Permintaan Rumi untuk mutasi ke daerah pelosok demi menepi karena ditinggal menikah dengan kekasihnya, dikabulkan. Mendapatkan tugas harus menemani Kaisar Sadhana salah satu petinggi dari kantor pusat. Mereka mendatangi tempat yang hanya boleh dikunjungi oleh pasangan halal, membuat Kaisar dan Rumi akhirnya harus menikah.
Kaisar yang ternyata manja, rewel dan selalu meributkan ini itu, sedangkan Rumi hatinya masih trauma untuk merajut tali percintaan. Bagaimana perjalanan kisah mereka.
“Drama di hidupmu sudah lewat, aku pastikan kamu akan dapatkan cinta luar biasa hanya dariku.” – Kaisar Sadhana.
Spin off : CINTA DIBAYAR TUNAI
===
follow IG : dtyas_dtyas
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon dtyas, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
CLB - Tidak Mungkin
“Tidak mungkin Kaisar. Kamu saja malah pilih aku, Rumi itu kalah cantik denganku. Palingan ya si OB itu suaminya Rumi.” Mela tergelak sendiri dengan praduganya.
Pikiran Ardi pun sama dengan Mela, tidak mungkin seorang Kaisar Sadhana menjadi suami Rumi. lagi pula bagaimana mereka bisa bertemu. Meski Rumi sekarang terlihat lebih cantik dan mungkin saja banyak pria yang menyukai, bahkan ia pun sempat teringat kembali saat mereka masih bersama.
“Aku benar ‘kan? Rumi kalah jauh dariku?”
“Iya,” jawab Ardi tidak ingin berdebat lagi meski dalam hati ia mengakui kalau Mela yang kalah jauh dari Rumi.
“Ibu dan Bapak mau datang, aku harap saat itu rencana resepsi pernikahan kita sudah jelas.” Mela beranjak pergi, tapi langkahnya tiba-tiba terhenti dan berbalik. “Awas kamu aneh-aneh dengan sekretaris kamu itu. Lain kali aku akan datang lagi, kita makan siang bersama. Semua bawahan dan rekan kerja kamu harus tahu kamu sudah beristri.”
Ardi lagi-lagi menarik nafas mendengar Mela mengoceh. Atmosfer ruangan terasa panas saat ada wanita itu. Bahkan keningnya berkeringat padahal pendingin udara masih bekerja secara normal. Menekan tombol interkom dan memanggil sekretarisnya.
“Iya, pak!”
“Brifing kita tunda satu jam lagi. Sampaikan ke yang lain,” titahnya lalu mengendurkan ikatan dasi. Kedatangan Mela membuat fokusnya menguar. Ia memijat tengkuk yang terasa berat lalu bersandar sambil memejamkan mata.
“Masalah sesungguhnya adalah kamu. Kalau saja aku tidak menikah denganmu, mungkin tidak akan seribet ini,” gumam Ardi lalu membuka matanya mencari tahu siapa Rai Sofyan. “Statusnya belum menikah, bisa jadi benar mereka baru saja menikah.”
“Rumi, se putus asa itukah dirimu,” ejek Ardi.
***
“Sayang.” Rumi terkejut dengan kehadiran Kaisar yang tiba-tiba memeluk dari belakang dan menempelkan dagu di bahunya.
“Geser dulu, nanti kena minyak.”
“Masak apa sih?” tanya Kaisar masih dengan posisinya lalu menciumi pipi sang istri yang langsung tergelak kegelian.
“Nasi goreng cumi.”
“Aku mau cumi, cuma Rumi,” bisik Kaisar menggigit gemas telinga gadis itu membuatnya memekik.
Ternyata ulahnya menjadi bumerang karena kembali tersiksa akibat tubuh yang tadinya menempel membuat sesuatu di bawah sana menggeliat.
“Sayang, kapan milikku boleh berkunjung?” tanya Kaisar sambil mengacak rambutnya frustasi, sudah duduk di salah satu kursi meja makan.
Rumi menuang nasi goreng ke dalam wadah dan meletakan di tengah meja.
“Kapan ya, kayaknya ….”
“Aish, jangan lama-lama. Dia terus menggeliat.” Kaisar berkata lirih dan Rumi terkekeh.
“Sabar,” ucapnya lalu mendekat dan membelai wajah sang suami.
“Shittt.”
“Mas,” tegur Rumi terkejut karena mendengar umpatan keluar dari mulut Kaisar.
“Maaf sayang, bukan buat kamu. Salahkan tanganmu buat dia bergejolak. Aku mandi dulu dan sepertinya akan lama. Sarapanku dibawa saja, Om Johan sudah menunggu.”
Kaisar melangkah pasti melewati lobby, tangan kirinya membawa paper bag berisi sarapannya. Kabar kalau dia sudah menikah sepertinya sudah ramai. Meski masih menjadi perhatian para perempuan, tidak ada yang terang-terangan mencari perhatian.
Sapaan dan anggukan kepala saat melihat atau berpapasan dengan Kaisar, hanya dibalas dengan dehaman. Menuju lift langkahnya sempat terhenti ketika Ardi dari arah basement menuju lift juga.
“Selamat pagi, pak,” sapa Ardi dan Kaisar hanya mengangguk lalu meninggalkannya menuju lift khusus pejabat perusahaan.
“Rasanya tidak mungkin, Rumi tidak mungkin menikah dengan pria itu,” gumam Ardi.
Tujuan Kaisar bukan lantai di mana divisinya berada, melainkan ruang kerja Johan. Sambil bersiul memasuki menghampiri Johan yang sudah fokus di depan laptop.
“Masih pagi udah serius aja,” ejek Kaisar sambil mengeluarkan kotak sarapannya.
Johan menoleh dan mengernyitkan dahi mendapati Kaisar makan di mejanya bahkan terlihat begitu menikmati. Sesekali mengangguk dan menunjukan ibu jarinya.
“Ck, pelit makan sendirian.”
“Nggak rela bagi-bagi, sebab dibuat dengan cinta.”
“Maksudnya Rumi yang buatkan?”
“Hm. Pasti iri ‘kan? Tante Mae nggak bisa masak,” ejek Kaisar lalu tergelak saat merapikan bekas makannya. Menuju kulkas dan mengambil air mineral dari sana.
“Istriku dulunya wanita karir, manalah dia bisa masak.”
“Rumi juga sebelumnya kerja, tapi biasa masak. Sepertinya melayani sepupu dan bibinya.” Kaisar kembali duduk di hadapan Johan.
“Apa kabar mamakmu?”
“Baik, saat resepsi dia akan datang. Lain waktu mamak janji ke Jakarta lagi dan tinggal lebih lama.”
“Lalu keluarga Rumi?” tanya Johan lagi.
“Gil4, depan aku bibinya berani menghina Rumi. Aku akan balas pedasnya mulut mereka, sampai terkejot.”
***
Berbeda dengan pertemuan sebelumnya, kali ini Ardi tampak lebih percaya diri. Menjelaskan konsep dari timnya dengan bangga dan tampak menguasai. Kaisar hanya fokus pada layar proyektor, sesekali menyela penjelasan untuk bertanya.
“Waktu kalian satu minggu untuk segera launching konsep ini!” titah Kaisar dan Ardi mengangguk sambil berkata siap.
“Sebentar,” ucap Kaisar melihat ponselnya bergetar. “Harus aku jawab, ini penting,” ujarnya lagi.
Reni lalu menyibukan diri menatap layar tablet, Ardi kembali duduk di kursinya. Kedua orang itu mendengarkan Kaisar menjawab telepon.
“Iya sayang, aku sudah hubungi WO. Jangan lupa kirim daftar nama yang ingin kamu undang,” tutur Kaisar dengan lembut bahkan wajahnya tersenyum. “Ah iya, hubungi juga sepupumu dan suaminya. Kita belum menyapa mereka. Rela dan Mardi.” Kaisar terkekeh dan Ardi sempat melirik sekilas. “Oh salah, ya apalah nama mereka. Mana mungkin aku sebut si dengki dan si bod0h, meski sangat cocok.”
Kaisar kembali terkekeh. “Oke, aku hubungi nanti. Love you, sayang.” Ponsel kembali diletakan di atas meja. “Maaf, telpon dari nyonya tidak boleh diabaikan.”
“Jadi, tim kamu siap?”
“Siap, pak.”
“Oke, cukup untuk hari ini.” Kaisar beranjak diikuti oleh Reni. “Kirim nama petinggi dan manajer serta karyawan senior. Aku akan mengadakan pesta pernikahan,” seru Kaisar dan Reni menjawab siap.
Ardi mendengar rencana Kaisar lalu menghela nafasnya. “Apa dia … rasanya tidak mungkin.”
\=\=\=\=
Lanjut bab berikutnya, Ardi kita bua kena serangan jantung .... 🤣🤣
semoga kakak Author selalu sehat, selalu semangat dan selalu sukses, aamiin...🙏💪💪💪
ditunggu cerita berikut nya
semoga kk author dan Mak Mak Reader sehat semua...💞🤗
terimakasih otor salam sehat selalu untuk mu 🙏🥰🤗