Seorang pendekar muda bernama Panji Rawit menggegerkan dunia persilatan dengan kemunculannya. Dia langsung menjadi buronan para pendekar setelah membunuh salah seorang dedengkot dunia persilatan yang bernama Mpu Layang, pimpinan Padepokan Pandan Alas.
Perbuatan Panji Rawit ini sontak memicu terjadinya kemarahan para pendekar yang membuatnya menjadi buronan para pendekar baik dari golongan putih ataupun hitam. Sedangkan alasan Panji Rawit membunuh Mpu Layang adalah karena tokoh besar dunia persilatan itu telah menghabisi nyawa orang tua angkat nya yang memiliki sebilah keris pusaka. Ada rahasia besar di balik keris pusaka ini.
Dalam kejaran para pendekar golongan hitam maupun putih, Panji Rawit bertemu dengan beberapa wanita yang selanjutnya akan mengikuti nya. Berhasilkah Panji Rawit mengungkap rahasia keris pusaka itu? Dan apa sebenarnya tujuan para perempuan cantik itu bersedia mengikuti Panji Rawit?
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Ebez, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
"Biyung, Aku Pulang... "
Tak ingin rasa penasaran terus menghantui pikiran nya, Putri Dewi Widowati segera memerintahkan para prajuritnya untuk mengikuti kemana perginya Panji Rawit dan dua gadis cantik di sebelahnya. Dua orang prajurit itu segera menganggukkan kepalanya dan bergegas mengejar ke arah perginya Panji Rawit.
Meskipun terlihat santai sambil cengengesan bersama Pramodawardhani dan Larasati, Panji Rawit melihat dua orang prajurit mengikuti mereka.
"Laras, sepertinya ada orang yang mengikuti kita..", ucap Panji Rawit tanpa menoleh ke belakang. Larasati segera melirik ke belakang dan memang ada dua orang prajurit yang mereka temui dekat pasar besar tadi mengekor di belakang.
" Sepertinya mereka adalah utusan dari perempuan tadi, Kakang.. Apa yang harus kita lakukan? ", tanya Larasati kemudian.
" Hajar saja mereka, repot amat. Kalau ada masalah di belakang, ayah ku akan membantu untuk menyelesaikan nya.. ", sahut Pramodawardhani segera.
" Kita baru saja tiba di Kotaraja Tamwlang. Sebaiknya kita tidak membuat keributan untuk membangunkan ular yang sedang tidur. Ingat, Wanara Biru yang kita bunuh tempo hari adalah orang Mahamantri Kendraswara. Jika kita berbuat semaunya, aku yakin orang itu pasti akan mencari cara untuk menyusahkan kita ", balas Larasati yang membuat Panji Rawit menganggukkan kepalanya.
"Larasati benar, Cempluk..
Tidak perlu pakai kekerasan untuk menyingkirkan para prajurit itu. Kita tinggal main petak umpet saja.. ", setelah berkata demikian, Panji Rawit membisikkan sesuatu pada dua gadis cantik itu yang membuat mereka tersenyum penuh arti.
Mereka terus berjalan dengan santainya hingga tiba di sebuah gang jalan yang buntu. Di bantu Pramodawardhani dan Larasati, Panji Rawit menyelinap masuk ke dalam gang itu. Setelah itu ia melepaskan penyamarannya hingga wujud nya kembali menjadi seorang pemuda yang rupawan.
Lalu dengan santainya ia menggandeng Pramodawardhani dan Larasati meninggalkan tempat itu. Dua prajurit suruhan Putri Dewi Widowati melongo melihat hal itu.
"Tadi bukannya yang bersama dengan dua perempuan cantik itu seorang lelaki jelek ya Kang? Kog sekarang yang menggandeng mereka adalah seorang pemuda tampan.
Lelaki bogel itu kemana? ", salah satu prajurit yang mengikuti Panji Rawit dan Larasati juga Pramodawardhani kebingungan dengan perubahan ini.
" Mana aku tahu? Orang itu pasti menyadari kalau kita mengikuti nya. Dia pasti belum jauh perginya. Ayo kita cari dia.. ", ajak satu prajurit lainnya.
Dua orang prajurit suruhan dari Putri Dewi Widowati itu segera berpencar untuk mencari keberadaan sang pemuda bogel. Namun, meskipun mereka menyisir sekitar tempat itu, sang pemuda bogel yang mereka cari tak juga mereka temukan. Seolah-olah ia menghilang di telan bumi.
"Bagaimana Kakang? Kau menemukan jejak pemuda bogel itu? ", tanya seorang prajurit suruhan dari Dewi Widowati yang lebih muda.
" Aku sudah menyisir seluruh tempat ini, Adik. Tapi si pemuda jelek itu seolah menguap begitu saja. Aku heran, apa sih yang diinginkan oleh Gusti Putri Dewi Widowati dari orang itu? ", gerutu si prajurit yang lebih tua.
" Itu bukan urusan kita Kakang. Sebaiknya kita segera melapor pada Gusti Putri tentang hal ini. Ayo jangan tunda waktu lama lagi.. ", si prajurit yang lebih tua mengangguk mengerti mendengar omongan kawannya itu dan mereka segera bergegas meninggalkan tempat itu menuju ke arah Keputren Istana Medang Sawit.
"APPAAAAAAAAAAAAA??!!!!!
Kalian kehilangan jejak pemuda itu? Bagaimana bisa itu terjadi? ", Dewi Widowati sampai berdiri dari tempat duduknya saking kesalnya mendengar laporan dua orang prajurit itu.
Dengan penuh ketakutan, keduanya segera menceritakan tentang menghilangnya sang pemuda bogel yang mereka ikuti sejak keluar dari pasar besar. Tak satupun hal sekecil apapun terlewat dalam laporan mereka.
Hemmmmmmmmmm...
"Aneh sekali, orang bisa hilang begitu saja. Ini semakin menguatkan kecurigaan ku bahwa gembel itu bukan orang sembarangan.
Kalian berdua aku tugaskan untuk mencari keberadaan pemuda itu di seluruh Kotaraja Tamwlang. Ganti pakaian kalian dengan pakaian orang kebanyakan untuk menghindari masalah. Berangkatlah sekarang juga.. ", perintah Dewi Widowati segera.
" Sendiko dawuh Gusti Putri.. ", dua orang prajurit itu segera menghormat pada Dewi Widowati sebelum meninggalkan tempat tinggal sang putri.
Dewi Widowati menghela nafas panjang sembari menatap luar jendela tempat tinggalnya sambil berkata lirih,
" Siapa sebenarnya kau, heh pemuda gembel? "
*****
Di depan sebuah rumah besar dengan gapura dari kayu balok berukir indah, Pramodawardhani menghentikan langkahnya. Panji Rawit dan Larasati yang mengikuti nya juga turut berhenti. Sebuah senyuman lebar terukir di wajah cantik Pramodawardhani.
"Akhirnya aku pulang juga... "
Sudah hampir 5 tahun Pramodawardhani meninggalkan rumah ini karena berguru pada Begawan Ciptaning di Padepokan Gunung Wilis. Sebenarnya Pramodawardhani tidak terlalu suka dengan ilmu kanuragan namun situasi Kotaraja Tamwlang yang sedang bergolak karena pemberontakan para pendekar dari wilayah sekitar bekas Kotaraja Pohpitu, membuat Demung Mpu Pancapana memaksa Pramodawardhani untuk berguru pada orang tua itu. Selain untuk menambah wawasan dan ilmu pengetahuan nya, tujuan lain dari berguru nya Pramodawardhani adalah untuk menjauhkan nya dari ibukota Kerajaan Medang sementara waktu.
Alasan lainnya juga karena kejaran putra Tumenggung Dandhang Gendis yang bernama Reksapraja yang ingin mempersunting Pramodawardhani. Tentu saja Pramodawardhani menolak mentah-mentah rencana itu karena dia tahu watak busuk Reksapraja yang suka melecehkan para perempuan dan satu-satunya cara untuk menghindari perjodohan itu adalah dengan berguru kepada Begawan Ciptaning di Gunung Lawu.
Tak banyak yang berubah dari kediaman Demung Mpu Pancapana. Hanya atap gerbang saja yang terlihat baru di bangun. Bahkan arca dwarapala kecil yang ada di kanan kiri gapura itu pun masih ada seperti dulu.
Dua orang prajurit yang berjaga di depan pintu gapura, langsung mendekati Pramodawardhani dan kedua rekannya.
"Permisi Nisanak, ada apa kalian berhenti disini. Ini adalah kediaman Gusti Demung Mpu Pancapana. Tidak sembarangan orang boleh berhenti disini", peringat sang prajurit penjaga gapura dengan sopan.
" Sepertinya kau orang baru disini. Aku Pramodawardhani, putri Demung Mpu Pancapana. Apa ada masalah jika aku berhenti disini? ", sembari berbicara, Pramodawardhani mengeluarkan lencana dari perunggu bergambar burung merpati dan menyorongkan nya pada sang prajurit penjaga gapura.
Melihat lencana yang menjadi jati diri keluarga Demung Mpu Pancapana itu, dua orang prajurit itu langsung berjongkok dan menghormat pada Pramodawardhani.
"Maafkan ketidaktahuan kami, Gusti Putri. Silahkan masuk, Gusti Demung ada di dalam rumah.. ", ujar sang prajurit penjaga gapura dengan penuh hormat.
Tanpa menunggu waktu lama lagi, Pramodawardhani bergegas masuk ke dalam kediaman resmi Demung Mpu Pancapana diikuti oleh Panji Rawit dan Larasati. Mereka langsung masuk ke dalam rumah. Kebetulan saja, Demung Mpu Pancapana sedang merapikan pakaiannya dibantu oleh istrinya Nyai Retnosari karena hendak keluar rumah. Tanpa ba-bi-bu, Pramodawardhani langsung melompat dan menubruk ibunya.
"Biyung, aku pulang... "
Kejadian itu membuat Demung Mpu Pancapana dan Nyai Retnosari terkejut sesaat namun dalam kejap berikutnya berubah menjadi tangisan kebahagiaan. Betapa tidak, Putri mereka yang telah lama pergi akhirnya kembali.
Setelah itu, mereka berbincang hangat menanyakan kabar masing-masing. Demung Mpu Pancapana juga terlihat takjub dengan perubahan Pramodawardhani. Gadis kecil yang dulunya merupakan seorang gadis manja kini telah berubah menjadi seorang gadis dewasa yang santun bertutur kata juga pintar berdandan.
"Oh iya Romo Biyung, aku sampai lupa kalau ada teman yang ikut bersama ku.
Kakang, Kangmbok kemarilah.. ", mendengar panggilan Pramodawardhani, Panji Rawit dan Larasati segera mendekat. Keduanya menghormat pada Demung Mpu Pancapana dan Nyai Retnosari.
" Mereka ini adalah rekan hidup mati ku selama perjalanan selama ini, Romo Biyung. Yang ini adalah Kakang Panji Rawit dan yang cantik itu adalah Kangmbok Larasati.. ", Pramodawardhani memperkenalkan keduanya pada orang tuanya.
" Wah pemuda ini sungguh tampan sekali ya. Andai saja dia jadi menantu ku.. ", seloroh Nyai Retnosari yang membuat Demung Mpu Pancapana tersenyum tipis. Bagaimanapun juga, ia hapal sekali dengan watak Pramodawardhani.
" Masalah itu kita bicarakan nanti saja Nyai.. Aku harus berangkat ke Istana. Ada masalah besar yang sedang menimpa Istana dan Sinuwun Prabu Mpu Sindok ingin aku menemui nya.
Kalian lanjutkan saja obrolan nya. Aku pergi dulu ", setelah berkata demikian, Demung Mpu Pancapana segera berlalu pergi.
Pramodawardhani menatap kepergian sang ayah hingga menghilang dari pandangan. Setelah itu ia menoleh ke arah sang ibu yang masih setia menemani nya.
"Memang ada masalah apa biyung? "
Mendengar pertanyaan itu, Nyai Retnosari menghela nafas berat sebelum mulai berbicara,
"Tempo hari, lembu peliharaan yang merupakan kesayangan Gusti Prabu yang disebut sebagai Lembu Seta, mengamuk dan merusak kandang. Padahal biasanya dia jinak sekali. Banyak ahli hewan berusaha menjinakkan nya akan tetapi mereka semua malah menderita luka-luka karena amukan lembu itu.
Semua pihak sudah berusaha sekuat tenaga untuk mengembalikan keadaan Lembu Seta seperti semula. Tapi semuanya nihil dan Lembu Seta terus mengamuk tanpa henti.
Dari ayah mu aku dengar Sinuwun Prabu Mpu Sindok telah membuat sebuah sayembara. Barangsiapa yang bisa mengembalikan hewan kesayangan seperti semula maka ada hadiah besar menanti nya".
Panji Rawit pun langsung tertarik mendengar omongan Nyai Retnosari. Dia segera menghormat sebelum berbicara,
"Mohon ampun jika hamba lancang, Nyai Demung.
Kalau boleh tahu, hadiahnya apa? "
eh lha kok justru nyawa mereka sendiri yang tercabut 😆
modyar dengan express dan success 😀
bisa membuat tanah terbelah...keren! 👍
Ajian Malih Butha tak ada gregetnya di hadapan Lokapala 😄
up teruus kang ebeezz..🤗🤗
tuh kan bnr iblis pencabut nyawa cmn skdr nama.
nyatanya nyawa mreka sndiri yg di cabut
up teruus kang ebeezz..🤗🤗🤗