Inez, seorang perawat lansia.
Sejak sekolah Inez adalah gadis yang berjuang sendiri dan sudah hidup mandiri, tidak mau di biayai ibunya, karena marah pada ibunya yang selingkuh, selingkuhnya sang ibu mengakibatkan ayahnya meninggal dalam kecelakaan, Ayahnya bernama Hendra sangat mencintai Istrinya tapi godaan lelaki lain telah membutakan mata Anita. Anita adalah ibunya Inez, dan sejak kematian Hendra suaminya Anita selalu menggunakan jasa lelaki brondong untuk menemani kesepiannya dan menutupi rasa bersalah nya.
Sejak saat itu, kebencian Inez pada ibunya sudah tak terbendung.
Hingga kini dirinya menjadi perawat lansia, bernama kakek Wijaya, Kakek itu sangat menyayangi Inez, saking sayangnya, kakek Wijaya menjodohkan Inez dengan Angga cucunya, tapi Angga sudah memiliki kekasih sejak dulu.
Bagaimana kelanjutannya hidup Inez? apakah Angga bisa membuka hatinya untuk Inez?
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon LOVENESIA, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
Bab 28
Kakek Subrata dan nenek Ainun mengirim kaki tangannya untuk menjaga Inez, tidak lain mereka adalah Didi dan Roni. Rumah Inez yang ramai pemukiman warga tidak membuat repot Didi dan Roni menyamar manjadi pedagang. Didi tidak tahu kalau Roni juga ada di sana menyamar jadi pedagang.
Saat Didi menyamar jadi pedagang telur gulung, dia merasa sok dekat dengan pedagang lain, yaitu Roni yang memakai topi dan handuk di mukanya. Roni saat ini menyamar jadi pedagang papeda.
Didi langsung saja menepuk pundak Roni.Dan sok kenal dengan Roni.
Saat mereka bertatapan barulah mereka saling menjauh dan merasa jijik.
"uweeeekkk, Uweeeeeeekkk, ngapain lo pegang pegang pundak eike? doyan yey sama eike?" Roni mengelap pundak bekas usapan Didi.
"Eeehhh si Banci? maaf maaf, Aku kira lo laki! ternyata bencong, hahahahah" Didi menertawakan Roni dan dia sambil membuka dagangannya.
"Yey di pecat nenek Rombeng ya? mampus"Ledek Roni sambil dia melayani pembeli anak anak.
"paman paman, Papeda goceng" ucap anak kecil, yang menatap wajah Roni seperti aneh, karena Roni pakai bulu mata.
Bulu mata Roni dikedip kedipkan, hingga anak kecil itu tiba tiba menangis.
"Aaaaaaaaaa, mama atut, ada bencong" anak kecil pembeli nangis.
"eeehhh ,ini papeda nya ,jangan nangis sana pergi"anak kecil itu pun di usir dan ga usah bayar. Wajah Roni menantang wajah Didi.
"Gue ga di pecat lah, gue lagi melindungi nona besar lah, elo kali yang di pecat, kakek penyakitan itu" Didi membokongi dagangan Roni.
"Asem yey! enak aja, gue kesayangan bos gue, makanya eike jadi sahabat karibnya Inez" Roni menjulurkan lidah untuk menghina Didi.
Didi ga terima, tapi dia harus sabar yang pasti tujuan dia dan Roni sama yaitu untuk melindungi Inez. Didi hanya memberi simbol Looser pada Roni. Tapi Roni cuek karena sedang melayani pembeli. Roni di sana sudah 3 hari makanya banyak pembeli, sedangkan Didi baru datang makanya belum datang pembeli.
Tapi Didi sudah memasukan anak buah nya yaitu Astrid seorang wanita ahli beladiri, yang saat ini menjadi asisten dan pelayan Sinta.
Didi tersenyum saat Astrid mengirim laporan, Foto foto nona Inez selama di dalam rumah Angga Wijaya.
Astrid pun kaget, saat dia mengikuti Inez, dia di tegur oleh Bu Meri.
"Sedang apa kamu di sini?"
Bu Meri melihat gelagat aneh pada sikap Astrid. Bu Meri menatap fisik Astrid yang terlihat tidak seperti seorang ART, Astrid sering nge-gym, sehingga otot tangan terbentuk. Bu Meri memegang lengan Astrid yang terlalu kekar jika di jadikan hanya seorang ART.
Wajah Bu Meri menatap tinggi badan Astrid yang sangat tinggi, lebih cocok jadi satpam wanita. Bahkan Bu Meri menyuruh Astrid sapu sapu, awalnya biasa saja, saat sapuan ke tiga, sapu itu patah jadi dua. Bu Meri melotot melihat tingkah Astrid. Astrid terus meminta maaf dan menunduk berkali kali. hingga rambut kuncirnya mengibas ngibas sampai ke hidung Bu Meri.
Kepala bu Meri sampai geleng geleng kepala, karena melihat kelakuan Astrid yang tak cocok jadi ART, tapi akhirnya Bu Meri menyerah, setelah datang bu Sinta.
"Ada apa ini Bu Mer?"
Dengan tatapan mengintimidasi bu Meri , Sinta menatap muka Bu Meri, Dan Bu Meri langsung menunduk takut.
"Maaf bu, saya lagi tes kecakapan Astrid bekerja"Dengan nada ketakutan dan gemetar, Bu Meri masih menundukan muka.
"Siapa yang menyuruhmu? Astrid adalah ART saya, dia tanggung jawab saya, dia tidak perlu di test test, dia itu hanya boleh patuh pada saya, sekarang kamu pergi, dan kerjakan pekerjaan kamu sendiri!" Bentak Sinta sambil mendorong Bu Meri hingga terjatuh. Tapi dengan sigap Astrid menolong dengan menahan di belakang.
Melihat Astrid yang baik, Bu Meri pun berterima kasih, dan dia pergi ke dapur untuk kembali bekerja.
"Astrid ingat, kamu itu hanya bisa di perintah oleh aku, semua yang Meri ucapkan dan perintahkan kamu tidak boleh menurutinya, hanya aku majikanmu di sini dan kamu aku bayar mahal" dengan tangan di pinggang Sinta pun menyombongkan diri.
"Baik Bu" Astrid hanya tersungging senyuman saat menundukan kepala, dalam hati Astrid bos nya adalah nenek Ainun bukan Sinta.
Masih pagi, Inez pun mengantarkan Angga ke depan untuk berangkat bekerja, sedangkan pak Wahyu pun ikut Angga ke kantor karena ada urusan penting soal keamanan kantor. Inez tidak tahu bahwa Sinta sedang merencanakan sesuatu.
Sinta menatap kepergian Angga, dan dia tersenyum jahat. "Astrid ingat semua perintah ku harus kamu laksanakan, sekarang tugas pertama yang harus kamu lakukan adalah tumpahkan minyak ini di depan pintu kamar Inez"
"Untuk apa nyonya?"
Astrid bertanya dan pura pura bego, agar Sinta kesal.
"Pokonya tumpahkan saja!, cepat"
"Baik baik bu"
Astrid langsung keluar kamar Sinta dan berlari ke kamar Inez tapi dia balik lagi, dan menumpahkan Di depan kamar Sinta. Astrid pun tertawa cekikikan. Dan meninggalkan kamar Sinta, Astrid ke dapur dan duduk duduk di sana, Bu Meri tidak berani menegur takut di marahi Sinta lagi.
Sinta tidak tahu, bahwa di depan pintunya ada Minyak yang tumpah. Astrid dengan tenang menatap dari bawah sambil makan kacang. Saat pintu di buka, Astrid langsung berlari ke atas tangga dan berdiri menunggu Sinta keluar, pintu di buka, Sinta memberi jempol, karena Inez naik dan menuju kamar nya. Di balas jempol oleh Astrid.
Saat Inez melangkah dan masuk ke dalam kamar, Inez baik baik saja Sinta pun melongo dan mengangkat tangannya. Untuk lebih memastikan Sinta langsung keluar kamar dan insiden itupun terjadi, kaki kanan Sinta menginjak minyak dan otomatis terlempar ke depan dan badan Sinta jatuh dengan pantat duluan mendarat ke lantai.
Uwiiiiiiiiiiinnnnngggg.
Sinta mulutnya menganga, begitupun Astrid berlari pura pura akan menolong dengan mulut menganga juga. Sepeti Slowmotion, semua terasa lambat, tapi tetap saja Sinta tidak tertolong, panggulnya kena dan kretek!!.
"Aduuuuuuuuhhhh" Sinta berteriak dengan kencang hingga semua penghuni rumah menghampiri termasuk Inez.
"Mamah?"Inez panik dan menghampiri, terlihatlah Sinta tergeletak lunglai dan tak bisa bergerak, melihat Inez seperti mau mengasihani, Sinta tidak mau di pegang Inez, dia menepis dan meminta Astrid menolongnya. Tanpa Aba aba, Astrid mengangkat dan membawa masuk Sinta ke dalam kamar.
Di dalam kamar, Astrid membaringkan Sinta perlahan.
"Kamu itu gila! kenapa minyaknya kamu taruh di depan kamarku?" bentak Sinta sambil hendak memukul Astrid tapi tak kena karena Astrid berdiri.
"Aku bisa sembuhkan nyonya"
Astrid menawarkan bantuan, tapi Sinta meragukan.
"Tidak, aku gak mau"
Tanpa mendengar penolakan Sinta, Astrid langsung memegang paha Sinta dan Tubuhnya menimpa pinggang Sinta. Dengan sekali hentakan, KRETEEEEKK!! Sinta berteriak kencang.
"Aaaaa aaaaaaaa"barulah Astrid lepaskan dan berdiri mundur. Di sini lah keajaiban, rasa sakit itu hilang dan Sinta bisa tersenyum.
"Hebat kamu! bisa melakukan seperti barusan, aku maafkan kesalahanmu tadi. Tapi lain kali, kamu jangan berbuat kesalahan lagi!" tegas Sinta memberi peringatan.
Astrid tersenyum dalam hatinya dan menertawakan Sinta.
Setelah kejadian tadi, Sinta pun kembali ke kamarnya dan melaporkan kejadian tadi pada Didi dan Nenek Ainun.
"Bagus, Kamu aku percaya untuk jaga Inez, jangan sampai Sinta curiga dengan sikap kamu, jaga Inez di sana, jika ada hal yang tak bisa kamu atasi sendiri cepat hubungi Didi" Ainun menelpon sambil menikmati secangkir teh hangat di mejanya.
Astrid siap mematuhi semua perintah nenek Ainun.
Sementara kejahatan selalu membayangi hidup Inez, tapi Inez hanya memikirkan bagaimana dia bisa punya anak, jika tanpa rahim. Di kamar Inez terus menangis dan menangis.
Di kantor, Angga di datangi tamu tidak asing, yaitu Wina sang mantan pacar, dia sudah sedari tadi di ruangan Angga.
Entah apa yang akan Wina bahas, Apakah Angga akan menanggapi kedatangan Wina?
Apakah Angga akan tergoda lagi dengan Wina? Angga menyadari bahwa mereka putus bukan karena kesalahan Wina tapi perjodohan Angga dan Inez. Dan kesalahan murni ada pada Angga, yang mematuhi semua keinginan Kakek Wijaya.
Sementara di kantor Angga pun bimbang dengan kondisi Inez yang tak bisa memberikan anak untuk Angga.
Apakah Angga akan bertahan , meski Inez mandul?
mampir dikarya aku juga ya jika berkenan/Smile//Pray/