Menceritakan tentang Anis yang pindah rumah, Karena di tinggal kecelakaan oranf tuanya.Rumah tersebut milik tante Parmi yang ada di kampung. Banyak kejadian yang di alami Anis di rumah tersebut
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon KERTAS PENA, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
Menemukan Cahaya di Ujung Jalan
Waktu berlalu, dan persiapan lomba seni di Taman Kenangan semakin mendekati hari H. Anis merasakan campuran antara kegembiraan dan kecemasan. Setiap hari, dia dan Arman terus bekerja sama, memastikan bahwa semua detail acara berjalan dengan baik. Keterlibatan anak-anak dari desa membuat mereka semakin bersemangat.
Di pagi hari sebelum lomba, Anis bangun lebih awal dari biasanya. Dia duduk di teras rumah sambil menikmati segelas teh hangat. Aroma pagi yang segar mengingatkannya pada kenangan manis bersama Rudi—momen-momen ketika mereka duduk bersama dan merencanakan masa depan yang penuh impian. Namun, kali ini, dia merasa lebih siap untuk melangkah ke depan.
Ketika Arman tiba untuk menjemputnya, Anis melihat semangatnya yang tak tergoyahkan. “Kita akan membuat hari ini menjadi istimewa, Anis. Anak-anak sudah tidak sabar!” kata Arman, senyum lebar menghiasi wajahnya.
Mendengar semangat Arman, Anis merasa terinspirasi. Dia mengangguk, menguatkan hatinya. “Ya, kita bisa melakukannya! Ini adalah kesempatan bagi mereka untuk bersenang-senang dan mengekspresikan diri mereka.”
Ketika mereka sampai di taman, suasana sudah ramai. Para peserta dan orang tua berkumpul, menyiapkan alat dan bahan yang akan digunakan. Anis merasakan getaran kegembiraan di sekelilingnya, dan untuk pertama kalinya dalam waktu yang lama, dia merasa bahwa semua yang telah dia lalui akan terbayar.
Acara dibuka dengan sambutan hangat dari Anis. Dia berdiri di depan kerumunan, merasa sedikit gugup namun penuh semangat. “Selamat datang di Lomba Seni Taman Kenangan! Hari ini adalah hari untuk merayakan kreativitas dan ekspresi dari semua anak-anak yang luar biasa ini. Mari kita nikmati setiap momen!”
Sorak-sorai menggema di antara kerumunan, dan Anis merasakan dukungan yang kuat. Anak-anak segera dibagi menjadi kelompok, dan mereka mulai melukis dan menggambar dengan penuh semangat. Melihat keceriaan mereka membuat Anis terharu; dia menyadari betapa pentingnya memberikan mereka ruang untuk berekspresi.
Selama acara berlangsung, Anis berkeliling, mengawasi setiap anak yang berusaha menciptakan karya seni mereka. Dia melihat betapa beragamnya ide-ide yang muncul. Beberapa anak menggambar pemandangan alam, sementara yang lain memilih untuk menggambarkan mimpi dan harapan mereka. Anis merasa bangga bisa menjadi bagian dari momen berharga ini.
Setelah beberapa jam yang penuh kreativitas dan keceriaan, saatnya bagi juri untuk menilai karya-karya seni. Arman membantu mengumpulkan semua lukisan dan menggantungnya di area pameran kecil yang telah mereka siapkan. Anis merasa campur aduk antara harapan dan kecemasan. Dia tahu bahwa yang terpenting adalah memberikan pengalaman yang menyenangkan bagi semua anak.
Ketika pemenang diumumkan, Anis merasakan detak jantungnya meningkat. Namun, yang membuatnya paling bahagia adalah melihat semua anak dengan senyum lebar, tidak peduli siapa yang menang. Mereka semua mendapatkan pengalaman berharga, dan itu lebih penting daripada piala.
Pada akhir acara, Anis mengambil waktu sejenak untuk merenung. Dia memandang ke arah anak-anak yang tertawa dan bermain, dan dia merasa penuh rasa syukur. “Terima kasih, Rudi, untuk semua kenangan indah. Hari ini adalah cara aku untuk menghormati cinta kita sekaligus membuka hati untuk cinta yang baru,” bisiknya dalam hati.
Saat malam tiba, Anis dan Arman kembali ke rumah, kelelahan namun bahagia. Mereka duduk di teras, mengawasi bintang-bintang yang berkelip di langit. Arman menggenggam tangan Anis, memberikan dukungan yang selalu dia butuhkan.
“Anis, kau telah melakukan hal yang luar biasa hari ini. Aku sangat bangga padamu,” kata Arman tulus.
Anis tersenyum, merasakan kehangatan dari dukungan Arman. “Aku tidak bisa melakukannya tanpa kamu, Arman. Kau telah menjadi cahaya dalam hidupku.”
Malam itu, ketika Anis berbaring di tempat tidurnya, dia merasa damai. Dia tahu bahwa perjalanan untuk sepenuhnya melepaskan masa lalunya masih akan terus berlanjut, tetapi dia juga tahu bahwa dia tidak sendirian. Arman ada di sampingnya, dan mereka berdua bisa saling mendukung dalam perjalanan ini.
Sebelum tertidur, Anis berdoa dalam hati. “Aku siap untuk melanjutkan hidupku, untuk merayakan semua cinta yang pernah ada. Terima kasih untuk semua yang telah aku alami. Aku akan terus membawa kenangan ini, tetapi aku juga siap untuk menulis kisah baru.”
Di sinilah, di tengah keheningan malam, Anis merasakan harapan baru yang menyelimuti dirinya. Dia siap untuk menghadapi setiap tantangan yang akan datang, dengan keyakinan bahwa cinta, baik yang telah berlalu maupun yang sedang tumbuh, akan selalu menjadi bagian dari dirinya. Dengan dukungan dari Arman dan semua kenangan indah, dia merasa bahwa masa depan akan penuh dengan keajaiban.
Dan di ujung jalan, di antara bayang-bayang yang kembali dan cahaya yang baru, Anis menemukan kekuatan untuk melangkah maju. Dia tidak hanya tinggal di rumah angker yang lama tidak dihuni, tetapi dia telah mengubahnya menjadi tempat yang penuh dengan cinta, harapan, dan kreativitas. Di Taman Kenangan, dia menemukan rumah sejatinya—tempat di mana dia bisa mengingat masa lalu, merayakan masa kini, dan menyongsong masa depan.