Sinta Ardila,gadis ini tidak perna menyangka jika ia akan di jual oleh sahabatnya sendiri yang bernama Anita,kepada seorang pria yang bernama Bara yang ternyata seorang bos narkoba.Anita lebih memili uang lima puluh ribu dolar di bandingkan sahabatnya yang sejak kecil sudah tumbuk besar bersama.bagai mana nasib Sinta.apakah gadis sembilan belas tahun ini akan menjadi budak Bara?apakah akan muncul benih cinta antara Bara dan Sinta?
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Alesya Aqilla putri, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
17
Sementara Bara saat ini sedang menikmati makan siang bersama Sofia dan tuan Bram,papa Sofia. Sengaja Bara datang setelah ia mangkir dari ajakan Sofia sebelumnya.
"Bara kapan kau akan menikahi Sofia?"tanya tuang Bram. Seketika membuat tangan Bara berhenti dan menaruh kedua sendoknya.
Sofia hanya diam saja menunduk,menikmati makan dengan perasaan berdebar.
"Maksudnya bagai mana paman?"tanya Bara yang merasa heran.
Maksudnya kapan kau menikahi Sofia mengingat kalian sudah lama menjalin kasih, tuan Bram menjelaskan.
"Aku dan Sofia menjalin kasih,sejak kapan?"
"Bara,
"Sofia menyentuh lengan Bara tapi dengan cepat di tepis oleh Bara.
"Maaf,paman.aku tidak perna menjalin hubungan dengan Sofia bahkan aku tidak memiliki niatan untuk menikahi dia,"ucap Bara memberi tahu.
Tuan Bram menoleh pada Sofia lalu menatapnya penuh tanda tanya.
"Tapi,Sofia bilang kau dan dia akan segera menikah,apa maksudmu berkata seperti itu?"protes tuan Bram.
Yang mengatakanya Sofia bukan aku, aku hanya menganggap Sofia sebagai teman sebap ia teman Irene,apa itu salah?
"Bara,kau benar-benar keterlaluan.di hadapan papaku saja kau tega memperlakukan aku seperti ini. Aku mencintaimu Bara, Sofia kembali menyentuh lengan Bara.
Sekali lagi aku katakan dengan tegas kepada paman,aku tidak perna mencintai Sofia bahkan kami tidak pernah menjalin hubungan.apa pun yang di katakan Sofia tentang aku adalah kebohongan.meskipun aku ingin menikah yang jelas buka Sofia perempuan lya,"ucap Bara tegas.
"Bara,!jerit Sofia dengan nada sedikit di tekan. Bara tidak peduli,pria ini beranjak dari duduknya kemudian memutuskan untuk pulang. Sofia mengejar Bara. bahkan ia tidak peduli dengan pengunjung restoran .
"Apa kurangnya aku, Bara?tanya Sofia yang menghentikan langkah Bara.
"kau jawab saja sendiri apa kurangnya dirimu. Sofia jangan memaksakan kehendakmu di saat orang lain tidak mau pada dirimu. Aku sudah memiliki pilihan hati sendiri,"ucap Bara memberi tahu.
"Sudah pasti gadis yang kau simpan di rumahmu iya ka?"tebak Sofia.
Bara tidak menjawab,pria ini melepaskan tangan Sofia lalu pergi begitu saja. Sofia hanya bisa menangis,pikirnya Bara akan luluh jika bertemu dengan papanya,ternyata tidak.
"Memalukan!"kesal tuan Bram."bisa-bisanya kau menjatuhkan harga diri papa di hadapan Bara!"benar-benar bodoh,"hardikya kepada Sofia.
tuan Bram memutuskan untuk pulang bahkan ia tidak peduli pada anaknya yang sudah ia anggap mempermalukan dirinya. Bukanya pulang,Sofia justru pergi menyusul Bara yang sudah pasti pulang.
Baru saja Bara keluar dari mobil,ia sudah melihat mobil Sofia. Bara hanya bisa membuang napas kasar,ingin sekali menjambak rambut wanita ini.
"Sofia apa kau tidak mengerti bahasa manusia?"geram Bara."sudah berapa kali aku katakan jika aku tidak suka padamu kenapa kau tidak paham juga,kau ini manusia apa bukan?
"Bara,kasar sekali bahasamu. Seharusnya kau beruntung mendapatkan cintaku, bukanya perlakukan aku seperti ini,"ucap Sofia tidak terima,"biarkan aku masuk,aku ingin melihat gadis yang kau simpan di dalam rumahmu."
Tiba-tiba saja Sofia terjatuh karena Bara dengan sengaja mendorongnya.
"Jangan coba-coba masuk kedalam rumahku tanpa seizin ku,"ucapnya memperingati.
"sebelumnya kau tidak pernah seperti ini padaku, Bara. Katakan padaku siapa yang kau sembunyikan di dalam sana apakah Irene?"
"Irene,sudah mati,jangan kau sebut nama itu lagi,sekarang pergilah aku muak melihatmu!"
Bara memanggil Tomo untuk mengusir Sofia, tapi sayang sekali bukan Tomo yang keluar melainkan Sinta. Bara termangu,dari mana Sinta memiliki keberanian untuk keluar.
"Apa aku yang kau bilang gadis simpanan itu?"tanya Sinta dengan wajah cengengesan.
"Ternyata benar,kau menyimpan seorang gadis di rumahmu?"ucap Sofia yang jelas sekali merasakan kecewa.
"Aku bukan gadis simpanan tuan Bara,"sahut Sinta sementara Bara diam saja. Mendadak lidahnya kaku untuk mengeluarkan suara.
"Jika bukan,lalu siapa kau?"ucap Sofia dengan nada tinggi.
Tiba-tiba saja Sinta melompat meminta gendong pada Bara, untung saja pria ini dengan sigap menyambut lompatan istrinya.
"Aku adalah istri tuan Bara,benar kan sayang?"ujar Sinta seraya mencubit hidung Bara dengan beraninya.
Sofia tercengang, telinganya panas dadanya sesak dan hatinya terbakar ketika ia mendengar jawaban dari Sinta.
"Pembohong!"ucapnya tidak percaya.
"dia benar istriku,"ucap Bara pada akhirnya mengakui,"dia Kukan gadis simpananku. Sekali lagi aku tegaskan padamu jika Sinta adalah istriku.
Sofia nyaris pingsan,untung saja ada Tomo yang menahan dirinya tidak jatuh kembali.
"Bara,teganya dirimu,"ucap Sofia dengan nada gemeteran.
"Pergi sana!"usir Sinta.
Sofia menangis,wanita yang patah hati ini kembali masuk kedalam mobilnya kemudian pergi dari rumah Bara.
"turunkan aku,"pinta Sinta.
"Kau yang naik sendiri lalu kenapa aku yang harus menurunkanmu?
"Bara,
"Bilang saja kau merindukan aku,"ucap Bara percaya diri.
Dan aku berharap kau tidak akan pulang,lebih baik kau pergi lagi,"sahut Sinta."cepat turunkan aku"pintahnya sekali lagi.
Bara tidak peduli,ia menggendong Sinta sampai ke kamar bahkan sampai di dalam kamar pun, Bara tidak mau menurunkan Sinta.pria ini justru menenggelamkan di antara dua bukit kembar yang tak seberapa besar milik Sinta.
"kecil sekali, sepertinya aku harus membantumu untuk membesarkannya,"ucap Bara kemudian tertawa.
"Membesarkan apa?tanya Sinta dengan polosnya.
"buah dadamu,"ucap Bara diiringi tawa.
Bara mencumbu bibir Sinta secara paksa, tentu saja hal ini membuat Sinta panik karena sudah pasti Bara akan menikmati tubuhnya seperti kemarin.
"lepaskan aku!"teriak Sinta.
Bara tidak peduli,cumbunya semakin liar menggairahkan, sepertinya Bara mulai kecanduan dengan tulang kurus yang saat ini ia pegang
"kau milikku sayang,"ucap Bara dengan suara berat menggairahkan.
"Aku benci padamu,"ucap Sinta dengan isak tangisanya.
Segala bantal,dan guling ia lempar ke arah Bara yang saat ini hanya berdiri seperti patung.
Kau selalu menghina fisikku,kuruslah inilah itulah,tapi kau menikmati tubuhku. Dasar manusia munafik!"
Bara menggaruk kepalanya yang sedikit pusing, sebenarnya ia merasa malu karena apa yang di katakan Sinta adalah benar.
"Kau istriku sudah seharusnya kau melayani aku,"ucap Bara membela diri.
"tetap saja kau munafik!"seru Sinta,"bilang saja kau suka padaku tapi kau malu-malu,"ucap Sinta membuat Bara tertawa.
"Mulai sekarang,kau harus bisa mencintai aku, karena aku suamimu,"ucap Bara yang yang memaksa.
Sinta hanya diam saja,ia menarik ingus yang hampir keluar menjulur ke lubang hidungnya.
"Jorok sekali!"seru Bara.
Apa kau ingin menjilatnya?"ujar Sinta.
"Memang sialan!"dasar jorok. Pergi ke kamar mandi sana!"usir Bara yang langsung menggendong Sinta masuk ke kamar mandi.
Kesabaran Bara harus setebal langit dan bumi untuk menghadapi tinggal Sinta