Kirana, wanita berusia 30 an pernah merasa hidupnya sempurna. Menikah dengan pria yang dicintainya bernama Arga, dan dikaruniai seorang putri cantik bernama Naya.
Ia percaya kebahagiaan itu abadi. Namun, segalanya berubah dalam sekejap ketika Arga meninggal dalam kecelakaan tragis.
Ditinggalkan tanpa pasangan hidup, Kirana harus menghadapi kenyataan pahit, keluarga suaminya yang selama ini dingin dan tidak menyukainya, kini secara terang-terangan mengusirnya dari rumah yang dulu ia sebut "rumah tangga".
Dengan hati hancur dan tanpa dukungan, Kirana memutuskan untuk bangkit demi Naya. Sekuat apa perjuangan Kirana?
Yuk kita simak ceritanya di novel yang berjudul 'Single mom'
Jangan lupa like, subcribe dan vote nya ya... 💟
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Aurora.playgame, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
Ep. 32 - Kasus berlanjut
Ep. 32 - Kasus berlanjut
🌺SINGLE MOM🌺
Pagi-pagi sekali, Kirana sudah berada di kantor polisi dengan amplop cokelat yang ia temukan hari sebelumnya.
Ia berharap informasi ini bisa menjadi jalan untuk menemukan Aryo dan uangnya yang hilang.
“Pak, saya menemukan ini di depan pintu rumah saya,” ujar Kirana sambil menyerahkan amplop kepada petugas yang menangani kasusnya. “Mungkin ini bisa membantu," lanjutnya.
Petugas itu lalu membuka amplop dan membaca isi suratnya. “Cari Aryo di Surabaya… Menarik. Siapa pun yang mengirim ini pasti tahu sesuatu.”
“Tapi saya tidak tahu siapa yang mengirimnya. Surat ini datang begitu saja,” tambah Kirana.
“Kami akan segera menindaklanjutinya, Bu Kirana. Informasi ini bisa jadi penting. Tim kami akan bergerak ke Surabaya hari ini juga,” ujar petugas itu sambil mencatat sesuatu.
“Terima kasih, Pak. Saya hanya berharap ini benar-benar membawa hasil,” kata Kirana, penuh harap.
“Kami akan melakukan yang terbaik. Kami juga akan memberikan kabar terbaru secepat mungkin.”
"Terima kasih, Pak."
**
Setelah dari kantor polisi, Kirana langsung kembali ke rumah. Namun, ia tidak punya waktu untuk beristirahat karena minggu depan adalah acara kelulusan TK Naya.
Ia harus memastikan segala persiapan kelulusan itu berjalan dengan lancar.
“Naya, ayo kita mulai latihan,” panggil Kirana kepada putrinya yang sedang menggambar di ruang tamu.
Naya pun berlari kecil menghampiri ibunya. “Latihan apa, Bu?.”
“Latihan untuk acara kelulusanmu minggu depan. Naya harus siap, biar nanti bisa tampil bagus,” jawab Kirana sambil mengeluarkan musik yang akan digunakan untuk tari bersama.
“Aku mau tampil bagus, Bu, biar semua teman-temanku lihat!," seru Naya dengan tersenyum lebar.
" 😀😀 Tentu, sayang. Sekarang ayo kita coba gerakan yang kemarin diajarkan di sekolah.”
Mereka lalu berlatih di ruang tamu dengan penuh semangat. Kirana sesekali memberi arahan, sementara Naya mengikuti dengan lincah.
~ hmmm... Kirana emang ibu yang tangguh deh 😍😍💪~
Setelah latihan bersama, mereka lalu pergi ke ruko untuk memastikan semua pesanan catering berjalan lancar. Ruko itu penuh dengan aroma masakan yang menggugah selera.
“Bu Kirana, ini pesanan untuk acara minggu depan sudah mulai kami siapkan,” ujar salah satu karyawan sambil menunjukkan daftar pesanan.
“Bagus, pastikan semuanya sesuai ya. Tidak boleh ada yang kurang-... -."
Belum selesai perkataannya, tiba-tiba ponselnya berdering dan melihat nomor tak dikenal di layar benda yang berbentuk kotak tersebut.
Dengan hati-hati, Kirana pun menjawabnya.
“Halo, ini siapa?,” sapanya.
“Bu Kirana, ini dari pihak kepolisian. Kami ingin memberi tahu bahwa tim kami sudah tiba di Surabaya dan sedang melacak keberadaan Aryo,” ujar petugas polisi di seberang telepon.
“Oh, baik, Pak. Terima kasih atas kabarnya. Tolong beri tahu saya jika ada perkembangan,” jawab Kirana, merasa sedikit lega.
“Kami pasti akan melaporkan setiap perkembangan, Bu. Mohon bersabar.”
"Terima kasih, Pak.”
**
Malam itu, setelah semua pekerjaan selesai dan Naya sudah tertidur, Kirana duduk di tempat tidurnya sambil memandangi jendela. Ia memikirkan segalanya, uang yang hilang, masa depan catering, dan yang terpenting, kebahagiaan Naya.
“Aku hanya ingin semua ini selesai,” gumamnya.
Namun, di balik rasa lelah dan kekhawatirannya, ada semangat yang terus membara dalam dirinya. Karena apapun yang terjadi, ia harus tetap menjadi ibu yang kuat.
**
Saat ini, Kirana baru saja selesai membereskan pekerjaannya di laptop setelah seharian sibuk.
Ia lalu menatap jam dinding yang sudah hampir tengah malam. Suara napas lembut Naya yang tertidur di kamar menjadi satu-satunya yang menenangkan pikirannya.
Namun, ketenangan itu seketika buyar ketika ponselnya berdering di meja. Nomor tak dikenal kembali muncul di layar handphone nya.
“Halo?,” sapanya dengan nada lelah.
“Bu Kirana, ini dari pihak kepolisian,” suara di seberang telepon sana terdengar tegang. “Kami harus menyampaikan sesuatu yang mendesak," lanjutnya.
“Ada apa, Pak?," tanya Kirana dengan jantung yang berdegup kencang dan seketika menghilangkan rasa lelahnya.
“Kami baru saja menerima laporan bahwa Aryo mengetahui keberadaan tim kami di Surabaya. Ia melarikan diri sebelum kami bisa menangkapnya.”
"Apa! Jadi… Aryo lolos?."
“Untuk sementara, ya, Bu. Namun, kami akan terus memburunya. Kami juga meminta agar Ibu lebih waspada. Aryo mungkin saja mencoba mendekati orang-orang yang terlibat dalam kasus ini, termasuk Ibu.”
Mata Kirana membelalak. “Apa maksud Bapak? Aryo bisa datang ke sini?.”
“Kemungkinan itu ada. Jadi, kami sarankan untuk segera melapor jika Ibu melihat hal-hal mencurigakan.”
“Baik, Pak. Terima kasih atas informasinya.”
Kirana lalu meletakkan ponselnya dengan tangan gemetar. Aryo bisa mendekatinya? Pikiran itu membuat rasa takut menjalari tubuhnya.
Keesokan harinya, saat Kirana tiba di ruko, Sinta mendekatinya dengan cemas. “Bu Kirana, tadi pagi ada pria yang bertanya-tanya soal ruko ini.”
“Pria seperti apa, Siska?," tanya Kirana langsung waspada.
“Dia tinggi, pakai jaket hitam. Wajahnya agak keras, dan dia terlihat seperti sedang mencari sesuatu. Saya bilang Bu Kirana tidak ada di sini, lalu dia pergi.”
“Apa dia menyebutkan namanya?.”
“Tidak, Bu. Tapi caranya bertanya agak mencurigakan.”
“Kalau dia datang lagi, jangan beri tahu apa pun, ya. Dan tolong laporkan padaku langsung.”
“Iya, Bu.”
**
Setelah mengurus ruko, Kirana pergi menjemput Naya di sekolah. Namun, suasana terasa aneh.
Beberapa ibu-ibu yang biasanya berbicara dengannya kini hanya menatapnya dengan pandangan penuh bisik-bisik.
“Ibu Naya,” salah satu dari mereka akhirnya mendekat. “Kami dengar ada sesuatu yang terjadi dengan usaha catering Ibu. Apa itu benar?."
“Semua baik-baik saja," jawab Kirana seraya tersenyum dan membunyikan rasa gelisahnya.
Namun, bisikan itu terus berlanjut bahkan setelah ia membawa Naya masuk ke mobil.
Lanjut...
Malam harinya, Kirana duduk di meja makan sambil memeriksa laporan keuangan cateringnya. Ia mencoba fokus, namun pikirannya terus-menerus kembali pada pria mencurigakan yang datang ke ruko hari ini.
Tok tok tok!!!
Tiba-tiba, ada ketukan di pintu depan. Kirana pun langsung berdiri. Ketukan itu terlalu pelan dan tidak biasa. Ia lalu berjalan perlahan menuju pintu sambil menggenggam ponsel di tangannya.
“Kirana…” sebuah suara berat memanggil namanya dari luar.
Seketika napas Kirana tertahan. Itu bukan suara yang ia kenal. Apalagi di saat malam begini. Dengan hati-hati, ia pun mengintip dari lubang intip.
Sosok pria bertubuh tinggi dengan jaket hitam berdiri di sana dan menatap ke pintu rumahnya.
Kirana langsung mundur, lalu menekan tombol panggil pada ponselnya untuk menghubungi polisi.
Namun, suara pria itu kembali terdengar.
“Kirana, aku Aryo. Aku cuma ingin bicara.”
Ponsel Kirana hampir terlepas dari tangannya saking terkejut. Karena saat ini Aryo benar-benar di sini, di rumah Kirana.
Bersambung...