Dokter Heni Widyastuti, janda tanpa anak sudah bertekad menutup hati dari yang namanya cinta. Pergi ke tapal batas berniat menghabiskan sisa hidupnya untuk mengabdi pada Bumi Pertiwi. Namun takdir berkata lain.
Bertemu seorang komandan batalyon Mayor Seno Pradipta Pamungkas yang antipati pada wanita dan cinta. Luka masa lalu atas perselingkuhan mantan istri dengan komandannya sendiri, membuat hatinya beku laksana es di kutub. Ayah dari dua anak tersebut tak menyangka pertemuan keduanya dengan Dokter Heni justru membawa mereka menjadi sepasang suami istri.
Aku terluka kembali karena cinta. Aku berusaha mencintainya sederas hujan namun dia memilih berteduh untuk menghindar~Dokter Heni.
Bagiku pertemuan denganmu bukanlah sebuah kesalahan tapi anugerah. Awalnya aku tak berharap cinta dan kamu hadir dalam hidupku. Tapi sekarang, kamu adalah orang yang tidak ku harapkan pergi. Aku mohon, jangan tinggalkan aku dan anak-anak. Kami sangat membutuhkanmu~Mayor Seno.
Bagian dari Novel: Bening
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Safira, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
Bab 30 - Cinta Luar Biasa
Sepasang suami istri yang tengah kasmaran, saling bergerak lincah di atas ranjang sebuah pondok sederhana di tengah hutan beralaskan kasur seadanya. Tentu keempukannya sangat berbeda dengan kasur di rumah atau di hotel.
Dikarenakan ini hanya pondok sederhana di tengah hutan yang biasa orang gunakan untuk berteduh atau singgah sejenak bukan untuk berbulan madu. Namun sejatinya bagi mereka berdua tak mengurangi esensi kenikmatan bercinta yang tengah diarungi saat ini bersama. Bukan tempatnya, melainkan yang terpenting bagi mereka yakni bersama siapa menghabiskan malam indah itu.
Mungkin banyak pasangan suami istri di luar sana akan berpikir dua kali untuk melakukan hal itu di tempat sederhana seperti ini. Namun tidak bagi Mayor Seno dan Dokter Heni. Justru mereka berdua merasa bahagia bisa menghabiskan malam pertama yang unik di sini. Tempat yang tak jauh berbeda dengan gubuk ketika keduanya digrebek sehingga harus menikah penuh keterpaksaan. Kenangan yang tak terlupakan seumur hidup.
Namun kini justru seakan semesta membuat keduanya saling menerima pernikahan yang sudah terjadi itu seperti pernikahan nyata pada umumnya. Bukan lagi fatamorgana. Bahkan cinta mulai bertumbuh subur di sanubari masing-masing. Luar biasa.
Keduanya sudah lama tak melakukan hal se!ntim ini pada lawan jenis. Mantan duda dan janda ini saling berbagi saliva dalam kondisi tubuh yang sudah sama-sama polos di bawah selimut. Hal ini tentu bukan yang pertama bagi mereka. Keduanya pernah melakukan hal seperti ini pada pasangan terdahulunya.
Namun yang pasti saat ini rasanya sungguh berbeda dari yang sebelumnya. Jauh. Sangat jauh berbeda. Lebih nikmat tentunya. Bukan untuk membandingkan yang dahulu dengan yang sekarang, tapi itu lah faktanya. Terlebih rasa cinta berpadu desir tak biasa sudah merambat ke sekujur tubuh dan hati keduanya.
Lima tahun lebih menduda bahkan jauh sebelum itu lama tak melakukan hal ini, membuat Seno tak sungkan lagi untuk membebaskan sisi primitifnya. Menumpahkannya pada Dokter Heni. Lebih liar dan lebih mendamba daripada dengan pasangan terdahulunya.
Seakan setelah sekian tahun memendamnya, kini tumpah ruah hingga rasanya tak ingin usai. Lagi dan lagi. Seakan kehausan di tengah padang pasir tandus. Sekali meneguk rasanya tenggorokannya akan tetap terasa kering. Sehingga terus dan ingin meneguknya sampai habis tak bersisa.
Kelincahan tangan dan bibir Seno membuat Dokter Heni tak mampu menolak sentuhan dari suaminya. Bahkan kini kepala dokter cantik ini tengah mendongak ke atas dengan mulut yang menganga. Merasakan rasa yang sungguh nikmat tiada tara. Tak bisa diungkapkan.
Seno tengah bersibuk ria dengan mahoni kembar serta lembah milik istrinya di bawah sana. Bahkan ia sungguh girang seperti mendapat jackpot saat mendapati lembah itu ternyata sudah dibersihkan oleh istrinya dari rerumputan yang biasa tumbuh di sana. Bak persis mirip bayi yang baru lahir. Terlebih kulit Dokter Heni yang seputih susu membuatnya kian bernaf*su. Ia terus mencecap sari madu dari dua tempat krusial itu. Betah berlama-lama di sana.
Manis
Basah
Tak lama...
Byurr...
Getaran dan gejolak tak tertahankan akibat serangan bertubi-tubi dari suaminya, membuatnya mengalami pelepasan pertamanya dengan sangat apik. Sungguh melenakan.
Kepala Seno pun kini sudah naik untuk melihat wajah istrinya yang tengah sibuk menarik napas sejenak. Ia begitu menyukai melihat wajah cantik itu dengan buliran keringat yang sudah bercucuran padahal acara inti belum dimulai.
"Gimana, sayang suka?"
"Su_ka, Mas." Dokter Heni menjawabnya dengan sedikit terbata-bata. Semburat merah tersipu malu tampak jelas di wajah cantiknya saat ini.
"Mas, jangan lihatin aku terus."
"Kenapa? Memangnya enggak boleh lihatin wajah istri sendiri. Kan bukan wajah istri orang lain,"
"Malu," cicit Dokter Heni lirih seraya memalingkan wajahnya ke samping. Namun telapak tangan Seno segera menarik dagunya agar menghadap ke depan kembali.
"Aku di depan, Bun. Bukan di samping. Jangan malu. Aku kan suamimu. Pria yang berhak memesraimu dan menyentuhmu," bisik mesra Seno.
"Aku mencintaimu, Mas."
"Aku sangat mencintaimu, Heni Widyastuti. Sayangku,"
Cup...
Ciuman dari bibir Seno ia lesatkan kembali pada bibir istrinya. Bahkan kini pagutan itu perlahan tapi pasti jauh lebih dalam dengan godaan lidah keduanya yang saling berbelit mesra di dalamnya. Lengan Dokter Heni yang terasa nyeri dan beberapa lecet di kaki tak menyurutkan asa keduanya untuk meneguk cawan dahaga cinta semanis madu berpacu adrenalin yang mendebarkan jiwa.
Tangan Seno melebarkan kedua paha istrinya tanpa melepaskan pagutan yang sedang mereka lakukan. Di bawah sana, bukti kejan*tanan milik Seno yang sejak tadi sudah berdiri tegak, mulai membelai mesra pintu lapis legit milik istrinya yang sudah basah kuyup. Dokter Heni sendiri tak habis pikir mengapa tubuhnya mudah tersulut api gai*rah sehingga mudah sekali bereaksi dengan cepat saat disentuh oleh Seno.
Bahkan baru dibelai mesra di pintu oleh si ular megalodon milik suaminya ini, ia sudah basah kuyup kembali di bawah sana.
Apakah karena cinta yang memang sudah terpatri atau memang sentuhan Seno yang begitu memabukkan baginya ?
Namun yang pasti ia sangat tahu dan bisa merasakan bahwa cinta Seno tulus padanya saat ini.
Saat mengetahui landasan pacu sudah siap, Seno pun melesatkan miliknya untuk masuk. Sayangnya huja*man pertama mengalami kegagalan. Maklum lapis legit yang ia kunjungi saat ini sudah lama tak pernah kedatangan tamu siapa pun. Bahkan sudah lebih dari sepuluh tahun lamanya. Seno tak pantang menyerah. Ia berusaha kembali melesatkan megalodonnya.
Blessh...
Huja*man kedua seketika megalodon miliknya dengan sempurna mendarat masuk ke dalam lapis legit milik istrinya yang mirip jalan tol bebas hambatan dan tak ada penerangan sama sekali di dalamnya. Namun rasanya sungguh dahsyat dan nikmat. Mereka melebur untuk pertama kalinya.
Mata Seno merem melek merasakan kedut rasa yang luar biasa seakan lapis legit itu tengah mencengkeram nikmat ular megalodonnya di dalam sana. Sedangkan Dokter Heni awalnya terasa nyeri hingga jari-jemari tangannya sempat mencakar punggung suaminya. Seno tak masalah akan hal itu. Ia memaklumi karena memang rasanya mirip gadis pecah pera*wan bukan seperti janda.
Dokter Heni merasakan miliknya terasa penuh oleh megalodon Seno. Tak bisa terkatakan lagi. Walaupun ia tadi sudah melihat secara langsung bentuk dan panjang si ular megalodon. Bahkan sempat berkenalan dan merabanya sejenak ketika dirinya membuka celana dalam suaminya. Sebab Seno yang memintanya melakukan hal itu di saat awal akan bercinta. Katanya, lebih berdesir jika Dokter Heni yang membukanya daripada dirinya. Kini si megalodon telah bersarang sempurna di dalam lapis legit miliknya.
Perlahan-lahan dia melaju. Menghu*jam keluar masuk. Ritme yang lembut perlahan tapi pasti berubah menjadi lebih cepat. Dokter Heni pun tak hanya diam statis. Rasa nikmat mendorongnya juga ikut menggerakkan pinggulnya walaupun tubuhnya berada di bawah kung*kungan daksa tegap suaminya.
Dirinya tak ingin menjadi gedebog pisang yang hanya menerima kenikmatan tanpa membalas hal serupa pada suaminya. Sebab masalah kehangatan ranjang dalam pernikahan adalah tanggung jawab kedua belah pihak. Bukan hanya satu pihak semata.
Setelah cukup lama menghu*jam dan menghentak milik istrinya, keduanya sama-sama saling memeluk, merengkuh tubuh pasangan masing-masing, sebab puncak madu asmara akan diraih bersama.
Tubuh keduanya bergetar hebat lalu di detik selanjutnya sama-sama memekik.
"Masshh..."
"Sayangku..."
Seno ambruk di sisi tubuh Dokter Heni setelah akhirnya dia meng3jang panjang, saat berhasil mendapatkan pelepasan yang diinginkan. Menumpahkan seluruh isinya ke dalam rahim sang istri hingga tumpah ruah.
Keduanya sama-sama sedang mengatur napas. Kemudian Dokter Heni berjengit saat kecupan lembut mendarat di keningnya, disusul gumaman maskulin memenuhi ruang dengarnya.
"Makasih istriku," ucap Seno seraya menarik tubuh Dokter Heni untuk didekap.
Seulas senyum hangat tersungging di paras cantik Dokter Heni. Ia semakin merapatkan tubuhnya pada sang suami. Tangan Seno dengan lembut mengelus punggung polos istrinya itu yang dalam kondisi masih basah dengan buliran keringat.
"Apa Mas puas?" tanya Dokter Heni seraya mendongakkan kepalanya untuk melihat wajah suaminya. Seno menurunkan pandangannya tuk melihat wajah istrinya yang terus tersenyum seperti dirinya sejak tadi.
Cup...
Seno mencium bibirnya sekilas. Lalu menurunkan kepalanya sedikit untuk menjangkau telinga Dokter Heni.
"Sangat puas, istriku. Bunda sendiri bagaimana? Apa pelayanan Papa ada yang kurang? Katakan saja, nanti Papa berusaha perbaiki."
Seno tak pernah melakukan hal seperti ini di masa lalunya ketika bersama Manda. Alhasil dirinya kini banyak berbenah. Khawatir kepuasan itu hanya dirasakan olehnya bukan istrinya. Pengalaman pahit masa lalunya banyak memberi pelajaran berharga baginya saat ini dan untuk masa depannya.
Maka hal krusial perihal kehangatan ranjang seperti ini wajib dikomunikasikan dengan pasangan agar selalu bergelora dan bergai*rah. Karena jika sudah dingin tanpa mencari solusi bersama maka rawan perselingkuhan.
"Puas banget. Makasih suamiku yang tampannya se-Kecamatan," ucap Dokter Heni seraya terkekeh di ujung kalimatnya sendiri.
"Bunda nakal,ih. Nanti Papa hukum loh," ucap Seno seraya mencubit hidung mbangir istrinya.
"Mau dong dihukum. Tapi dihukum yang enak-enak aja ya Pa," goda Dokter Heni.
Alhasil keduanya justru terkekeh dan tertawa bersama di pekatnya malam. Guyuran hujan di luar sana mulai berangsur mereda. Berharap indahnya cinta dalam pernikahan bukan hanya untuk malam ini tapi juga terjadi di malam-malam selanjutnya. Selamanya menua bersama hingga menutup mata.
Bersambung...
🍁🍁🍁
eh salah hamil maksudnya