuan cuek dan acuh dari Mahendra.
Walupun begitu, dulu laki-laki yang bersikap dingin itu begitu perhatian terhadap dirinya, tapi sekarang seakan Mahen berubah banyak sekali. Di lihat dari caranya berbicara saja, nampak tidak seperti dulu lagi yang penuh dengan kebahagiaan, dan penuh kasih sayang yang selalu laki-laki itu tunjukan kepada semua orang.
.
.
.
Gimana tuh? Penasaran gak? Kalau penasaran, ditunggu ya update selanjutnya! Berikan like sama komentar kalian yang banyak dulu, oke? Jangan sampai ketinggalan loh!
Oh ya, maafin Dek Author ya? Beberapa hari ke belakang enggak update, soalnya ada beberapa kendala. Mudah-mudahan ke depannya bisa update lagi ya. Ditunggu loh komentar sama like kalian.
lanjut....