Andina tidak menyangka, dia harus jadi pengasuh seorang bayi tampan anak dari majikan ayahnya.
Ya, orangtua si bayi tersebut sibuk dengan karirnya. Khususnya Vita sebagai mami nya nggak mau berhenti bekerja. Arya suaminya, sudah terlalu sering meminta untuk berhenti bekerja. Dan riak pertengkaran dimulai.
Nggak mau memakai jasa baby sitter karena takut dengan banyaknya berita di tv soal kasus penganiayan terhadap anak yang diasuhnya bahkan ada juga sampai dibunuh, kan jadi ngeri.
Alhasil, oma dan onty nya baby Athaya yang dibuat repot setiap hari harus mengasuh Athaya anaknya Arya. Sebulan dua bulan masih oke...tapi lama lama kewalahan juga karena Athaya setelah bisa berjalan makin aktif.
Hingga secara spontan ayahnya Andina yang bekerja sebagai sopir Arya, menawarkan Andina untuk mengasuh baby Athaya.
Penasaran selanjutnya bagaimana ? Yuk ikuti ceritanya.
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Me Nia, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
13. POV Arya
Aku turun dari mobil sambil memangku Athaya, berjalan menuju ruko yang katanya buka usaha online shop. Sekilas kulihat plang yang menempel dikaca " Triple A Collection " hmmm ada maknakah itu ? batin Arya penasaran.
Pak Wahyu sudah lebih dulu masuk ke dalam, aku dan Meta menyusul 10 menit kemudian karena saat turun dari mobil hp ku berdering. Mama dan papa mengabarkan bahwa mereka sudah berangkat ke Lembang.
Ku buka pintu kaca toko dengan arah panah geser ke kiri, setelah berucap salam aku melihat ada 5 orang didalamnya. Yang 2 orang tampak sibuk dengan kegiatan bungkus-bungkus barang seperti nya isinya baju, entahlah baju model apa.
Kulihat tiga orang yang sedang berdiri, salah satunya pak Wahyu, dua orang lagi perempuan berhijab yang pasti salah satunya adalah anak pak Wahyu. Belum bisa kutebak orangnya yang mana karena saat masuk mereka berdua kelihatan melongo, malahan yang satu mulutnya menganga. Aku sampai mengkerutkan kening heran menyaksikan tingkah mereka.
Saat pak Wahyu memperkenalkan aku pada mereka, kulihat senyum ramah dari keduanya. Dan ah...bisa kutebak yang tersenyum dengan terlihat lesung pipi itu pasti Andina.
Spontan hatiku berkata " cantik " eh....
Dulu saat dia kelas 6 SD terakhir aku bertemu dengannya. Aku hobi sekali menjahilinya sampai dia mau nangis. Aku gemes sama lesung pipinya, manis sekali kalau dia tersenyum.
Pak Wahyu kalau hari minggu mebawanya ke rumah mama untuk membantu papa menyemai bibit buah dan sayuran. Oh ya, perlu diketahui pak Wahyu dikasih libur setiap minggu oleh papa dan aku pun membiasakan itu sampai sekarang ia jadi sopirku. Papa dan pak Wahyu mempunyai hobi yang sama dalam berkebun dan bertani, penghilang stres katanya.
Sekarang aku begitu canggung meski untuk sekedar bercanda. Sebagai seorang direktur aku harus jaga imej dong, meski sebenarnya aku nggak pernah memandang rendah status orang seperti yang diajarkan mama papa ku.
Hmm dia sekarang menjelma jadi gadis yang sangat cantik, sungguh pangling. Memang, bibit cantiknya sudah terlihat dari dulu sih...
Sambil duduk lesehan dikarpet kami mengobrol soal tujuan mau menitipkan Athaya. Awalnya anakku nggak mau ditinggal, malahan pipinya sudah kembang kempis mau nangis. Aku sungguh bingung...bagaimana ini...nggak mungkin aku bawa anak ke lapangan...kasihan pasti akan kelelahan dan rewel.
Alhamdulillah lega rasanya...Andina mampu membujuk anakku dengan bermain-main patung manekin...anakku tampak tertawa senang. Hmm kesan pertama membuatku tenang meninggalkan Athaya pada orang asing ( asing dalam arti belum pernah dititipin anak ). Andina tampak humble pada anak, cocok jadi guru TK kayaknya hehe...
***
Kami pergi meninggalkan ruko menuju tujuan pertama yaitu pabrik. Butuh 1,5 jam perjalanan menuju lokasi dengan keadaan jalan ramai lancar. Setelah dilokasi, aku mengecek setiap ruangan dimana karyawan pabrik bekerja. Aku berkeliling didampingi sekretarisku Meta dan kepala Divisi.
Secara umum semuanya baik-baik saja. Tidak ada kendala dalam produksi. Aku tekankan pada kepala divisi agar jangan sampai suplai barang ke semua cabang dept store jangan sampai telat.
Selesai berkeliling, kepala divisi menjamu kami makan siang. Aku suruh Meta menghubungi pak Wahyu untuk ikut gabung makan bersama. Ya, meskipun dia seorang sopir, tapi aku sangat respect akan pengabdiannya selama puluhan tahun. Bagiku ia layak untuk duduk bersama 1 meja. Dan semua orang yang mengenalku sudah faham itu.
Aku menanyakan kabar anakku pada pak Wahyu. Ia lalu forward video kiriman, nampak Andina sedang menimang Athaya sambil bersholawat. Tanpa sadar aku tersenyum.
Setelah meminta nomer hp Andina, aku kirim pesan singkat " rewel nggak ?". Tak lama terdengar bunyi balasan yang membuatku lagi-lagi tersenyum.
Setidaknya hati dan pikiranku tenang untuk pergi ke tempat kunjungan kedua, Depok.
*****
Bersambung
Sempat baca ..sukses selalu ya teh sehat & semakin banyak karya” mu yang masuk rangking 🤲