Di usianya ke 32 tahun, Bagaskara baru merasakan jatuh cita untuk pertama kalinya dengan seorang gadis yang tak sengaja di temuinya didalam kereta.
Koper yang tertukar merupakan salah satu musibah yang membuat hubungan keduanya menjadi dekat.
Dukungan penuh keluarga dan orang terdekat membuat langkah Bagaskara untuk mengapai cinta pertamanya menjadi lebih mudah.
Permasalahan demi permasalahan yang muncul akibat kecemburuan para wanita yang tak rela Bagaskara dimiliki oleh wanita lain justru membuat hubungan cintanya semakin berkembang hingga satu kebenaran mengenai sosok keluarga yang selama ini disembunyikan oleh kekasihnya menjadi ancaman.
Keluarga sang kekasih sangat membenci seorang tentara, khususnya polisi sementara fakta yang ada kakek Bagaskara adalah pensiunan jenderal dan dirinya sendiri adalah seorang polisi.
Mampukah Bagaskara bertahan dalam badai cinta yang menerpanya dan mendapatkan restu...
Rasa nano-nano dalam cinta pertama tersaji dalam cerita ini.
HAPPY READING.....
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon julieta, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
MULAI BERGERAK
Tiga hari telah berlalu dan kini Audry sedang dalam perjalan menuju Palembang bersama timnya untuk mengaudit dan menangani masalah penyelewengan dana disana
Kegagalan tim Beta dalam menangani kasus serta keterlibatan mereka secara tidak langsung dalam menutupi kasus penggelapan dana yang tak sedikit tersebut membuat Melvin murka sehingga lima orang dalam tim Beta dipecat secara tidak hormat.
Banyaknya bukti yang sengaja dihilangkan dan beberapa data yang telah dimodifikasi membuat tim Alpha sepertinya nanti akan sedikit mendapatkan kesulitan dalam mengkuak kecurangan yang ada dan menghukum pelaku.
Meski begitu, tim yang beranggotakan lima orang ini tetap optimis, apalagi keberadaan Audry ditengah- tengah mereka tentunya menjadi motivasi besar bagi tim Alpha untuk menyelesaikan tugas yang diembannya dengan sebaik-baiknya.
Jika Audry sedang sibuk dengan tugasnya, keluarga Purnomo di Bandung saat ini juga sibuk bolak- balik kerumah sakit akibat kondisi mami Gladys yang tiba-tiba drop.
Sehari setelah pernikahan Veli dan Hendra mami Gladys mengalami sakit perut dan kepala yang parah sehingga membuatnya terpaksa harus dilarikan kerumah sakit.
Namun yang aneh, setiba dirumah sakit, setelah ditangani oleh dokter dan diperiksa menyeluruh tak ditemukan penyakit apapun ditubuh mami Gladys dan hanya didiagnosa kecapekan sehingga dokter menyarankan untuk dibawa pulang kembali setelah infuse yang diberikan habis.
Kondisi seperti ini terus terjadi beberapa kali hingga papi Candra yang merasa ada yang janggal pun mendatangi dokter yang merawat istrinya tersebut secara pribadi.
“Apa ini tidak salah dok ? bagaimana bisa istri saya baik-baik saja jika kondisinya setiap malam kesakitan dan sangat lemah seperti ini”, ujar Candra meragukan analisis sang dokter.
“Menurut hasil laboratorium yang kami dapatkan, tubuh nyonya Gladys baik-baik saja. Tidak ada indikasi penyakit apapun, semunya terlihat normal. Jika Bapak masih ragu, bapak bisa mencoba memeriksakan nyonya ke rumah sakit yang lainnya”, ujar sang dokter memberi solusi.
Papi Candra mengamati laboratorim mami Gladys dan membacanya berulang kali hanya untuk memastikan, namun sayangnya hasilnya tetap sama, tak ada indikasi apapun yang menyatakan jika istrinya tersebut menderita sebuah penyakit, semua hasilnya sangat normal.
Candra yang masih meragukan analisa dokter pun membawa Gladys berobat ke beberapa rumah sakit lain besar yang ada di ibukota.
Namun hasil yang diterimanya tetap sama seperti hasil yang didapatkan sebelumnya yaitu mami Gladys tak menderita penyakit apapun.
Bahkan kondisi tubuhnya sangat sehat dan hal itu dibuktikan oleh hasil laboratorium yang kini tengah Candra pegang.
Candra dan seluruh anggota keluarga Purnomo merasa aneh, bagaimana bisa dokter sama sekali tak mendeteksi penyakit apapun sementara Gladys setiap menjelang malam selalu mengerang kesakitan.
Bahkan obat pereda nyeri dosis tinggi yang disarankan oleh dokter pribadi keluargapun tak bisa mengurangi rasa sakit yang mendera.
“Sebagai sahabat, aku menyarankan kamu mencari pengobatan non medis karena aku curiga penyakit yang diderita oleh istrimu ini sengaja dikirim oleh seseorang. Mungkin hal ini terdengar konyol dan sebagai orang yang selalu mengandalkan logika kamu pasti tak akan percaya. Tapi, demi kesembuhan istrimu, tidak ada salahnya kamu coba itu jika kamu mau...jika tidak juga tak apa. Dan maaf, jika apa yang aku katakana tadi menyinggungmu. Aku balim dulu...”, ujar dokter Hamzah sebelum dia pulang setelah untuk kesekian kalinya dalam dua minggu ini memeriksa Gladys sambil menepuk pundak Candra beberapa kali sebelum tubuhnya menghilang dibalik tembok.
Candra memikirkan perkataan dokter keluarga yang juga merupakan sahabatnya itu karena memang penyakit yang diderita oleh istrinya ini cukup aneh.
Sebagai kepala keluarga dan seseorang yang berpikiran logis, Candra yang tak terlalu percaya dengan yang namanya mistis dan hal-hal seperti itu pun mencoba untuk bertukar pikiran dengan mertuanya, dengan harapan opa Sandi dan eyang Surti bisa memberikan jalan keluar atas permasalahan yang sedang dihadapi.
Mendengar anak bungsunya sedang sakit, opa Sandi dan eyang Surti pun segera meluncur menuju Bandung untuk melihat kondisi Gladys.
Penyakit yang diderita oleh Gladys tentu saja membuat semua anggota keluarga Purnomo merasa sedih, termasuk Bagaskara yang tak bisa pulang ke Bandung untuk melihat kondisi sang mami akibat banyaknya pekerjaan yang masih harus dia selesaikan.
Bagaskara tampak tak fokus melakukan pekerjaannya hari ini.Pikirannya benar-benar kalut mendengar cerita yang diberikan oleh kak Veli kepadanya.
“ Ada apa ? kulihat mulai kemarin kamu tampak lesu tak bersemangat seperti ini ? lagi bertengkar sama pacarmu ?”, tanya Rafie khawatir.
“Hubunganku sama Audry baik-baik saja. Ini masalah mami...”, ucapan Bagaskara terjeda karena dia masih ragu ingin bercerita mengenai masalahnya kepada Rafie atau tidak.
Rafie yang melihat rekan serta sahabatnya itu menghela nafas berat hanya bisa menepuk pundaknya pelan “Jika mau cerita, aku akan mendengarkan. Jika tidak, berusahalah fokus karena tugas yang sebentar lagi akan kita jalankan memerlukan konsentrasi tinggi”.
Bagaskara kembali menghela nafas berat sambil mengusap wajahnya dengan kasar sebelum mulai bercerita.
Diapun segera menceritakan kondisi mama Gladys yang sedikit aneh karena wanita yang melahirkanya itu hanya akan merasakan sakit ketika menjelang malam, lebih tepatnya menjelang maghrib tiba.
Rafie yang mendengar cerita Bagaskara mengkerutkan keningnya merasa aneh dengan gejala yang diderita oleh ibu dari sahabatnya itu.
“Apa sudah dibawa berobat kerumah sakit ? ”,tanyanya memastikan.
“Sudah dan hasilnya kondisi mami baik-baik saja. Tidak ada apapun yang salah di tubuhnya”, ujar Bagaskara dengan wajah sendu.
Meski hanya dugaan, Rafie yang tak ingin terlalu gegabah menyimpulkan asumsinya pun berusaha memberi saran kepada sahabatnya itu terhadap permasalahan yang sedang dihadapinya.
“Jika mendengar ceritamu, aku rasa ada orang yang sengaja ingin mencelakai mamimu memalui jalur magic”, Rafie pada akhirnya menyatakan pendapatnya.
“Magic...maksudmu mamiku terkena guna-guna”, tanya Bagaskara syok.
Rafie paham, orang selogis Bagaskara pasti akan sangat sulit menerima hal yang berada diliuar nalar seperti itu.
Namun mengingat cerita Bagaskara dan kondisi yang dialami oleh mami Gladys, hanya hal itulah yang bisa Rafie tarik benang merahnya.
“Aku tak memaksa kamu percaya. Jika kamu memiliki kontak Ridwan, teman SMA kita, coba kamu hubungi. Siapa tahu dia bisa bantu”, ujar Rafie sambil menepuk bahu sahabatnya itu sebelum dia pergi meninggalkn ruang rapat yang sedari tadi sudah kosong.
Meski tak percaya mengenai hal magic seperti itu, namun demi kesembuhan sang mami maka Bagaskara pun mencoba mencari cara seperti apa yang Rafie sarankan.
Lepas sholat Dhuhur, Bagaskara mengambil ponsel dan mencoba menghubungi Ridwan yang kebetulan hari ini sedang berada di ibukota untuk berbelanja beberapa bahan tekstil untuk rumah produksinya.
“Assalamualaikum ustad...”, sapa Bagaskara ramah.
“Walaikumsalam wr.wb bro...tumben telepon, ada kabar apa nih...”, jawab Ridwan senang mendapatkan telepon dari teman SMA yang lumayan dekat dulu.
“Kudengar kamu lagi di Jakarta Wan...bisa tidak kita bertemu sebentar. Aku ingin minta tolong sesuatu padamu”, ujar Bagaskara to the point.
Ridwan yang merasa jika Bagaskara tampak memiliki permasalahan yang cukup berat dari nada suaranya pun meirik sang istri yang duduk disampingnya untuk meminta pendapat.
Setelah Salwa, sang istri mengangguk Ridwan pun kembali berbicara “Bisa Gas...Bagaimana jika ketemu di café Harmoni tak jauh dari kantormu ba’da maghrib. Kebetulan aku ada urusan juga didaerah sana”, ujar Ridwan menyarankan.
“Terimakasih ya wan, udah nyempetin waktu untuk bertemu denganku”, ujar Bagaskara tulus.
“Sama-sama Gas...”, jawab Ridwan.
“Assalamualaikum...”
“Walaikumsalam wr.wb...”
Kemudian Ridwan dan Bagaskara pun kembali meneruskan aktivitasnya yang sempat tertunda akibat obrolan singkat tersebut.