NovelToon NovelToon
Bukan Hanya Cinta

Bukan Hanya Cinta

Status: tamat
Genre:Romantis / Tamat / Single Mom / Anak Kembar / Menikah Karena Anak
Popularitas:3.5M
Nilai: 4.8
Nama Author: Egha sari

Undangan sudah disebar, gaun pengantin sudah terpajang dalam kamar, persiapan hampir rampung. Tapi, pernikahan yang sudah didepan mata, lenyap seketika.
Sebuah fitnah, yang membuat hidup Maya jatuh, kedalam jurang yang dalam. Anak dalam kandungan tidak diakui dan dia campakkan begitu saja. Bahkan, kursi pengantin yang menjadi miliknya, diganti oleh orang lain.
Bagaimana, Maya menjalani hidup? Apalagi, hadirnya malaikat kecil.

Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Egha sari, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri

Bab 1. Kejutan

Dua minggu sebelum pernikahan.

"Kamu tidak menginap?"

"Nanti saja, Ma. Aku ada tugas kuliah, yang harus dikerja."

"Ya, sudah. Nanti supir yang mengantarmu. Mungkin, tiga hari lagi, anak bandel itu pulang."

"Iya, Ma. Aku pamit dulu."

Resti mengantar calon menantunya, sampai halaman.

Sore tadi, Maya mampir ke rumah Zamar, tunangannya. Ia diminta untuk melihat gaun pengantin dan pernak-perniknya. Dua minggu lagi, acara pernikahan mereka diadakan. Tapi, Zamar meminta izin, untuk menyelesaikan pekerjaannya, diluar negeri.

Supir yang mengantar Maya, sudah parkir di halaman gedung apartemen.

"Disini saja, Non?"

"Iya, Pak. Terima kasih, ya."

Maya sudah berjalan masuk kedalam, sembari menerima telepon dari seseorang.

Didalam apartemen, ia dikejutkan dengan botol-botol minuman alkohol, diatas meja. Pandangannya bergeser, pada wanita yang tersenyum dengan mengangkat gelasnya.

"Surprise."

"Kau mabuk lagi?" Maya ikut bergabung duduk diatas sofa.

"Ini acara, melepas status lajang. Ayo, bersulang!" Sandra memberikan segelas minuman alkohol, padanya.

"Aku tidak minum. Aku perlu jaga kesehatan!" ketus Maya, yang hendak beranjak, tapi Sandra meraih lengannya.

"May, segelas saja. Zamar tidak akan membunuhmu, jika kau minum segelas."

Maya kembali duduk. Sebenarnya, ada nyawa lain dalam perutnya, yang perlu ia jaga. Tapi, hal ini, menjadi rahasia. Ia mau kejutan ini, sebaiknya Zamar yang lebih dulu mengetahuinya, sebelum orang lain.

"San. Kau tahu, kan, toleransiku terhadap alkohol? Jangankan segelas, setetes saja, aku sudah pusing dan mual. Minuman itu, tidak cocok untukku."

"Ayolah, please! Satu teguk saja, setelah itu, kau boleh pergi."

Maya menghela napas. Sandra adalah sahabat, yang sudah seperti saudara baginya. Meski, keduanya berbeda status sosial. Sandra terlahir dari keluarga terhormat dan kaya raya. Tidak sepertinya, yang seorang yatim piatu. Namun, hal itu bukan menjadi penghalang keduanya, untuk menjalin hubungan persahabatan.

"Oke, satu teguk." Maya menyambar gelas itu, lalu bersulang.

Uhuk, uhuk. Tenggorokan Maya, terasa terbakar. Ia menyambar gelas lain, yang berisi air putih.

"Baru seteguk, kau sudah batuk."

"Tidak enak. Tenggorokanku aneh."

"Itulah sensasinya." Sandra, menghabiskan satu gelas alkohol dalam satu kali tegukan.

Maya bersandar, dengan kepala yang mulai pusing dan mual. Ia melirik, satu botol minuman alkohol, sudah dihabiskan Sandra. Masih ada beberapa botol lagi, diatas meja.

"Kau mau lagi?" tanya Sandra yang kembali memberikan segelas.

"Tidak. aku sudah merasakan pusing dan mual." Maya memejamkan mata. "Kau berencana mabuk?"

"Benar. Sepertinya, aku tidak bisa menghadiri pernikahanmu."

"Kenapa?" Maya membuka mata, lalu menoleh. "Kau ada masalah?"

"Orang tuaku, mengatur pernikahan, tanpa sepengetahuanku. Katanya, anak rekan bisnis mereka. Kau tahu, kan. Mereka tidak menerima penolakan."

"Lalu, apa rencanamu?"

"Aku akan keluar negeri, minggu depan dan menetap disana. Tapi, jangan khawatir, aku akan sering menghubungimu." Sandra kembali meneguk segelas penuh, minuman alkohol.

"Sudah, berhenti. Kau sudah mabuk!" Maya merampas botol minuman. Tapi, kalah tenaga dengan Sandra.

"Mabuk, adalah obat terbaikku melupakannya."

Glek, glek, glek.

Tiba-tiba, kepala Maya semakin pusing. Pandangannya berputar dan mata terasa berat. Ia. menggeleng beberapa kali, tapi tetap sama.

"Aku ke kamar dulu. Aku mau tidur."

"Hmm. Aku akan menyusul." Sandra masih sibuk dengan minumannya. Ia tidak akan bangkit, sebelum menghabiskannya.

Maya sendiri, sudah ambruk diatas kasur. Kepalanya berdentam dan dia tidak kuat menahannya.

🍋🍋🍋

Pagi menjelang.

Cahaya matahari, sudah masuk melalui ventilasi. Maya merasa silau, saat setitik cahaya menerpa kedua maniknya, yang masih terpejam.

Maya mengerjap, sembari meluruskan sendi-sendinya. Tapi, sebuah tangan kekar memeluk pinggangnya dengan erat. Dan dia baru, sadar, jika tidak menggunakan pakaian.

Maya tersenyum simpul, dia bisa menebak, siapa pria yang sedang memeluknya. Dia mendiamkan tangan itu, menunggu, sampai si pemilik terbangun.

Waktu berlalu, pria dibelakangnya mulai bergerak. Bahkan, mendaratkan kecupan di bahunya.

"Selamat pagi."

Deg.

Suara pria asing, membuat jantung Maya, terpacu. Dengan cepat, ia menoleh. Detik itu, jantung Maya, seakan jatuh diatas tanah. Matanya membulat sempurna. Ia segera bangkit, menjauhi pria asing tanpa busana, diatas kasurnya.

"Ka-kau siapa?" Suara Maya bergetar, dengan memegang erat selimutnya.

"Sayang. Jangan begitu, baru semalam kita menikmatinya. Dan kau sudah lupa." Pria itu menyeringai dan turun dari tempat tidur.

"Jangan mendekat!" Maya bergerak mundur. "Aku tidak mengenalmu. Apa yang sudah kau lakukan?"

"Sayangku. Karena, kau tidak ingat, maka aku akan membantumu mengingat kembali, bagaimana semalam kau berteriak."

Maya berlari, menuju pintu. Dengan tangan yang gemetar, ia berusaha meraih handle. Tapi, pria itu, lebih dulu menangkapnya.

"Lepaskan, lepaskan!" Maya meronta-ronta, dengan memukul pria itu, yang sepertinya tidak berdampak apa-apa.

Ia terhempas diatas kasur, dengan selimut yang hampir terbuka.

"Tolong, lepaskan aku. Aku akan memberikan apapun yang kau minta. Kau butuh uang? Aku akan berikan." Maya mencoba mengiba, dengan lelehan air mata.

"Aku hanya ingin mendengar suara desahanmu semalam." Dengan kasar, pria itu membuka selimut Maya.

"Lepaskan, lepaskan!" teriak Maya, sambil meronta. Ia akhirnya teringat, akan Sandra. "Sandra, San, Sandra," panggil Maya, tapi tidak mendapat sahutan.

Maya masih mencoba melawan, dengan memukul dada pria itu, yang perlahan menindihnya. Ia juga menendang, tapi akhirnya kalah tenaga. Ia hanya bisa mengiba dan berteriak meminta pertolongan.

"Aku mohon, tolong jangan lakukan ini," isak Maya yang mulai kelelahan.

Brak.

Maya menoleh.

"APA YANG KALIAN LAKUKAN?" teriak Zamar, dengan tatapan nyalang.

Tanpa menunggu, Zamar sudah mendekat dan menendang pria itu, hingga jatuh. Maya segera bangkit, meraih selimut untuk menutupi tubuhnya.

"Oh, bukankah ini, Tuan muda Zamar, yang sudah membiayai kekasihku?" Pria itu tersenyum, sembari perlahan bangkit.

"Za, tolong jangan dengarkan dia! Aku tidak mengenalnya dan dia mencoba memperkosaku," isak Maya.

"Sayang. Aku tahu, dia memberimu kemewahan. Tapi, kau tidak boleh, tidak mengakuiku."

Wajah Zamar memerah dengan napas naik turun. Tangannya sudah terkepal sempurna dan akhirnya mendarat.

"Kekasihmu?" Bugh bugh. Satu tendangan cukup kuat, membuat pria itu tersungkur, tidak sadarkan diri.

Maya menutup wajahnya, dengan kedua mata yang sudah basah. Ia bingung harus berbuat apa sekarang. Kemarahan Zamar, membuatnya takut sekaligus tenang, karena datang diwaktu yang tepat.

"Huan," teriak Zamar.

"Iya, Tuan."

"Bawa dia."

Huan sang sekretaris, mengambil handuk, menutupi tubuh pria itu. Lalu, membawanya keluar dibantu anak buahnya.

Zamar masih berdiri ditempat. Tangannya masih terkepal, dengan sorot mata tajam, menatap sang calon istri.

"Dia siapa?" desis Zamar. Ia sedang menahan amarah, dengan susah payah.

"Za. aku tidak mengenalnya. Aku juga tidak tahu, bagaimana ia bisa masuk." Maya kembali menunduk, dengan suara tangis.

Zamar tidak menjawab. Ia melangkah dan menarik selimut dari tubuh Maya.

"Bajingan!" umpat Zamar, dengan mata memanas. "Katakan, dengan jujur, May!" desis Zamar, dengan nada rendah tapi terdengar sangat menakutkan.

"Aku tidak mengenalnya, Za. Percaya padaku!"

"Dengan semua tanda di tubuhmu, kau masih bilang, tidak mengenalnya?" bentak Zamar, dengan berapi-api.

🍋 Bersambung

1
Truely Jm Manoppo
cetitanya ok thor. semangat terus utk berkarya. 👍👍👍
Truely Jm Manoppo
akhirnya .. thx thor cerita bsgus
Truely Jm Manoppo
Huan 🤣🤣🤣🤣🤣
Truely Jm Manoppo
sukurin kau Zamar ... ketemu lawan berat Bryan, ... emang dokter Ansel.
Truely Jm Manoppo
🤣🤣🤣🤣 Maya keren juga
Truely Jm Manoppo
😢😢😢😢😢
Truely Jm Manoppo
thor ... apakah neneknya Zamar yg membantu Maya dan anak2 sembunyi ?
Truely Jm Manoppo
sukurin kau Zamar ... 🙄🙄🙄🙄🙄
Truely Jm Manoppo
Zamar gak jelas ... Sandra geer. pusing deh kepala berbie 😃😃😃😃
Truely Jm Manoppo
good job Huan .... betul Maya harus pergi jauh biar si kupret Zamar kapok
Truely Jm Manoppo
baru tau rasa kau ... Zamar, semoga Maya gak kabur lagi 😃😃😃😃
Truely Jm Manoppo
dasar Zamar geblek ...kalo Maya tau kau bohong habislah kau.
Truely Jm Manoppo
Dewo.... nasib nak 🤣🤣🤣🤣🤣
Truely Jm Manoppo
kok berbohong ada ahlinya ya thor 😃😃😃😃😃
Truely Jm Manoppo
kok aneh ya ortu Sandra
Truely Jm Manoppo
wow Resti gak tau diri ... lupa siapa dia sblm bertemu dgn ayahnya Zamar ...
Feeza_MCI
maunya Zamar menderita dulu, Maya jangan terlalu cepat luluh
Truely Jm Manoppo
Aira ... lucu banget, jadi mak comblang guru dan om Huannya.🤣🤣🤣🤣
Iqbal Pradana
Luar biasa
Truely Jm Manoppo
oh ternyata Huan ... yg kasih ke orang tua dari ayah Zamar. Good job Huan ... 😍😍😍
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!