Menjadi bahan taruhan untuk dijadikan mainan oleh pria terpopuler di kampusnya membuat Naina terperangkap dalam cinta palsu yang ditawarkan oleh Daniel.
Rasa cinta yang semakin berkembang di hatinya setiap harinya membuat Naina semakin terbuai akan perhatian dan kasih sayang yang pria itu berikan hingga Naina dengan suka rela memberikan kehormatannya pada pria itu.
Nasib buruk pun datang kepada Naina setelah ia mengetahui niat buruk pria itu menjadikannya kekasihnya hanya untuk barang taruhan semata. Karena setelah itu Naina pun dinyatakan hamil. Dan untuk menutupi aib anaknya, orang tua Naina pun beralih untuk megalihkan fakta jika anak Naina adalah anak mereka dan adik dari Naina.
Ikuti cerita lengkapnya di sini, yuk!
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon SHy, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
Bukan orang biasa
"Nai tidak apa-apa, Ayah..." Ucap Naina lalu menjelaskan kejadian yang terjadi hingga ia dan Zeline terlambat pulang.
"Syukurlah..." Ucap Ayah menghela nafas lega.
"Kak Aga... Kemarikan Zeline. Aku ingin mengganti bajunya." Pinta Naina mengulurkan tangannya pada Aga.
Aga sempat terdiam. Namun tak lama menyerahkan tubuh Zeline ke dalam gendongan Naina.
"Duduklah dulu, Nak Aga. Ibu akan membuatkan teh hangat untukmu." Ucap Ibu.
"Tidak perlu repot-repot, Bibi. Saya langsung pulang saja." Ucap Aga.
"Jangan menolak, Nak... Anggap saja sebagai ucapan terimakasih Ibu karena telah menolong Naina dan Zeline." Ucap Ibu.
Aga akhirnya menurut. Ia juga merasa sungkan menolak permintaan Ibu dari rekan kerjanya itu.
"Kalau begitu aku masuk ke dalam kamar dulu, Kak." Pamit Naina.
Aga mengangguk.
Kenapa aku melihat sikap Naina seperti Ibu yang begitu menyayangi anaknya. Batin Aga bertanya-tanya.
"Ayo diminum dulu, Nak..." Ucap Ibu sambil meletakkan secangkir teh hangat di depan Aga dan juga Ayah.
"Terimakasih, Bibi." Balas Aga memaksakan senyumannya. Maklum saja. Aga bukanlah orang yang dengan mudahnya tersenyum pada orang lain.
"Ibu... Ayah... Amara pulang..." Suara cempreng dari wanita yang baru saja memasuki rumah mengalihkan perhatian Aga.
"Amara..." Ucap Ayah dan Ibu bersamaan.
"Maaf lama pulangnya ya, Bu, Ayah." Ucap Amara lalu menciumi tangan ayah dan ibunya.
"Loh Kakak ini siapa, Bu?" Tanya Amara saat menyadari kehadiran Aga di rumahnya. Sejenak pandangan mereka beradu. Sebelum kemudian Amara mengalihkan pandangannya ke arah Ibunya menuntut jawaban.
"Ini teman kerja kakak kamu." Ucap Ibu lalu menjelaskan kejadian yang terjadi.
Kepala Amara mengangguk paham. Pandangannya pun kembali beralih pada pria berwajah dingin yang kini tengah menatapnya datar.
"Amara, Kak." Ucap Amara sambil mengulurkan tangannya ke arah Aga.
"Aga." Balas Aga dengan datar.
Dia dingin sekali. Batin Amara menatap pada wajah Aga. Tiba-tiba saja jantung Amara berdetak semakin cepat saat memandang begitu dalam setiap pahatan di wajah Aga yang begitu sempurna.
"Ayah... Ibu... Kalau begitu Amara pamit masuk ke dalam kamar dulu." Ucap Amara yang diangguki oleh ayah dan ibunya. Amara benar-benar harus pergi dari ruang tamu itu sekarang juga sebelum jantungnya benar-benar melompat saat itu juga.
"Paman... Bibi... Kalau begitu saya pamit pulang dulu." Pamit Aga saat secangkir teh di depannya sudah ia minum hingga tandas.
"Tapi Nainanya belum keluar, Nak... Sepertinya Naina masih sibuk menidurkan Zeline." Ucap Ibu merasa sungkan.
"Tidak apa-apa, Bibi." Aga pun bangkit. Kemudian mengulurkan tangan pada Ayah dan Ibu Naina.
"Terimakasih telah mengantarkan kedua putri kami, Nak." Ucap Ayah menepuk punggung Aga.
Aga tersenyum tipis. Lalu segera berlalu dari rumah sederhana tapi membuat hatinya merasa nyaman itu.
*
Pagi-pagi sekali seorang pria berperawakan tinggi dan gagah terlihat mengantarkan motor Naina. Naina yang sedari kemarin merasa tidak tenang karena motornya belum kembali itu pun tersenyum lega saat motor kesayangannya sudah terparkir di teras rumahnya.
"Terimakasih, Tuan." Ucap Naina pada pria dengan wajah begitu datar di depannya. Tak berbeda jauh dengan wajah Aga yang sering dilihatnya.
Pria itu mengangguk lalu segera berlalu dari sana.
"Apa dia tidak bisa berbicara?" Gumam Naina merasa bingung dengan tingkah pria itu. Tiba-tiba saja ingatan Naina memutar pada kejadian kemarin malam.
"Kenapa aku merasa ada yang tidak beres dengan Kak Aga. Dari yang aku lihat kemarin mobil yang digunakan Kak Aga bukanlah mobil biasa dan harganya pasti sangat mahal. Dan Kak Aga juga memiliki beberapa orang pengawal." Gumam Naina memperhatikan pria yang mengantarkan motornya telah masuk ke dalam mobil hitam bersama dua orang pria berpakaian seperti seorang pengawal.
***
Yang nungguin Daniel... Banyakin like, komen dan votenya dulu deh nanti Danielnya bakalan keluar☺☺☺