Seorang wanita bernama Puteri mempunyai masa lalu yang kelam, membuatnya memunculkan sifat yang berkamuflase. Seperti seseorang yang mempunyai dua kepribadian, plot twist dalam setiap kehidupannya membuat kisah yang semakin seru
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon SangMoon88, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
Episode 23
Sesampainya dirumah Puteri, Selvi dan Rita langsung masuk, dan menyuruh kedua pria tadi berjaga-jaga didepan.
Puteri menyambut mereka dengan baik, dan mempersilahkannya duduk. Selvi kemudian kebelakang mengambilkan makanan dan minuman untuk mereka bertiga.
Sambil membawa nampan yang berisikan makanan dan minuman, Selvi menghampiri mereka.
"Ih malah jadi kamu yang repot-repot, thank's ya Vi." Ucap Puteri sambil membantu Selvi menaruh makanan dan minuman itu di meja.
"Iya sama-sama, aku gak repot kok!!!, kan kamu emang belum boleh capek-capek dulu." Jawab Selvi sambil tersenyum. "Oia Rita, ini Puteri, Puteri ini Rita." Memperkenalkan mereka berdua.
"Hai Rita, apa kabar??" Sapa Puteri ramah sambil menyodorkan tangan hendak bersalaman.
"Hmm hai Put, aku baik!!" Jawab Rita sambil tertunduk malu.
"Aku ikut berduka atas meninggalnya Adi ya, semoga amal ibadahnya diterima disisi Allah dan ditempatkannya ditempat yang terbaik. Kamu yang sabar ya.." Ucap Puteri sendu sambil memandang wajah Rita.
"Aamiin terima kasih Put, hmm aku juga mau minta maaf sama kamu, karena aku dan Nino, kamu harus kehilangan janin kamu. Aku benar-benar menyesal, maafkan aku Puteri!!!" Lirihnya sambil terisak. Pasalnya Rita tidak pernah mengira bahwa Puteri akan memperlakukannya sebaik itu, padahal ia sudah berbuat jahat kepadanya, hingga ia harus kehilangan janin dan hampir kehilangan nyawanya sendiri.
"Sudah Rita, aku sudah memaafkan kamu, semua yang terjadi atas kehendak Allah, karena Allah sudah mempunyai rencanyanya sendiri, aku mengambil hikmahnya saja dari kejadian ini." Puteri bangkit dari duduknya kemudian duduk disamping Rita, mengelus punggungnya seraya menenangkan.
"Aku gak tau kalo ternyata kamu juga hampir kehilangan nyawa kamu karena kejadian ini, setahuku obat itu hanya akan menggugurkan kandungan saja, tapi tidak berdampak kepada ibunya." Jawabnya lagi menjelaskan.
"Hmm, Rita bisa tolong jelaskan lagi apa yang sebenarnya terjadi??, aku hanya ingin tahu kebenarannya!!!". Lirih Puteri sedikit memohon.
"Hu'um, aku akan menceritakan yang sebenar-benarnya tanpa ada penambahan ataupun pengurangan dalam cerita, aku benar-benar menyesal put, semoga dengan perbuatanku ini bisa membuat kamu benar-benar bisa memaafkan aku dan memperbaiki kesalahanku." Ucap Rita bersungguh-sungguh.
"Sebentar, aku akan merekamnya sebagai bukti!!! Sela Selvi, Kemudian ia mengambil kamera dan mulai merekam, Silahkan!!!"
Rita pun menganggung, kemudian sambil memegang tangan Puteri ia menjelaskan semuanya,sejuju-jujurnya, terlihat dari tatapan matanya yamg tidak ada kebohongan. Sepertinya Rita benar-benar ingin menebus kesalahannya.
"Jadi kala itu aku bertemu dengan Nino disebuah club, berawal dari mengobrol biasa saja, hingga kami intens berkomunikasi dan bertemu. Sampai suatu hari Nino bercerita tentang kamu yang sedang hamil, Nino sebenarnya begitu mencintai kamu, hanya saja dia belum siap untuk menjadi seorang ayah, bahkan impian Nino adalah bisa menikahi kamu Put."
"Sampai akhirnya kamu memutuskan untuk tetap mempertahankan janin kamu, sekalipun Nino tidak menginginkannya. Egonya memaksa dia untuk menghalalkan segala cara, termasuk meminta saran dariku untuk membantunya agar kamu keguguran."
"Awalnya rencananya adalah membuat kamu pura-pura diserempet motor, agar kamu terjatuh dan kehilangan bayi itu, namun kemudian aku melarangnya karena jelas itu akan membahayakan kamu."
"Kemudian aku meminta tolong salah satu kenalanku untuk mencarikan obat penggugur kandungan, aku mengatakan kepadanya bahwa aku yang mengandung dan belum siap mempunyai seorang anak."
"Temanku memberiku obat dan ia memintaku untuk tidak melibatkannya dalam masalah ini, akupun mengangguk mengiyakan permintaannya."
"Lalu aku menyerahkan obat itu kepada Nino, aku memberitahunya sesuai dengan arahan temanku, dan temanku mengatakan jika itu tidak akan membahayakan sang ibu jika digunakan sesuai dengan dosisnya."
"Saat itu Nino mengatakan rencana barunya kepadaku, bahwa ia akan mengajak kamu berjalan-jalan, lalu ia akan berpura-pura asma nya kumat dan lupa membawa obat, sehingga kamu akan pergi untuk membelikannya, sementara Nino mencoba memasukan obat kedalam minuman kamu."
"Namun aku tidak tau berapa banyak obat yang Nino berikan, karena setelah ia melancarkan aksinya dan kamu dilarikan ke RS karena pendarahan, aku sempat berpikir apa Nino melipat gandakan dosisnya karena reaksinya begitu cepat. Aku tidak keburu menanyakan perihal itu kepada Nino karena ia langsung marah-marah." Penjelasan Rita dengan panjang lebar.
"Lalu sejauh mana hubungan kalian?? Apa benar kamu adalah selingkuhannya, yang meninggalkan banyak tanda di leh*r dan pipi Nino malam itu??" Tanya Puteri penasaran.
"Iya, aku yang melakukannya, awalnya aku melakukan itu agar saat dia menemuimu, kamu bisa melihat jejak perselingkuhannya dengan wanita lain, lantas kalian berpisah. Namun karena malam itu yang melihatnya adalah Selvi, dan Selvi mengusirnya, maka ia kembali padaku dan kemudian melampiaskan kemarahannya kepadaku." Jelas Rita lagi sambil menyeruput minumannya haus.
"Apa yang dia lakukan padamu??" Kali ini Selvi yang bertanya.
Rita sempat terdiam sejenak, menelan salivanya dengan susah payah, karena bagaimanapun kejadian itu membuatnya sedikit trauma.
"Dia meny*ksaku, memperlakukanku dengan kasar, bukan hanya menyakiti tubuhku, tapi juga melakukan keker*san sek*ual padaku."
"Aku meminta ampun padanya, namun bukannya menghentikan peny*ksa*an itu, ia justru semakin sad*s, memperlakukan aku sepersi samsak hidup."
Aku menyesal sudah pernah mengenalnya, andaikan kala itu aku tidak bertemu dengan Nino, Adi pasti masih ada bersamaku kini." Isak Rita yang terbata-bata menyampaikannya.
Puteri kemudian memberikannya tisu, lalu mengusap punggungnya seraya menenangkan.
"Apa kamu tidak ingin melaporkan peny*ksa*an yang dilakukan Nino terhadapmu??" Tanya Puteri yang mengiba kepada Rita.
"Aku tidak punya bukti Put, lagi pula aku sudah tidak ingin berurusan lagi dengan pria breng*ek itu. Aku hanya ingin kembali pada keluargaku, memulai hidup baru, dan aku anggap semua adalah balasan atas perbuatanku padamu, tolong maafkan aku Put, aku benar-benar menyesal!!!." Jawabnya sambil menangis sesegukan, karena tak mampu menahan sesak didadanya lagi.
"Sudah, aku sudah memaafkanmu Rita, dan kamu pun sudah mendapat balasannya, sekarang hiduplah dengan lebih baik ya, kamu masih muda, kamu akan memdapatkan pria yang lebih bisa menghargai dirimu." Jawab Puteri lembut sambil memeluknya.
"Aku sudah pernah mendapatkannya Put, namun aku menyia-nyiakannya!!!." Tutur Rita sambil terus menangis dipelukan Puteri.
"Kamu sabar ya, yang penting kamu sudah menyesali perbuatanmu dan berusaha memperbaikinya. Aku doakan semoga kelak kamu bisa menemukan kembali pria yang seperti Adi dan jangan pernah kamu sia-siakan lagi." Melepaskan pelukannya, sambil mengusap kepala Rita dengan lembut.
"Terima kasih Put, aku tidak menyangka akan bisa mendapatkan maaf darimu, kalau begitu aku pamit ya!!!" Jawab Rita sambil menghapus air mata dipipinya.
"Hu'um, jika nanti kamu memerlukan bantuanku jangan sungkan-sungkan datang padaku, ini nomor telponku, hubungi kapanpun, aku pasti akan dengan senang hati membantumu!!!" Sambil menyerahkan kartu nama.
"Iya, kalau begitu aku permisi." Pamitnya kepada mereka berdua.
Rita meninggalkan kediaman Puteri lalu menuju kampung halamannya diantar oleh kedua orang Selvi. Puteri dan Selvi harus memastikan Rita selamat sampai tujuan, karena bisa saja Nino berbuat nekad.
Akhirnya Rita sampai dikampung halamannya dengan selamat, sebelum kedua orang suruhannya Selvi pergi, mereka sempat memberikan sebuah amplop cokelat kepada Rita.
Rita yang tertegun menerima amplop itu lalu bertanya apa ini kepada mereka berdua. Kedua pria itupun menjawab. Ini sebagai ucapan terima kasih dari Nona Selvi dan Nona Puteri, karena anda sudah mau membantu mereka, dan mereka berpesan agar anda bisa menjaga diri, serta manfaatkan uang itu sebaik-baiknya. Mulailah hidup baru yang lebih baik, dan merekapun berpesan jika kelak nona Rita membutuhkan pertolongan, mereka siap membantu.
Mendengar hal itu Rita menangis, ia bersyukur bisa mengenal orang-orang sebaik Selvi dan Puteri, selain memafkannya, merekapun benar-benar memastikan Rita tiba dengan selamat sampai tujuan, dan bahkan mereka memberi uang dengan nominal tidak sedikit agar Rita bisa memulai hidup dengan lebih baik.
Ia pun sangat berterima kasih kepada Tuhan karena telah mempertemukannya dengan orang-orang baik, dan juga karena masih memberinya kesempatan kedua.