Cerita ini mengisahkan tentang kehidupan seorang gadis yang sangat ingin merasakan kehangatan dalam sebuah rumah. Tentang seorang gadis yang mendambakan kasih sayang dari keluarganya. Seorang gadis yang di benci ketiga kakak kandungnya karena mereka beranggapan kelahirannya menjadi penyebab kematian ibu mereka. Seorang gadis yang selalu menjadi bulan- bulanan mama tiri dan saudara tirinya. Kehidupan seorang gadis yang harus bertahan melawan penyakit mematikan yang di deritanya. Haruskah ia bertahan? Atau dia harus memilih untuk menyerah dengan kehidupannya???
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon SunFlower, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
#17
Dengan sedikit ancaman dari Keyla akhirnya Aga dan Feli megizinkan Keyla untuk masuk sekolah. Keyla berjalan dengan diiringi oleh ketiga sahabatnya. Mereka benar- benar tidak membiarkan Keyla berada jauh dari jangkauan mereka.
"Kalau kamu mulai merasa lemas, pusing bahkan mual.."
Keyla merotasikan kedua matanya. "Aku akan langsung memberitahu kalian." Potong Keyla sambil menunjukkan wajah lelahnya. Pasalnya ini sudah lebih dari lima kali mereka mengingatkan dirinya.
Aga menghela nafasnya. ia membenarkan rambut Keyla yang sedikit berantakan. "Itu karena kami sayang, kami peduli dengan kamu Key." Ucap Aga sambil menatap wajah pucat Keyla.
"Aku tahu." Balas Keyla.
Mereka berempat melanjutkan perjalanannya menuju kelas.
Sesampainya di dalam kelas banyak dari teman- teman mereka yang menanyakan kondisi Keyla. bahkan semuanya mendoakannya untuk lekas sembuh.
Keyla tersenyum. Hatinya benar- benar menghangat. Inikah rasanya di perhatikan. Inikah rasanya di pedulikan. Selama ini Keyla selalu tertutup kepada teman- teman sekelasnya. Ia hanya akan berbicara dengan ketiga sahabatnya saja.
.
.
Sepulang sekolah Keyla di kejutkan dengan kehadiran Esa yang tiba- tiba saja sudah muncul di sampingnya. Ia sedikit limbung saat Esa menahan tangannya yang akan menaiki sepedah Aga.
"Kak Esa." Ucapnya.
"Ikut aku sekarang." Ucap Esa sambil menarik paksa tangan Keyla.
Keyla berusaha untuk memberontak. Ia berusaha untuk melepaskan tangannya dari cengkraman tangan Mahesa.
"Keyla tidak ingin ikut denganmu." ucap Aga sambil menahan lengan Keyla.
Mahesa menatap tajam ke arah Aga. "Jangan ikut campur, ini urusan keluarga kami." Ucap Mahesa.
Aga tersenyum sinis. "Keluarga. Keluarga macam apa yang sering menyiksa keluarganya sendiri?" Mahesa menatap tajam Aga.
Mahesa semakin menarik kuat pergelangan tangan Keyla. "Sakit kak." Ucap Keyla lirih.
"Lepas." Titah Mahesa karena Aga menahan tangan Keyla yang satunya.
"Tidak akan. Aku tidak akan membiarkannya untuk ikut dengan kamu."
Bugh.. Satu pukulan mendarat pada pipi Aga yang mengakhibatkannya langsung tersungkur.
Mahesa menarik krah seragam Aga lalu memberikan pukulan lagi kepada pipinya. "Ini akhibatnya kamu yang sok ikut campur."
Kondisi parkiran yang memang sudah sepi membuat Mahesa leluasa meluapkan amarahnya pada Aga dengan terus memberikan pukulan kepada Aga.
"Kak Esa. Berhenti. Jangan pukuli Aga lagi." Ucap Keyla sambil memeluk lengan Mahesa untuk menahannya agar berhenti memukuli Aga. "Keyla ikut kakak. Jadi stop pukul teman Key kak." Ucapnya sambil menangis.
"Key." Panggil Aga sambil menggelengkan kepalanya.
Keyla menatap Aga sendu. "Nggak papa Ga."
"Tapi Key.."
"Ck kalian terlalu banyak drama." Potong Mahesa sambil meraih pergelangan tangan Keyla lalu menyeretnya menuju mobil milik Mahesa.
Aga bergegas berdiri lalu menaiki motornya dan mengikuti mobil Mahesa dari belakang. Ia mengerutkan keningnya setelah hampir 20 menit perjalan yang ternyata Mahesa membawa Keyla menuju ke rumah sakit.
"Kak kenapa kakak membawa Key kesini?" Tanya Keyla sambil menatap Mahesa.
"Turun." Titah Mahesa mengabaikan pertanyaan Keyla.
Entah kenapa Keyla merasakan sesuatu yang buruk akan terjadi kepada dirinya.
Mahesa membuka pintu lalu menarik Keyla kasar. "Apa kamu tuli. Aku menyuruhmu untuk keluar." Ucapnya dengan suara tinggi sambil menutup pintu mobilnya.
Mahesa kembali menyeret Keyla. "Kak sakit." Ucap Keyla lirih.
Bruk. . Keyla terjatuh karena tersandung kakinya sendiri saat ingin menyamakan langkah kakinya dengan langkah kaki Mahesa. Mahesa yang geram segera membantu Keyla berdiri lalu kembali menarik Keyla untuk mengikutinya tanpa peduli luka di lutut Keyla.
"Kenapa kalian lama sekali?" Tanya Sofi dengan wajah yang terlihat kacau. "Cepat bawa dia keruangan Lap." Ucap Sofi lagi.
"Lap?" Ucap Keyla sambil menahan lengan Mahesa yang akan kembali menarik dirinya.
Saat akan melangkahkan kakinya Keyla di buat terkejut dengan kehadiran Mahen yang muncul dari dalam ruangan Lap dengan memegang lengannya. Keyla menghempaskan tangan Mahesa dan bergegas menghampiri Mahen.
"Kakak kenapa?" Tanya Keyla sambil menatap Mahen dari ujung kepala hingga ujung kakinya. Ia ingin memastikan kakaknya baik- baik saja.
Mahen tersenyum menatap Keyla. Ia mengusak rambutnya. "Kakak baik- baik saja."
"Kenapa kamu belum membawanya masuk Mahes?" Tegur Sofi.
.
.
Keyla duduk di sudut ruang tunggu seorang diri. Ia menatap satu persatu wajah dari keluarganya yang terlihat sangat khawatir. Keyla masih tidak di beri tahu mengapa dirinya harus melakukan tes Lap. Ia juga masih tidak tahu siapa yang membuat seluh keluarganya terlihat sangat kacau seperti sekarang. Bahkan Mahen pun mengabaikan dan melupakan keberadaannya.
Keyla menghela nafas sambil menundukkan wajahnya. "Sebenarnya siapa yang sakit?Apa mereka akan peduli denganku seperti sekarang saat mengetahui penyakitku? Apa mereka akan sekhawatir ini jika suatu saat nanti aku terbaring lemah? Apa mereka akan menangisi ku jika aku mati nanti?" Tanyanya dalam hati.
Keyla tersenyum miris. Ia kembali menatap ketiga kakaknya bergantian. Pintu yang terbuka mengalihkan atensi mereka semua.
"Bagaimana sus?" Tanya Sofi.
"Hasilnya sudah keluar semua. Dokter Aldo sudah menunggu anda di ruangannya." Ucap suster. "Sebaiknya anda segera kesana untuk menemuinya.
Keyla kembali tersenyum miris saat mereka meninggalkannya seorang diri. Lagi- lagi Keyla terabaikan. Ia kembali menundukkan kepalanya sambil memilin ujung seragamnya.
Cukup lama ia menunggu hingga terdengar derap langkah kaki yang tergesa- gesa mendekat ke arah dirinya.
"Kamu harus mendonorkan ginjalmu." Ucap Sofi.
Keyla membulatkan matanya saat mendengar ucapan dari Sofi. "Kamu harus mau mendonorkan ginjalmu untuk Kezia." Ucapnya lagi sambil mencengkeram bahu Keyla.
"Sakit ma." Ucap Keyla lirih.
"Aku tidak mau tahu kamu harus menyelamatkan Kezia anakku. Aku tidak mau kehilangan anakku." Ucap Sofi histeris.
"Ma lepas dulu ma. Keyla kesakitan." Ucap Mahen sambil meraih tangan Sofi.
"Ini sebenarnya ada apa kak?" Tanya Keyla pada Mahen.
"Kezia kecelakaan. Karena benturan yang keras membuat ginjalnya rusak. dan sekarang dia membutuhkan ginjal baru untuk menyelamatkan nyawanya." Jelas Mahen.
"Lalu apa hubungannya dengan Keyla kak?" Tanya Keyla masih tidak mengerti.
"Dari kita berenam hanya ginjal kamu yang cocok." Kali ini Malvindra lah yang menjawab.
Keyla masih mencerna ucapan dari Malvindra. Setelah memahami situasi yang terjadi Keyla menatap wajah mereka semua satu per satu. "Lalu?"
"Kamu harus mendonorkan ginjalmu untuk Kezia." Jawab Mahesa tanpa menatap Keyla.
"Apa aku tidak salah dengar?" Tanya Keyla lalu tertawa miris. "Kalian meminta ginjal dari seorang gadis yang tidak pernah kalian harapkan kehadirannya. Kalian meminta ginjal dari gadis yang kalian anggap pembawa sial. Kalian..."
"Aku tidak peduli. Yang terpenting kamu harus mau untuk mendonorkan ginjalmu. Aku tidak mau kehilangan anakku." Potong Sofi.
Keyla menggelengkan kepalanya ribut."Aku tidak mau. Aku tidak mau mendonorkan ginjalku. Kalian masih bisa mencari pendonor yang lain." Tolak keyla.
"Apa belum cukup kamu membuat kami kehilangan bunda. Apa sekarang kamu juga akan kembali membuat kami semua harus merasa kehilangan lagi?" Ucap Mahesa sambil menatap tajam Keyla. "Anggap ini sebagai balas budi kamu karena kami sudah membesarkanmu."