Namaku Erikha Rein,anak kedua dari pasangan Will Rein dan Carlista Sari,kakakku bernama Richi Rein(ketua osis di smu purnama bakti,aktif di sekolah dan pastinya dia vocalis band Enew).
yah,keluarga kami sebenarnya broken karena perceraian tetapi Mami selalu ada buat kami.
Seiring waktu aku dan kakakku sangat ingin Mami bahagia karena sepertinya Mami menyimpan masa lalunya.
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Bojone pak Lee, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
Bab 14
Sepulang sekolah Eri uring-uringan karena tiba-tiba ponselnya mati padahal banyak pekerjaan rumah yang tersimpan didalamnya,beberapa kali menghubungi mami lewat jaringan telfon rumah tapi tidak bisa.
Hanya ada mbak Monic dikantor mami"mbak monic bisa minta tolong hubungi mami,ponsel aku mati".
Beberapa kali juga mbak Monic menghubungi mami tapi panggilan selalu dialihkan,maklum hari ini mami kerja diluar rumah.
Mbak Monic hanya menggelengkan kepala"gagal sayang."
Eri binggung dan hanya berjalan mondar mandir didepan mbak Monic."hubungi papi bisa?"
Mbak Monic menggeleng"mbak gak punya no papi."
Akhirnya Eri keluar dengan membawa tas dan dompetnya."Mbak aku kerumah temanku ya."
Mbak monic tidak mendengar ucapan Eri karena dia berjalan dengan sedikit berlari.
Satu-satunya cara adalah pergi kerumah Cintya teman sekelasnya,itu juga rumahnya perlu ditempuh dengan waktu lebih dari tiga puluh menit.
Eri hanya berjalan pelan sambil sesekali melihat kebelakang mungkin ada taxi lewat,tapi entah mengapa hari ini setiap ada taxi yang lewat selalu ada penumpangnya.
"Aakkhhh,apes kali hari ini."jongkok dan menangis.
Dari arah berlawanan mobil Didi melintas dari dalam Iqbal melihat Eri ditepi jalan."Boss,itu mbak Eri kenapa disana."
Didi menurukan kaca mobil dan meminta mobil balik arah,tepat didepan Eri mobil berhenti dan Didi memanggilnya namun Eri sudah hanyut dalam tangis.
Didi turun dan menepuk pundak putrinya"Sayang kamu kenapa disini?"
Eri sadar dengan suara yang dikenalnya"Papi."memeluk Didi masih dengan isak tangis.
"Ada apa?"kamu nangis dipinggir jalan."Didi memeluk putrinya dan memberinya minum.
Setelah sedikit tenang baru Didi kembali bertanya "Ada apa sayang?"
"ponsel aku mati,pekerjaan rumahku banyak dan rumah teman aku jauh dari tadi nunggu taxi selalu penuh."menghapus air mata.
"Rumah teman kamu dimana?ayo papi antar."Didi berdiri dan berjalan membuka pintu mobil.
Didi mengantar putrinya ke rumah Cintya satu-satunya teman Eri yang terdekat,Eri masuk kerumah Cintya dengan meminjam ponsel Didi.
"Eri,aku ambil bukunya dulu ya soalnya beberapa link aku catat dibuku."Cintya pergi kekamarnya dan kembali membawa buku catatan.
"Terimakasih banyak ya Cin,kayaknya malam ini bergadang."Eri tersenyum.
"Iya sama-sama."
Eri pamit kepada Cintya,Cintya mengantar temannya sampai kedepan sekalian menutup pintu gerbang rumahnya.
Eri buru-buru masuk kedalam mobil karena hari sudah mulai gelap,belum lagi dengan perjalanan pulang yang macet bisa -bisa malam sampai rumah.
"Makasih ya pi."
"Iya sama-sama."mengelus kepala putrinya.
Didalam mobil Eri sempat terlelap bersandar disudut jendela mobil,saat terbangun ternyata sudah sampai didepan rumah.
Dari jauh nampak mami berlari menghampiri Didi kemana dia membawa putrinya."Kalian darimana sih jam segini baru pulang?"
Didi tidak menghiraukan omelan sang istri dan masuk kerumah begitu saja tanpa ada kata-kata.
Eri merasa bersalah pada papinya makanya dia yang bersuara"Mi,udahlah jangan marahi papi kasihan juga baru pulang."
"Mami cuma tanya kalian darimana?"
"Mi,ponsel aku mati,tadi juga ketemu papi dijalan jadi nganter aku kerumah Cintya.PR aku banyak mi!"
Eri langsung mengeluarkan buku-bukunya dan duduk mengerjakan pekerjaan rumahnya,dia bahkan belum makan dan mandi.
Setelah membersihkan diri,Didi keluar untuk makan malam meski sebenarnya jam makan malam sudah lewat.
Lista menyiapakan dua piring berisi makanan buat suami dan putrinya"Eri ayo makan dulu."
Eri hanya menganggukan kepala dan segera bergabung dengan Didi.
Richi kembali turun ikut gabung dimeja makan bersama adik dan orang tuanya."Eri tadi kenapa kamu tidak menghubungi kakak?"
"Kamu tahu jadwal harianku,aku tadi main basket di fasum."
"Kakak,sudah."Didi mengelus tangan Richi.
Richi hanya bisa memandangi wajah sendu adiknya,tidak ingin membuatnya merasa bersalah Richi ijin kembali kekamarnya.
Lista juga berfikir sama memilih naik kekamarnya.
Malam ini Didi bergadang menemani Eri yang sibuk dengan pekerjaan rumahnya,setelah selesai Eri membereskan peralatan dan tak lupa mengembalikan ponsel milik Didi.
"Pi,makasih ya untuk hari ini."
"Iya,sama-sama.sekarang kamu cuci muka terus tidur."
Eri tersenyum karena masalahnya selesai,dengan bantuan papi,papi bagiku orang baru tapi memiliki jiwa yang hangat dan melindungi.
Didi mematikan lampu ruang dan berjalan menuju kamarnya,kamar yang malam ini sangat dirindukannya setelah seharian ini badan dan pikirannya terkuras.
Didi merebahkan tubuhnya didekat istrinya dipeluknya tubuh istrinya yang sudah terlelap.
\*\*\*\*\*\*
Sentuhan lembut dan panggilan sayang berusaha membangunkan Didi yang merasakan dirinya baru terlelap beberapa saat.
"Sayang,bangun."
Dibukanya mata Didi pelan-pelan,tampak didepannya istrinya sudah memakai mukena pertanda sudah waktunya bangun dan sholat Subuh.
Selesai sholat Subuh Didi bercerita tentang apa yang terjadi kemarin sore.
"Semalam tidurnya larut,cepat bangunkan dia."
Lista hanya tersenyum dan beranjak dari duduknya.
Siang ini Didi akan mengunjungi lokasi proyek dikota C,jadi masih punya waktu untuk kembali merebahkan badannya sebentar setelah menyiapkan baju yang akan dipakai nanti.
Didi kembali terlelap disaat Lista masuk kekamar.
Awalnya ingin memintanya untuk mengantar anak-anak kesekolah namum melihatnya kembali tertidur rasa tidak tega untuk membangunkannya.
Lista menunggu kedua anaknya turun dan sarapan bersama.
Eri dan Richi turun bersamaan tapi tidak melihat Papi dimeja makan.
"Papi mana mi?"tanya Richi
"Tidur balik."jawab mami
"Gak kekantor ya mi?"tanya Eri.
Lista hanya tersenyum tanpa menjawab khawatir Eri akan merasa bersalah.
Mas Iqbal masuk ikut gabung dimeja makan sekedar minum kopi.
"Boss mana mbak?"
"Masih dikamar."
"Siang ini kami mau mengunjungi proyek ke kota C."kata Iqbal disela-sela minumnya.
"Om,anter kita ya."minta Richi.Richi cukup tahu semalam waktu mami dan papi kurang makanya kali ini kesempatan buat mereka berduaan.
"Ayuk."jawab Iqbal.
Lista meminta mbok Yum membereskan perlengkapan makan yang kotor,Monic masuk dengan membawa sarapan sendiri buru-buru makan.
"Mi,kemarin Eri beberapa kali menghubungi mami tapi gagal."Maaf ya,aku lupa semalam."
"Iya,udah selesaikan sarapanmu."
Lista masuk kembali ke kamar melihat suaminya masih tertidur.
Lista terus memperhatikan wajah suaminya ingin rasanya dia membangunkannya namun niat itu diurungkan dan kembali duduk ditepi ranjang dan
Sesekali mencuri pandang.
"Kenapa?apa aku tampan?"meski Didi masih matanya masih terpejam tapi ternyata sudah bangun.
"Apa sih."memukulnya dengan bantal.
Didi bangun dan duduk bersandar didinding ranjang,melihat ponselnya dan kembali menaruhnya dimeja.
Didi kembali melihat istrinya yang masih lengkap memakai hijabnya."Tumben masih rapi?".
"Aku mau kerja."jawab Lista.
"Waktuku luang sampai jam satu siang ini."kamu gak mau menamaniku?"
Lista ikut duduk bersandar menutupi setengah badannya dengan selimut,namun rasa tidak nyaman memakai baju lengkap dengan hijab.
Pelan-pelan dia lepas hijab dan blazernya menyisakan baju panjang tanpa lengan.Tangannya menggapai remote tv,mencari chanel yang cocok dipagi hari rasanya hampir tidak ada,semua chanel isinya infotainment.
Didi tersenyum melihat tingkah Lista,diraihnya tubuh Lista dan dipeluknya.
"Acaranya tidak ada yang bagus,ayo kita buat acara sendiri".
Kembali mereka terbenam dalam kenikmatan dan berakhir dengan peluh yang membanjiri tubuh yang menyatu.
Didi beranjak setelah puas mengerjai istrinya,membersihkan badannya yang penuh dengan keringat sementara Lista tertidur pulas.
Didi kembali melihat ponselnya,membuka email,membalasnya.
"Oh janganlah terjadi yang selalu kutakutkan beribu carakan kutempuh."ponselnya berdering."Boss,sudah bangun?"tanya Alif diseberang.
"Ada apa?"
"Proyeknya ada masalah jadi kita harus lebih cepat kesana."sekarang kalau bisa."kata Alif.
"Ok,aku siap-siap."
Didi bersiap -siap untuk pergi ke tempat proyek,meninggalkan catatan kecil dimeja dan pergi tanpa mengganggu istrinya yang masih terlelap.