Firman selama ini berhasil membuat Kalila, istrinya seperti orang bodoh yang mau saja dijadikan babu dan tunduk akan apapun yang diperintahkan olehnya.
Hingga suatu hari, pengkhianatan Firman terungkap dan membuat Kalila menjadi sosok yang benar-benar tak bisa Firman kenali.
Perempuan itu tak hanya mengejutkan Firman. Kalila juga membuat Firman beserta selingkuhan dan keluarganya benar-benar hancur tak bersisa.
Saat istri tak lagi menjadi bodoh, akankah Firman akhirnya sadar akan kesalahannya?
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Itha Sulfiana, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
Perubahan rencana Kalila
Firman sangat stres memikirkan tuntutan dari Glen. Satu bulan adalah waktu yang sangat singkat. Belum lagi, bunga pinjaman yang tiba-tiba meningkat jumlahnya tentu saja semakin membuat Firman kelimpungan.
"Aku harus menemui Kalila. Kalau dia beneran keluarga kaya, aku bisa minta dia untuk melunasi semua hutang-hutangku!"
Keputusan telah dibuat. Firman tinggal mengeksekusi rencananya. Pertama-tama, dia harus menemui kalila terlebih dulu. Dia harus meyakinkan Kalila bahwa dirinya tidak ada sangkut pautnya terkait kejadian semalam.
"Pasti Kalila ada di rumah," gumam Firman saat dalam perjalanan pulang.
Senja perlahan berubah menjadi gelap. Gemerlap lampu-lampu jalan mulai menyala menerangi kota.
Senyum di wajah pria itu merekah kala memasuki halaman rumah dan melihat lampu dalam keadaan menyala. Itu artinya, ada seseorang didalam.
Ting! Tong!
Firman sengaja memencet bel alih-alih langsung masuk menggunakan kunci cadangan yang selalu ia bawa. Dalam khayalannya, Kalila akan segera muncul dari balik pintu sembari menyambutnya dengan senyuman.
Akan tetapi, yang muncul justru Lia dengan wajahnya yang tampak sedikit terkejut. Namun, sepersekian detik berikutnya Lia mampu mengendalikan ekspresi wajahnya kemudian tersenyum lebar menyambut kedatangan Firman.
"Mas, kok malah pulang ke rumah?" tanya Lia. "Bukannya, Mas seharusnya ada di rumah sakit, ya?"
"Kamu sendiri, ngapain di sini? Kenapa nggak jagain Ibu di rumah sakit?" Firman balik bertanya.
"A-aku..." Lia mulai gugup. "A-aku cuma mau istirahat sebentar, Mas. Punggungku sakit banget." Lia mulai beralasan.
"Ck! Kamu itu manja banget, sih!" gerutu Firman kesal. Ia masuk ke dalam rumah kemudian langsung berjalan menuju ke kamar Kalila.
"Mas, ngapain masuk ke kamar Kalila?" tanya Lia sambil mengikuti Firman.
"Kalila mana?" Firman malah balik bertanya.
"Mana aku tahu, Mas. Kan, dari kemarin Kalila belum pulang-pulang."
"Aduh!!! Gawat!! Kalila kemana, ya?" lirih Firman dengan gusar.
"Mas ngapain sih, cari-cari Kalila? Kan, udah ada aku di sini," ujar Lia sembari bergelayut manja di lengan Firman.
"Ck, kamu nggak akan ngerti. Toh, ini bukan urusan kamu."
Lia memasang wajah cemberut. Dia kesal karena Firman akhir-akhir ini mulai tidak perhatian kepadanya. Terlebih lagi, sejak mereka akhirnya resmi menikah.
"Mas, kenapa ketus banget sih sama aku?"
"Soalnya suara kamu bikin Mas pusing, Lia!"
Lia menghentakkan kakinya kesal. Bibirnya mulai mengerucut.
"Mas, kamu udah nggak sayang lagi ya, sama aku?"
"Bukan begitu, Lia. Mas cuma lagi mumet aja sekarang. Jadi, tolong jangan tambah-tambah lagi masalah Mas."
"Mas, mau Lia pijitin?" Lia mulai meremas pelan bahu Firman. Kedipan matanya terlihat menggoda sang suami.
"Boleh," angguk Firman. Pada akhirnya, dia tergoda juga pada tubuh molek Lia. Terlebih lagi, Firman baru sadar bahwa Lia hanya mengenakan lingerie transparan berwarna merah.
"Kalau gitu, kita ke kamar, ya!" ajak Lia.
Firman pun menganggukkan kepalanya. Keduanya melalui permainan 'panas' yang sayangnya hanya berlangsung sangat singkat.
"Mas, udah?" tanya Lia saat Firman mulai terbaring tak berdaya disisinya.
"Sudah. Makasih, ya, Sayang!" jawab Firman. Dia tersenyum senang karena akhirnya berhasil melampiaskan hasrat yang dua hari ini berusaha ia tahan-tahan.
Bibir Lia tampak mencebik. Padahal, dirinya belum puas sama sekali.
"Mas, minta duit dong!" pinta Lia kemudian.
"Duit?"
"Iya. Uang di ATM aku udah habis, Mas," rengek Lia.
"Masa' sih?"
"Iya. Aku beneran udah nggak punya simpanan lagi, Mas. Bagi duit, ya! Nggak banyak kok cuma lima juta aja."
Firman menghela napas panjang. Ia melirik dengan malas ke arah Lia. Namun, meski begitu ia tetap memberikan apa yang diminta Lia.
Dikeluarkannya uang cash sebesar lima juta rupiah yang memang ada di saku celana panjang yang sudah ia lepas tadi.
"Nih! Dihemat-hemat, ya! Keuangan Mas masih belum stabil, Sayang!"
"Makasih, Mas! Kamu memang yang terbaik!" seru Lia senang. Dikecupnya pipi Firman sebanyak dua kali kemudian menghitung uangnya dengan penuh semangat.
Ting Tong!
Bel kembali berbunyi. Baik Lia maupun Firman sama-sama heran saat mendengar bunyi tersebut.
"Siapa, Mas?" tanya Lia.
"Nggak tahu. Kamu yang buka, gih!"
"Penampilanku kan masih kayak gini, Mas. Mas aja, deh. Aku mau bersih-bersih dulu."
Tanpa menunggu persetujuan Firman, Lia lekas turun dari ranjang kemudian masuk ke dalam kamar mandi. Sementara, Firman tampak mendengus kasar karena sejujurnya dia sangat malas untuk membuka pintu.
"Siapa sih? Ganggu aja!" gerutu Firman. Sambil mengancing kemeja yang ia kenakan, Firman menuruni anak tangga lalu membuka pintu dengan malas.
Cklek!
Pintu pun terbuka. Mata Firman seketika membulat saat melihat siapa yang datang.
"Kalila?" lirih Firman.
Kalila hanya berdiri diam. Tatapan matanya nyalang menatap Firman. Dan, Plak! Satu tamparan keras Kalila berikan kepada lelaki yang masih berstatus suaminya itu.
"Apa-apaan kamu, Kalila!?" hardik Firman tak terima.
"Kamu yang apa-apaan, Mas? Kenapa kamu tega menjual aku pada lelaki cabul itu, hah?" balas Kalila tak mau kalah.
Glek!
Firman meneguk ludahnya kasar. Gawat! Ini benar-benar gawat. Kalila akan semakin menggila jika Firman tak bisa mengelak dari tuduhan perempuan itu.
"Sayang... Aku bisa jelaskan. Kamu salah paham! Aku nggak pernah berniat menjual kamu, Sayang!! Semua ini... Semua ini salahnya Pak Glen. Dia yang sengaja menculik kamu," terang Firman panjang lebar.
"Kalau dia memang sengaja menculik aku, kenapa kamu nggak nolongin aku sama sekali, Mas?"
"I-itu karena aku pingsan, Sayang! Ya, aku pingsan. Anak buah Pak Glen yang membius aku. Dan, pas aku sadar, ternyata kamu udah nggak ada. Aku udah usaha cari kamu tapi nggak ketemu-ketemu. Beruntung, aku dapat informasi dari seorang yang nggak dikenal, kalau kamu ada di Golden Hotel. Tapi, sayang... pas sampe sana ternyata kamu udah nggak ada."
Firman memasang tampang sedih. Dia harus berusaha mencari simpati dari Kalila.
Sementara, Kalila yang sudah tahu akan semua akal bulus Firman hanya bisa memendam kebenciannya. Dia harus memulai rencana baru yang lebih baik di banding sekedar menghindar.
Melihat lebih dekat kehancuran Firman mungkin jauh lebih menyenangkan ketimbang hanya mengawasi dari jauh.
"Sayang... Sebenarnya siapa yang menyelamatkan kamu? Apa benar, kalau kamu masih punya seorang kakak?" tanya Firman.
"Ya, aku memang masih punya seorang Kakak, Mas. Namanya Bang Kala."
"Kalandra Hardian?" tanya Firman dengan hati-hati.
Kalila mengangguk kemudian membuang muka ke arah lain.
"Bukannya.... Kalandra Hardian itu orang kaya raya, ya?" tebak Firman. Ia hanya ingin memancing Kalila untuk jujur. Walaupun, Firman sebenarnya belum tahu betul siapa Kalandra Hardian.
"Kaya raya?" Kalila tertawa kecil. "Kata siapa, Mas? Abangku itu hanya pemilik counter kecil-kecilan. Jadi, mau kaya raya darimana?"
Firman tercengang. Impiannya untuk mendapatkan durian runtuh hilang sudah.
"Jadi, Kakak kamu bukan orang kaya?"
"Ya, bukanlah," jawab Kalila. "Mana mungkin aku rela hidup menderita di rumah ini kalau seandainya Abangku benar-benar kaya, Mas!"
Ekspresi Firman tak bisa terkontrol lagi. Amarahnya memuncak mendengar pengakuan Kalila soal profesi sebenarnya dari seorang Kalandra Hardian.
"Jadi, kakakmu itu orang kere? Berarti, dia nggak ada gunanya, dong! Terus, hutang-hutangku, siapa yang bayarin, Kalila?" geram Firman.
"Hutang? Kamu punya hutang, Mas?"
Ups! Dengan cepat, Firman segera menutup rapat mulutnya. Ia segera mencari cara untuk bisa berkelit.
"I-itu..."
"Jangan bilang, kalau kamu tega menjual aku demi membayar hutang-hutang kamu itu, Mas?"
"Jangan asal ngomong, kamu! Memangnya, kamu ada buktinya, hah?" elak Firman.
"Untuk sekarang, aku memang belum punya bukti. Tapi, aku akan berusaha cari bukti itu dan menjebloskan kamu ke dalam penjara, Mas!" ancam Kalila dengan suara yang terdengar sangat dingin. "Tunggu saja!"
Firman diam membisu. Tatapan Kalila yang tajam menusuk sukses membuat nyalinya menciut.
"Saat kamu selingkuh dan menikah siri dengan Lia, aku memang belum kepikiran untuk memenjarakan kamu, Mas! Tapi, nanti setelah aku mendapatkan bukti kalau kamu adalah orang yang tega menjual aku kepada pria cabul itu, maka siap-siap saja! Aku akan pastikan kamu mendekam lama di penjara!"
Kalila melewati tubuh Firman begitu saja. Ia bahkan sengaja menabrak bahu pria itu dengan kasar.
"Kalila, bukan Mas, Kalila! Mas nggak mungkin setega itu sama kamu, Sayang! Kamu percaya sama Mas, kan?" Firman berusaha meyakinkan. Sayangnya, Kalila tak mau dengar alasan apapun.
"Dasar pria pengecut! Kamu mau main-main, Mas? Baiklah! Aku ladeni dengan senang hati."
bhkn sbntr lgi km jdi gembel ples kena pnyakit kelamin.... krna istrimu lia & vivi itu smuanya jalang... /Facepalm//Facepalm/
trus apa fungsinya ada si lia & vivi/CoolGuy//CoolGuy/
Tak punya malu lagi masih akan minta bantuan. Gantian minta bantuan pada istri- istri yang lain