Ara adalah seorang personal asisten Garvi, hubungan mereka cukup unik. Terkadang terlihat layaknya kawan sendiri tapi tak jarang bersikap cukup bossy hingga membuat Ara lelah sendiri.
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Lin_iin, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
dua puluh lima
****
Mas Dika (adik Pak Garvi) :
send a picture
Mas Dika (adik Pak Garvi) :
bagus gk?
Ara menghela napas tidak habis pikir, lalu diikuti suara decakan yang terus keluar dari mulutnya. Kenapa lagi sih ini adik sang bos? Perasaan hobi banget chat random. Batinnya keheranan.
Anda :
Eh, maksudnya apa ya Mas?
Mas Dika (adik Pak Garvi) :
Aku minta pendapat kamu, kira2 bagus gk?
Anda :
Bagus
Mas Dika (adik Pak Garvi) :
Apanya yang bagus? Aku atau kameranya?
Anda :
Dua-duanya bagus, Mas
Mas Dika (adik Pak Garvi) :
Berarti satunya gk bagus?
Anda :
Maksudnya Mas?
Mas Dika (adik Pak Garvi) :
Soalnya kan ada tiga, terus kamu jawab kalau dua2nya bagus. Bukankah itu artinya yang satu kurang bagus atau bahkan jelek?
Anda :
Bukan begitu Mas, kan Mas Dika nanya yang bagus orangnya atau kameranya. Ya saya jawab bagus dua2nya. Foto ketiganya juga bagus.
Anda :
Sekian. Terima kasih.
Mas Dika (adik Pak Garvi) :
Lucu
Anda :
Mohon maaf mas? Apanya yang lucu ya?
Mas Dika (adik Pak Garvi) :
Kamu
Mas Dika (adik Pak Garvi) :
Hehe
Mas Dika (adik Pak Garvi) :
Udah punya pacar belum sih?
Anda :
Sudah mas, maaf 🙏
Mas Dika (adik Pak Garvi :
HAH? SERIUS UDAH?
Anda :
Udah mas
Anda :
Send picture seventeen
Anda :
Satu lusin bonus satu
Mas Dika (adik Pak Garvi) :
Astaga, Ara, kamu tahu aku udah lemes banget takutnya banget aku. Udah siap-siap ngamuk Esa aku.
Anda :
Esa? Mas Mahesa maksudnya?
Mas Dika (adik Pak Garvi) :
Ya iya lah, siapa lagi kalo bukan esa, Mahesa? Temen aku di Indo gk sebanyak itu, soalnya aku juga jarang pulang jadi temenku cuma si Esa yang bener-bener deket
Anda :
Tapi Mas, apa hubungannya sama Mas Mahesa?
Mas Dika (adik Pak Garvi) :
Takut aja kalo kalian beneran pacaran
Anda :
Mas Dika ini beneran mirip Pak Garvi ya?
Mas Dika (adik Pak Garvi) :
Orang yang bilang kita itu nggak mirip, tapi beberapa dari mereka susah ngebedain kita. Aneh banget kan?
"Chatan sama siapa sih?"
Ara reflek menoleh. "Oh, anu, Pak, sama Mas Dika," jawabnya kemudian sambil meringis sedikit salah tingkah.
Garvi tiba-tiba menghentikan langkah kakinya. Ditatap sang personal asisten sambil mengangkat sebelah alisnya heran.
"Ngapain kamu chatan sama dia? Jadi pdkt itu anak?" tanya dengan nada bicara yang terkesan tidak suka.
Ara langsung meresponnya dengan tertawa. "Bapak ini ngomong apaan sih? Enggak ada yang pdkt, Pak, Mas Dika cuma nanya pendapat. Kayaknya dia habis beli kamera baru gitu, terus nanya pendapat saya."
"Memang kamu ngerti soal kamera?"
Sambil meringis canggung, Ara menggeleng cepat. "Enggak sih, Pak."
"Terus kenapa malah nanya kamu dan bukannya nanya saya?"
"Lah, kenapa Bapak nanya saya? Kalau soal ini harusnya Bapak tanya adik Bapak sendiri, saya mana tahu, orang saya cuma ditanyain doang."
"Kalian akrab?"
Kedua kaki Garvi kembali melangkah, dengan gerakan gesit Ara langsung mengekor di belakang sang atasan.
"Biasa aja sih, Pak," balas Ara saat kini sudah mulai menyamakan langkah kaki mereka.
Garvi tidak terlalu menggubrisnya.
***
"Loh, Pak, itu bukannya Mbak Arin?"
Yang ditanya langsung menoleh ke arah sekitar dan tak lama setelahnya ia menemukan sesosok yang dimaksud.
Garvi kemudian mengangguk dan mengiyakan. Namun, pria itu tampak acuh tak acuh, tidak seperti biasa yang mendadak ingin mengajak bergabung dengan sang kekasih.
Hal ini membuat Ara bertanya-tanya. Ada apa nih dengan sang atasan, tumben banget. Lagi berantem apa gimana? Batin Ara merasa kepo.
"Pak, Bapak lagi berantem ya sama Mbak Arin?"
Detik berikutnya Ara mulai tersadar saat mendapati tatapan datar milik sang atasan.
Astaga, Tuhan, bagaimana Ara bisa lupa kalau sang atasan sudah putus dengan sang kekasih?
"Makan sayur, Zahra, makan sayur!" decak Garvi sambil menatap Ara dengan ekspresi kurang sukanya.
Ara menundukkan kepala malu. "Maaf, Pak, lupa. Namanya lupa kan nggak inget, Pak."
"Kamu ini dikit-dikit pelupa padahal masih muda banget. Heran saya, kan sudah saya bilang, makan sayur, Zahra. Apa aja yang masuk ke dalam tubuh kamu itu diperhatikan betul-betul, jangan sembarang."
Kalau sudah dinasehati demikian, Ara memilih diam saja.
"Mikirin apaan sih?"
Kali ini Ara terkekeh. "Mikirin jodoh saya, Pak, kira-kira lagi ngapain ya dia."
"Belum dibikin kali."
Ara langsung merengut kesal. "Jahat banget, Pak, masa belum dibikin, kalau belum lahir mah masih mending dikit. Lah, kalau belum dibikin apa kabar tuh?" Pandangannya kemudian menerawang diiringi helaan napas berat, "mana bentar lagi udah mau lebaran lagi.
"Salah sendiri nggak mau sama adik saya."
Ara langsung menatap sang atasan dengan tatapan datarnya. "Bapak bisa nggak sih, stop bikin candaan begini?"
"Saya serius loh padahal."
"Tahu lah."
"Kalau sama saya mau?"
"Hah?"
💙💙💙💙