Meng Lusi, seorang kapten wanita di ketentaraan zaman modern, kuat dan cerdas. Karena suatu alasan, dia tiba-tiba saja berpindah ke zaman kuno dan mewarisi mata air spiritual.
Baru saja tiba di zaman yang belum dikenalnya, Meng Lusi diperkosa oleh Shin Kaichen yang dibius oleh seseorang. Setelah itu, Meng Lusi memilih melarikan diri. Lima tahun kemudian, Meng Lusi yang sudah memiliki anak kembar dikenali oleh Shin Kaichen dan mencoba untuk mendapatkan hati ibu dan kedua anaknya tersebut.
Di sisi lain, klan penyihir yang sudah lama mengutuk negara untuk tidak memiliki keturunan anak perempuan, kembali berulah. Anak kembar Meng Lusi menjadi incaran mereka karena bakat bawaan luar biasa yang akan mengancam klan penyihir. Mampukah si kembar selamat dari bahaya? Akankah Meng Lusi dan Shin Kaichen memiliki kehidupan bahagia? Mari ikuti setiap kisahnya.
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Risa Jey, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
Tidak Serumit Itu
Sunni jelas marah dengan perkataan Yang Bai yang penuh ejekan. “Siluman kecil, jangan mencoba memprovokasiku. Aku bisa dianggap sebagai leluhur ular!”
“Dasar wanita tua—!” gumam Yang Bai.
Pada akhirnya Sunni melempar seekor ikan yang belum dipanggang ke arah pria itu. Ikan itu akhirnya mengenai wajah Yang Bai. Ikan itu telah dibumbui dengan garam, bubuk kunyit serta jeruk nipis. Ketika mengenai wajahnya, Yang Bai berteriak.
“Ahhh … mataku!”
Sunni tidak peduli dengannya. “Memanggilku wanita tua lagi … kupotong batang kecilmu!” ancamnya.
Tanpa sadar, Dou Heng dan Lin Zhou merapatkan kedua kaki mereka. Melihat Sunni yang marah dan tidak bercanda, keduanya menelan saliva dengan susah payah. Kata-kata Sunni agak vulgar dan kurang enak didengar. Namun itu cukup membuat Yang Bai merinding.
Lagi pula, dari mana Sunni tahu jika … Yang Bai memiliki ‘itu’ yang kecil? Mereka semua menatap Yang Bai. Tubuh bagus, sempurna, tampan dan perut rata. Tidak mungkin kan …
Yang Bai yang menyadari tatapan mereka curiga, mau tidak mau marah pada Sunni dan kedua jelmaan ular putih itu akhirnya saling beradu mulut.
Mau tidak mau, Yang Bai sendiri menutupi tubuh bawahnya dan merinding. “Wanita, kamu sangat kasar, mungkinkah kamu diam-diam mengintip tubuhku dengan mata langit?”
“Aku tidak memiliki kemampuan itu, tapi tuanku akan mampu memilikinya di masa depan setelah berkultivasi.” Sunni tidak menyembunyikan rasa bangga di hatinya.
Huh! Dia akan membuat Meng Lusi menjadi wanita kultivator mata air spiritual pertama paling dihormati di dunia ini.
“Hah, apa? Aku?” Meng Lusi sendiri terkejut. “Bisakah itu?”
“Tentu saja. Selama aku ada di sini dan …” Sunni melirik Shin Kaichen. “Aura naga ungu itu melimpah …,” gumamnya.
Namun Shin Kaichen sepertinya kurang suka dengan kemampuan aneh itu. jika Meng Lusi memilikinya di masa depan, bukankah ia bisa melihat tubuh pria lain secara terbuka bahkan saat mereka penuh pakaian di sekujur tubuhnya?
Mana bisa begitu?!
Untungnya topik tidak menyenangkan itu segera berakhir ketika ikan panggang sudah matang. Meng Shilan dan Meng Shuya tidak sabar untuk makan. Tapi karena ikannya masih panas, Shin Kaichen membantunya memisahkan duri ikan.
Setelah makan malam sederhana, si kembar akhirnya sedikit mengantuk. Keduanya pergi ke pelukan Dou Heng dan Lin Zhou untuk menghangatkan diri. Lagi pula keduanya adalah anak Shin Kaichen. Menjadikan diri mereka sebagai bantal dan kasur tidak keberatan sama sekali.
“Biarkan aku melihat tanda kutukan itu,” kata Meng Lusi tanpa berpikir panjang.
Yang Bai menutupi dadanya yang sebenarnya berpakaian, menatap Meng Lusi seperti wanita vulgar yang siap menerkam anak laki-laki wajah putih kecil.
“Kamu … kamu juga sama seperti dia. Kamu mesum,” kata pria itu.
Wajah Meng Lusi langsung menggelap ketika mendengar itu. Apakah otak pria itu bermasalah karena ancaman Sunni sebelumnya?
Sudut mulut Meng Lusi berkedut sedikit. “Ketika kamu muncul di kamar mandi sebelumnya, bukankah itu setengah telanjang berbadan ular?”
“...” Tapi waktu itu berbeda, pikirnya.
“Cepatlah. Aku ingin melihatnya. Mungkin ada sesuatu yang bisa membantu mengatasi tanda kutukan itu nanti.”
Meng Lusi mendesaknya dengan sedikit memberikan harapan. Tapi Yang Bai yang sudah frustrasi dengan tanda kutukan di dadanya pun memilih untuk mempercayainya. Ia hanya sedikit bercanda dengan ketakutannya terhadap Meng Lusi yang berbuat cabul.
Bahkan jika ada wanita dari kalangan manusia tertarik untuk tidur dengannya, ia akan melayani mereka. Lagi pula, menyerap aura para wanita yang berhubungan badan dengan ras siluman juga tidaklah buruk. Tapi agak buruk bagi tubuh wanita manusia itu sendiri. Umur mereka akan berkurang selama beberapa tahun.
Akhirnya Yang Bai membuka setengah pakaiannya dengan ekspresi malu. Lagi pula bukan hanya ada Meng Lusi, tapi Sunni juga ada di sana, menatapnya dengan penuh semangat. Mungkin hanya Shin Kaichen yang sedikit tidak senang.
“Tubuhku tidak kalah bagus darinya,” gumamnya.
Meng Lusi meliriknya. “Untuk apa cemburu? Semua tubuh pria sama saja, tidak akan menumbuhkan benjolan daging empuk di dadanya, bukan?”
“...” Shin Kaichen ingin tersedak sesuatu.
Bagaimana wanitanya bisa mengatakan kata-kata seperti itu di depan mereka?
Tanpa sadar, telinga Shin Kaichen memerah.
Tak lama setelah Yang Bai membuka setengah pakaiannya, tanda kutukan naga bumi di dadanya terlihat jelas. Tanda yang menyerupai akar berwarna hitam keunguan tampak mengerikan pada pandangan pertama.
Meng Lusi melihat lebih jelas. Tanda itu terlihat tidak berbahaya pada pandangan pertama. Mungkin karena ia memiliki ruang mata air spiritual dan telah mengasah kemampuannya selama lima tahun terakhir, penglihatannya lebih baik.
“Tuan, apakah kamu telah mengetahui sesuatu setelah melihatnya? Kutukan ini cukup dalam ternyata. Ck, jika aku tahu seperti ini, harusnya hari itu aku harus membiarkan Shin Kaichen menyerangmu lebih dalam lagi,” kata Sunni dengan kata-kata kejamnya.
Ini membuat Yang Bai marah tapi tidak berani untuk mengutuknya dengan sebutan ‘wanita tua’ lagi.
Sementara itu, Meng Lusi tampak berpikir. Tanpa dipikirkan oleh mereka bertiga, ia langsung menampar dada Yang Bai cukup keras hingga menimbulkan bunyi nyaring.
Yang Bai terkejut dan berteriak. Tamparan di dadanya tampak menyakitkan dan panas. Ia langsung menyentuh dadanya dan waspada dengan tindakan Meng Lusi.
Bahkan Shin Kaichen hampir menyemburkan air yang tengah diminumnya. Menyentuh tubuh pria lain di depan matanya, apakah wanita itu begitu berani?
“Manusia, apa yang kamu lakukan? Apakah kamu ingin membunuhku?” Yang Bai menatap tajam Meng Lusi dengan sepasang mata kemerahannya.
Meng Lusi mendengkus dan menjauh darinya. “Hal yang sederhana, kenapa harus dibuat rumit? Bukankah tidak serumit yang kamu pikirkan?”
“Hah?” Yang Bai bingung.
Sensasi seperti terbakar menyiksa di dadanya membuat Yang Bai mendesis. Ia tidak mengerti perkataan Meng Lusi. Namun ketika melihat dadanya yang dipenuhi dengan garis-garis hitam mirip akar perlahan memudar.
Yang Bai sangat terkejut. Apa lagi Shin Kaichen sendiri. Adapun Sunni, jangan tanya. Dia sudah tahu sejak awal apa yang akan dilakukan Meng Lusi.
“Apa ini … apakah ini nyata? Apa yang kamu lakukan sebenarnya?” Yang Bai merasa jika tanda di dadanya perlahan memudar hingga akhirnya tak terlihat lagi.
Tapi rasa sakitnya tak bisa diabaikan, sangat menyakitkan hingga tubuhnya bercucuran keringat.
Sunni mengelus dagunya yang mulus. “Hmm … tidak buruk. Sepertinya teknik penyembuhanmu telah berkembang dengan baik. Kupikir kamu hanya mampu membersihkan aura hitam.”
“Yah … tidak buruk. Aku hanya bereksperimen.”
“...” Yang Bai yang awalnya senang akhirnya mengetahui fakta tidak menyenangkan.
Objek eksperimen? Apa itu? Kenapa dia tidak tahu tentang ‘eksperimen’ tersebut?
Shin Kaichen sudah memperhatikan dengan baik. Tanda kutukan di tubuh Yang Bai perlahan hilang dan akhirnya tak meninggalkan bekas.
Tapi tak lama setelah itu, Yang Bai muntah darah. Hanya saja tubuhnya jauh lebih nyaman dari pada biasanya.
“Kamu meracuniku!” Yang Bai masih berpikiran buruk.
asli keren novelnya, meskipun harus nungguin lama, tapi syukurnya author bertanggung jawab nyelesain ceritanya...terimakasih author Risa Jey
Happy New Year 2025