Kisah cinta dua sejoli, yang kembali terjalin setelah beberapa tahun terpisah, kini diuji kembali. Sosok dari masa lalu yang mencoba menghancurkan hubungan mereka, hingga membuat keduanya berada dalam pilihan yang sulit, bahkan hampir meregang nyawa.
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon SangMoon88, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
Episode 12
Setelah ketiga wanita tersebut diamankan di pos security, Al kemudian menuntun Raisya kembali ke meja mereka, diikuti Anton dan Reza, lalu melanjutkan makan siang mereka yang tertunda.
Kanaya dan Areta yang menunggu di meja makan, tampak khawatir melihat kedatangan Raisya yang terisak masih dalam pelukan Al.
Mereka pun bertanya, apa yang sebenarnya terjadi pada Raisya. Kemudian Al menjelaskan. Mereka sangat terkejut dengan penuturan Al, pasalnya selama ini tidak pernah terjadi hal seperti itu pada mereka.
"Mereka siapa?? Kamu kenal mereka??" Tanya Kanaya sambil memeluk Raisya.
" Aku juga gak tau, tadi siang pas dikantor juga, mereka tiba-tiba datang ke ruangan aku!." Jawabnya yang masih terisak.
"Jadi mereka juga yang udah nampar kamu dan lukai bahu kamu??" Tanya Al menebak.
Kanaya dan Areta terkejut bukan main, mereka belum mengetahui hal itu sama sekali, karena memang Raisya belum bercerita apapun.
Raisya hanya terdiam dan tidak menjawab pertanyaan Al. Namun Al yang tau betul sifat Raisya menyadari, bahwa ia masih berusaha menyembunyikan itu darinya.
" Diam nya kamu adalah jawaban iya bagiku!!!." Ucap Al sambil mengusap puncak kepalanya, kemudian "Anton, kamu cari tau siapa mereka!!" Titah Al pada sahabatnya itu.
Anton dengan gercep lalu membuka laptopnya, mencari informasi tentang ketiga wanita bermasalah itu. Jari jemarinya bergerah lincah menari-nari diatas keyboard laptop, matanya dengan jeli menatap layar tanpa melewatkannya sedikii pun.
"Apa kamu gak kenal mereka?? Soalnya Laura bilang kalau aku gak boleh deket-deket sama kamu, karena kamu adalah miliknya!" Raisya balik bertanya kepada Al.
"Laura??." Ulang Al sambil mengingat-ingat nama itu.
Kemudian "Al, ternyata salah satu dari mereka adalah anak dari pemegang saham di perusahaan ini, dan Laura adalah anak dari Pak Gunawan, pemegang saham terbesar kedua setelah Papi kamu!" Jelas Anton menerangkan.
Al masih merasa tidak asing dengan nama Laura, kemudian ia teringat akan papinya, mencoba untuk bertanya kepada beliau. Ia mengambil ponselnya, lalu menghubungi papi.
"Halo pi, maaf apa Al mengganggu??" Tanya Al dengan sopan.
"Tidak son, ada apa??"
"Al ingin bertanya mengenai pak Gunawan, apa benar ia mempunyai seorang putri yang bekerja diperusahaan kita bernama Laura??" Lanjut Al To the point.
"Ah iya, papi baru ingat, papi ingin memberi tahu soal Laura, bisakah hari ini kamu kerumah son?? Ada yang ingin papi sampaikan padamu!!!."
"Maaf pi, hari ini Al tidak bisa, karena ada acara, tapi besok Al akan usahakan kerumah papi bagaimana??" Pinta Al bernegosiasi dengan papinya.
"Hmm baiklah besok kita makan siang di rumah ya, papi tunggu!"
"Baik pi!!." Kemudian Al menutup teleponnya.
"Lalu, apa yang akan kita lakukan pada mereka Al??." Tanya Reza yang hanya menyimak dari tadi.
"Nanti aku pikirkan dulu, sekarang kita lanjut makan siang saja." Ajak Al pada semua.
**************
Setelah selesai makan siang, mereka pun kembali ke kantor. Al dan Raisya berjalan dibelakang, kemudian Al meminta nomor handphone Raisya, agar ia bisa dengan mudah menghubunginya.
Raisya hanya terdiam sambil mengeluarkan ponselnya. Al kemudian mengambil ponsel itu dan memasukan nomornya. Ia mengetikan beberapa buah angka, dan menyimpannya dengan nama My lovely Vian, dilayar ponsel milik Raisya. Kemudian memanggil nomor tersebut, seketika nomor Raisya masuk ke ponselnya, dan ia menyimpan nomornya dengan nama My lovely Sya.
Raisya yang merasa konyol dengan tingkah Al, kemudian mengambil ponselnya dari tangan bosnya itu dan menggantinya dengan nama PAK CEO. Al yang melihat itu tak terima dan kemudian ia merebut lagi ponsel Raisya, lalu menggantinya kembali seperti semula.
"Kenapa diganti lagi???," Tanyanya sambil memanyunkan bibirnya imut.
"Gak apa-apa, karena mulai hari ini kamu adalah milikku, dan jadi..." Al tidak melanjutkan perkataannya
"Jadi???" Tanya Raisya penasaran sambil mengernyitkan dahi.
Bukannya menjawab Al justru menarik tangan Raisya dan menuntunnya."Ayo kita masuk!!!" Ajaknya sambil tersenyum.
*****************
Setelah tiba di ruangannya, Al meminta security untuk membawa ketiga wanita itu masuk. Disusul dengan kedatangan Reza dan Anton juga yang masuk karena titahnya.
Al kemudian bangkit dari duduknya, mendekati mereka satu persatu lalu menginterogasinya.
"Siapa nama kamu?" Tanya Al dengan wajah datar dan nada suara meninggi.
"Sa-saya Juwita pak!!!,"
"Dan kamu??" Tanya nya pada wanita disebelah Juwita.
"Saya Febiola pak."
"Ada masalah apa kalian dengan Raisya??"
"Biar aku jelasin Al" Laura menjawab hendak mendekati Alvian.
Tangan Al terbuka memperlihatkan kelima jarinya seranya mengatakan STOP "Saya tidak bertanya padamu!! Jadi tutup mulut kamu sebelum saya perintahkan untuk bicara!!!," Jawab Al dengan tegas membuat mereka bertiga menunduk ketakutan.
"Ka-kami berdua tidak ada masalah dengan Raisya pak!!!." Jawab Febiola terbata-bata.
"Lalu mengapa kalian melakukan itu padanya??Dengan alasan apa??,"
"Ka-karena Laura yang menyuruh kami!!!. Ia tidak suka melihat Raisya dekat-dekat dengan bapak!!!" Timpal Juwita sambil menahan tangis.
"Memang kalian pikir Laura siapa?? Sampai kalian harus melakukan perintahnya???," Tanya Al geram sambil menggebrak meja kerjanya.
Namun mereka tidak ada yang berani menjawab lagi. Jangankan mereka, para wanita! Reza dan Anton saja tidak berkutik jika Al sudah marah, bukan karena ia atasannya, tapi karena sosok Al akan berubah 180° jika ia sudah marah.
"Kalian tau apa yang kalian lakukan adalah sebuah tindakan yang tidak benar??? Jika saya mau, saya bisa meminta Raisya untuk melaporkan kalian dengan tindakan kurang menyenangkan, apalagi kalian sampai melakukan kekerasan fisik, melukai pipi dan bahunya." Terang Al mengancam.
"Kami minta maaf pak, kami terpaksa melakukan ini, karena jika kami menolak, maka Laura akan meminta papahnya untuk memecat kami!!." Tutur Juwita yang sudah tidak bisa menahan air matanya lagi, sambil memohon.
"Apa itu benar Laura??" Tanya Al dengan tatapan tajam pada wanita itu. Namun kali ini Laura tidak menjawabnya.
Huuuuft Al yang kesal membuang nafas kasar, berusaha mengendalikan emosinya.
"Baik kalau begitu!! saya tidak akan mempermasalahkan ini lagi, dan sebagai hukumannya. KALIAN BERDUA SAYA PECAT!!!" Ancam Al tidak main-main.
"Tapi pak, sa- " Belum selesai mereka berbicara, Al kemudian memanggil petugas keamanan yang masih menunggu didepan ruangannya.
"SECURITY bawa mereka keluar dari sini." Teriaknya.
"Dan kamu Laura, saya akan buat perhitungan sama kamu nanti!!!, Sekarang kamu keluar dari ruangan saya!!!." Kesal Al sambil menunjuk dan mengusir wanita itu.
Laura dan kedua antek-anteknya sudah keluar dari ruangan Al, menyisakan Reza dan Anton yang masih mematung.
Al memang tidak memecat Laura, karena bagaimanapun papanya adalah pemegang saham di perusahaan ini. Jadi ia tidak bisa sembarangan mengambil keputusan.
Berbeda dengan kedua antek-anteknya, walaupun mereka senior tapi Al tidak suka jika ada orang yang berlaku semena-mena kepada orang lain.
Al kembali duduk di kursinya. Sambil memegang keningnya yang berdenyut.
"Lu yakin Al akan lepasin mereka gitu aja, gimana kalo mereka dendam dan mengincar Raisya dibelakang??." Tanya Anton bukan tanpa alasan. Sebab mereka saja berani melakukannya ditempat umum saat di cafe tadi.
"Gak usah khawatir, gw akan melindungi Raisya, untuk menebus kesalahan gw, karena bagaimanapun juga ini semua terjadi karena gw, hingga ia yang harus menanggung semuanya!!!." Jawab Al lirih.
Kemudian pintu ruangannya diketuk, setelah Al mempersilahkannya masuk, muncul lah seorang wanita yang terlihat panik menghadap.
"Ma-maaf mengganggu pak, i-itu, ibu Laura menyerang Raisya!!," Tutur wanita itu terbata-bata.
Al yang kaget mendengar itu langsung berlari keluar ruangan disusul dengan Reza dan Anton. Ia begitu khawatir pada Raisya. Takut jika wanita gila itu menyakiti kekasih hatinya lagi.
Saat tiba di ruangan Raisya, Al melihat para karyawan yang riuh berusaha melerai Laura yang mengamuk membabi buta terus menyerang Raisya.
Terdengar suara makian kasar yang keluar dari mulut laura ditujukan kepadanya, Raisya yang hanya diam saja tanpa melawan kata-katanya membuat Laura semakin kesal dan kesetanan.
Laura mengambil vas bunga yang berada dimeja sebelah, dan berusaha memukulkannya ke kepala Raisya, namun Al dengan cepat segera menghalangi dengan lengannya kirinya, sedangkan lengan kanannya memeluk Raisya, menyembunyikan kepala wanita itu didadanya, hingga vas itu pecah melukai lengannya.
Darah segar mengucur dari lengan Al dan vas itu berhamburan setelah merobek baju dan lengannya. Laura terkejut melihat Al lantas mulutnya menganga tidak percaya, bahwa ia sudah melukai pria yang dicintainya itu.
Laura kemudian diamankan, Al meminta Anton untuk menelpon polisi, sedangkan Reza menahan Laura agar tidak kabur.
Raisya yang masih terlihat ketakutan berniat membawa Al ke rumah sakit agar lukanya segera diobati. Namun Al menolak, Raisya yang tak tahan melihat darah yang mengucur terus dari tangan Al pun terus menangis.
"Aku mohon, tolong kali ini jangan menolak!!! Luka kamu mengeluarkan banyak darah Vian, ayo kita ke RS!!!." Raisya memohon sambil menyentuh pipi Al, menatap kedua matanya dalam, seolah ia tidak ingin sesuatu hal yang buruk terjadi pada pria itu, yang sudah mengorbankan dirinya lagi demi melindungi Raisya.
Al yang pernah mengenal Raisya, tidak kuasa kala melihat sorot mata itu, seolah mengerti akan kekhawatiran Raisya, maka ia pun menuruti keinginan wanita itu,"Hu'um, tapi kamu temenin aku kan??" Tanyanya sambil memegang tangan Raisya.
"Pasti, aku akan temani kamu," Mereka pun berjalan menuju RS.