Arabella harus menelan kekecewaan dan pahitnya kenyataan saat dirinya mengetahui jika pria yang selama dua tahun ini menjadi kekasihnya akan bertunangan dan menikah dengan wanita yang sudah dijodohkan dengan pria itu.
Arabella pikir dirinyalah wanita satu-satunya yang dicintai pria itu, tapi ternyata dirinya hanyalah sebagai pelampiasan selama wanita yang dijodohkan berada di luar negeri.
"Bagaimana jika aku hamil? apa kau memilih ku dan membatalkan perjodohan mu?"
"Aku tidak mungkin mengecewakan kelaurga ku Ara."
Jawaban Maher cukup membuat hati Arabella seperti ditikam benda tajam tak kasat mata. Sakit, terlalu sakit sampai dirinya lupa bagaimana melupakan rasa sakit itu.
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Lautan Biru, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
Membawa pulang papa
Maher yang sedang galau karena sindiran Mamanya memilih untuk masuk ke kamarnya yang ada di rumah besar. Niatnya ingin bertanya soal acara besar yang diselenggarakan papanya malah lupa seketika saat membahas Arabella.
Menggemaskan tubuhnya di atas ranjang Maher menatap langit-langit kamar dengan pikiran menerawang, dalam bayangannya muncul Arabella tersenyum manis menggunakan gaun yang begitu cantik dan anggun, bahkan wajah wanita itu menggunakan riasan yang semakin mempercantik dirinya. Maher masih melihat wajah Arabella lima tahun yang lalu, dimana usia wanita itu masih 23 tahun.
Disebuah rumah yang entah rumah siapa, Maher yang awalnya tersenyum kini menjadi mendung. Dilihatnya dua orang duduk membelakanginya dan tak lama lantunan ijab kabul di ucapkan, saat itu jantung Maher berdebar kencang dimana nama wanita yang dia dambakan di sebut dalam ijab qobul tersebut.
"Tidak, itu tidak mungkin!"
Maher berlari mendekat dengan dada bergemuruh, tiba-tiba dirinya berteriak saat seorang penghulu mengatakan 'sah'.
"Tidak!!"
Hosh...Hosh...Hosh...
Napas Maher ngos-ngosan dengan wajah berkeringat, pria itu menoleh ke kanan dan kiri, dan dirinya berada diatas rajang dalam posisi duduk.
"Aku bermimpi," Gumamnya sambil bernapas lega.
Tapi entah kenapa mimpinya seperti nyata sekali, membuat Maher benar-benar takut.
*
*
Arabella sudah bersiap untuk pergi, wanita itu menarik napas dalam sebelum keluar dari dalam kamar. Saat membuka pintu dirinya mendapati pemandangan sang putri yang berdiri dengan wajah sendunya.
"Amara sayang, kamu kenapa?" Arabella menurunkan tubuhnya untuk berjongkok didepan putrinya.
"Mama mau pergi dan Ara tidak boleh ikut?" Kedua mata gadis kecil itu berkaca-kaca, sedih saat melihat ibunya pergi tidak membawa dirinya.
Arabella tersenyum, dan membawa tubuh kecil putrinya kedalam pelukan.
"Mama bekerja sayang, tapi tidak bisa membawa Ara ikut," Arabella mengusap rambut panjang putrinya yang lebat.
"Mama tidak sayang lagi dengan ku, Mama pergi tidak mau Ara ikut!" Gadis kecil itu menangis dan merajuk, dilepaskan pelukannya Mamanya dan berlari pergi.
"Ara, sayang, bukan begitu nak!" Arabella segera mengejar putrinya untuk menjelaskan.
Biasanya Amara akan mengerti pekerjanya, dan gadis itu akan mudah dibujuk dan menurut, tapi hari ini kenapa ada drama seperti ini.
"Amara, Mama cuma sebentar," Arabella mendekati putrinya yang memeluk ibu Hani sambil menangis.
"Ada apa Ra?" Bu Hani menatap putrinya, tiba-tiba cucunya berlari dan memeluknya langsung menangis.
"Ara mau ikut Mama nek, tapi Mama tidak mau Ara ikut," Gadis kecil itu menangis terisak sambil bicara, "Apa Ara nakal, sehingga Mama tidak mau mengajak Ara?" Ucapnya lagi dengan wajah yang sedih.
Mendengar seperti itu jelas hati kedua orang tua itu mencolos, kenapa Amara bisa memiliki pemikiran seperti itu. Arabella menyentuh lengan putrinya, kedua matanya sudah memanas dan siap menumpahkan air matanya.
"Sayang, bukan begitu. Ara anak yang baik, Mama sayang dengan Ara," Akhirnya Arabella tak kuasa menahan air matanya, "Untuk sekarang Ara ngertiin Mama yah, Mama hanya sebentar untuk bekerja, Mama janji akan bawakan Ara oleh-oleh kalau Ara mau nurut sama Mama." Meskipun tidak tega tapi Arabella harus memberikan pengertian untuk putrinya, mungkin jika bukan pergi ke kota sudah membuatnya sakit hati, Arabella pasti akan membawa putrinya.
"Mama tidak bohong?" Gadis kecil itu mengusap wajahnya dari jejak air mata.
"In promise!" Arabella menunjukan jari kelingkingnya dengan senyum.
Melihat apa yang di lakukan Mamanya, Amara ikut mengulurkan jari kelingkingnya dan menakutkan ke jari Arabella.
"Janji Mama akan pulang dan bawa oleh-oleh banyak untuk Ara," Amara tersenyum saat mengatakan itu, wajah sedih gadis kecil itu perlahan berubah senang.
Bu Hani yang melihat sampai terharu, beliau mengusap sudut matanya yang basah.
"Janji, Ara mau minta apa kalau Mama pulang?" Arabella menyentuh pipi putrinya.
"Mau oleh-oleh dan mau Mama membawa pulang papa!"
Deg
Hati Arabella seperti tersayat saat mendengar ucapan putrinya.
"Em, Mama belikan oleh-oleh saja." Arabella langsung memeluk putrinya, menumpahkan tangis yang sejak tadi dia pendam yang membuatnya sesak.
"Maafkan Mama sayang, Mama belum bisa mengabulkan permintaan mu yang satu itu."
*
*
Jangan lupa mampir 👇👇👇
maaf ye Thor 😂
egois dia😑
jadi sakit nya nyetrum/Facepalm/