"Kau tidak bisa pergi dariku, mana mungkin aku melepasmu setelah aku bisa merasakan hasratku bangkit, kau tidak bisa hanya datang karena ingin merasakan kepuasan! Selena Agatha." Lirih Bentley Leister.
Selena Bianca Agatha seorang mahasiswi cantik berumur (22 tahun) ia terkejut tat kala orang yang begitu ia kenal dan sudah beristri menanyakan hal dewasa yang belum pernah ia rasakan sebelumnya baik dia maupun pria tersebut.
Di samping itu keanehan terjadi pada pria tampan berkuasa yaitu Bentley Max Leister (32 tahun) dimana hasrat bercintanya malah membara ketika bertemu dengan adik dari sahabatnya sendiri yang seharusnya ia rasakan bersama sang istri.
.
.
Lantas bagaimana hubungan Bentley dan Selena ke depannya? dan apakah Ben mampu menahan gejolak pada dirinya yang ia anggap bermasalah?
SIMAK KISAH LENGKAPNYA>>
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Dilla_Nurpasya_Aryany, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
Episode 16
Di halaman rumah
"Jika Selena sedikit ngeyel maklumi saja ya Ben dia agak sedikit kekanak-kanakan." Ucap mama Bella menitipkan sebelum masuk mobil.
"Tak masalah tante."
"Terimakasih." Bella masuk mobil.
Pasangan suami istri itu melambaikan tangan kepada Ben dan Selena.
Martin sudah mempercayakan Selena kepada Ben.
Hari ini mau tak mau Ben melakukan bimbingan terhadap Selena juga melanjutkan proyek pekerjaan untuk menggantikan Ricky yang berhalangan hadir.
"Ayo kita mulai waktuku bukan untuk membimbing mu saja." Ujar Ben yang langsung masuk ke dalam rumah Selena menuju ruang kerja yang tersedia di sana.
Selena memutar mata malas, sangat menjengkelkan jika melihat sisi angkuh Ben.
"Jika tidak ada waktu kenapa ngambilnya sekarang? menyebalkan!."
Di ruangan itu Ben mengeluarkan sebuah map tebal, ia serahkan kepada Selena. "Ini harus kau kuasai selama 1 minggu lebih anak kecil, akan ku uji kau di lapangan nanti."
"560 halaman om!??."
"Iya kenapa? keberatan? bukannya kau pintar?." Balas Ben memancing.
"Aku tak masalah tapi sekarang kan waktuku bukan untuk ini saja, aku harus berpikir buat skripsi!." Ujar Selena, padahal biasanya Ricky tak seketat ini.
Ben menatap lekat wajah cantik Selena yang tak terima. "Cukup kamu bilang sanggup atau enggak!."
"Ck! aargh!." Batin Selena menjerit, kenapa Ben hampir sama dengan papanya Martin?.
Daripada membantah dan nanti Martin akan menyuruhnya menikah lagi, mending Selena keteteran dengan kerjaan. "Ya aku sanggup!."
"10 halaman pertama kau pahami setelahnya setorkan kepadaku versi bahasa mu sendiri." Perintah Ben, jika soal pekerjaan ia tidak pernah melibatkan hal pribadi dan sangat serius untuk pengembangan karakter dan kinerjanya.
Selena menghela nafas berat, ia menelaah map itu dengan seksama dan teliti.
Di samping memantau perkembangan proyek pada laptop, Ben curi-curi pandang ke arah Selena yang fokus.
Sudut bibirnya terangkat sangat menggemaskan pikirnya, tanpa sepengetahuan Selena Ben mengelus miliknya agar bisa tenang dan tetap terkontrol.
Beberapa menit kemudian..
"Sudah om, sekarang uji kemampuanku." Ujar Selena setelah 15 menit memahami.
Ben sedikit terkejut tentunya, secepat itu?.
Namun ia langsung mengetesnya dengan pertanyaan-pertanyaan kritis.
Tanpa sadar semuanya telah terlewati dan Selena mampu membuktikan kelihaian cara berpikirnya dan menjawab semua pertanyaan Ben dengan logis juga tepat.
"Good girl."
Selena mengibaskan rambutnya dengan angkuh. "Siapa dulu..."
Setelah bimbingan selesai, Ben dan Selena berbincang mengenai proyek yang sedang dijalankan oleh Ricky.
Saat Bentley menjelaskan, Selena menatap lekat wajah tampan itu. Ada daya tarik yang luar biasa mungkin karena kharismanya.
"Ini gagasan terbaikku untuk selanjutnya aku serahkan kepada kak Ricky om." Ujar Selena setelah menandatangani kontrak penanganan.
"Oke."
"Sudah selesai?."
"Sudah."
Selena menghela nafas lega karena ia akan kembali menikmati waktu luangnya.
"Om apa istrimu tahu jika kau ke sini?." Penasaran Selena.
"Kita sudah bercerai."
"Ukhukkk!!!." Selena terbatuk-batuk. "Ha?."
"Ya kita tidak ditakdirkan untuk bersama, jangan bertanya lagi itu menjijikkan!."
"Ah oke.." Peka Selena, tak seharusnya ia bertanya lebih itu urusan rumah tangga orang. Ia hanya tak menyangka saja jika mereka bercerai.
Hening beberapa saat sehingga menimbulkan kecanggungan bagi Selena, mana di rumah besar itu cuma mereka berdua karena bibi pembantu ada di belakang.
"Bagaimana apa kau sudah menemukan cara untuk menyembuhkan impoten-ku?." Penasaran Ben.
"Macam-macam om."
"Ck, sudah ku bilang jangan panggil om!."
"Aku tak nyaman merasa tak sopan." Blak-blakan Selena. "Bagaimana nanti kata papa, aku bisa dijewer."
Ben tersenyum mengejek. "Nama saja, kita juga tampak seumuran."
Selena menggeleng. "Tak mau paling aku panggil kakak."
"Terserah kau saja." Pasrah Ben. "Jadi apa caranya?."
"Om sudah periksa ke dokter?."
Ben merogoh tasnya mengambil selembar surat yang selalu ia bawa. "Itu dari dokter pribadiku baca saja."
Selena menerima dan membacanya, di sana hasil pemeriksaan di jelaskan tidak ada syaraf-syaraf yang rusak dan tak berfungsi semuanya normal namun walaupun demikian memang benar milik Ben ini tidak pernah bereaksi dan terangsang dengan para wanita bahkan istrinya sendiri..
Mau se-telanjang apapun itu bahkan menggoda di atasnya dengan intim, itu tidak ngaruh sama sekali.
"Tapi tak masuk akal juga hanya kepadaku om?."
Ben mengangkat kedua bahunya. "Aku juga tak tahu, mau melihatnya?."
"Tidak tidak!!!." Bantah Selena dengan pipi merah.
"Itu masuk ke dalam pembahasan dewasa, mau mengetahui secara mendalam gimana kamu sendiri setengah-setengah begitu?." Timpal Ben.
Apa yang diucapkan Bentley benar juga tapi maksud Selena tidak harus se-intim itu dulu. "Iya-iya."
"Aku sudah menemukan tukang urut tradisional om dan ini katanya ampuh, kita coba saja." Ujar Selena.
Dahi Ben mengernyit saat mendengar tukang urut. "Apanya yang diurut!?."
"Ya milikmu itu om."
"Tidak tidak! yang benar saja yang ada aku dimanfaatkan oleh mereka apalagi jika ibu-ibu!." Bantah Ben merinding.
"Kau harus mencoba jika ingin sembuh om, aku temani." Bujuk Selena.
"No! itu tidak akan mempan dari dulu semua cara sudah aku coba dan semuanya nihil." Timpal Ben.
Selena memijit pusing kening ikut frustasi.
"Kecuali kau yang mengurutnya." Lirih Ben.
Kini Selena yang merinding. "Lupakan, aku ada cara lain dan om harus patuh aku juga butuh bukti jika milikmu itu memang benar hanya bereaksi padaku saja."
"Aku tidak pernah bohong." Jujur Ben yang sedikit kesal karena Selena menganggapnya seperti penjahat kelamin melakukan tipu daya untuk mendapatkannya.
"Ayo ikut aku!."
Selena membawa Ben ke dalam ruangan tempat nonton bareng keluarga, di sini Selena akan nekat walaupun dia tidak pernah melakukan itu.
Ben disuruh duduk dan di hadapannya akan ditayangkan film dewasa, sedangkan Selena akan memantaunya dari ruang tayangan cctv.
Jika benar saat menonton film itu Ben tak bereaksi maka Selena akan coba masuk untuk dibandingkan dengannya.
Dan jika benar Ben bereaksi padanya, Selena akan percaya dan tak akan membantah lagi.
Ben yang pasrah mengikuti saja kemauan wanita itu intinya dia tidak bohong, dari ruang cctv Selena menayangkan film dewasa.
Sepanjang film Selena melihat dengan teliti raut wajah Ben dan area sel*ngk*ngan-nya.
Wanita itu mengerutkan kening karena tidak ada perubahan sama sekali, Ben tampak santai.
Hingga film pun selesai tetap masih tidak ada perubahan, Selena mengatur nafas panjang ia akan coba masuk ke sana dan membuktikannya.
Sedikit deg-degan namun Selena percaya pada dirinya, ia akan sedikit nekat.
Di ruang bioskop keluarga yang remang-remang, Selena masuk ke dalam berjalan menghampiri Ben.
Saat keduanya berhadapan Selena menatap Ben yang tampak kelihatan jika cara bernafasnya seperti menahan sesuatu, nafasnya berat. "Apa tidak ngaruh sama sekali?."
Bentley menggeleng.
Mata indah Selena turun ke bawah melihat area paha Ben, dan benar saja itu bereaksi miliknya menonjol dengan sempurna.
Ini membuat Ben tersiksa, di hadapannya ada Selena juga ditambah layar yang menayangkan kembali film dewasa barusan.
"Tenangkan aku untuk kali ini saja, kau harus tanggung jawab dengan ulahmu barusan!." Lirih Ben dengan tatapan mata yang tak bisa diartikan.
Selena mendekati Ben ini diluar dugaan, wanita cantik itu naik ke atas pangkuan Ben yang sedang duduk, ia melingkarkan tangannya pada leher Bentley.
"Aku paham kita saling membutuhkan om, setelah ini bagaimana?."
"Oh sh*t!!." Ben ragu pada dirinya sendiri yang akan bisa tetap bertahan.
.
TBC
Sebelum lanjut ingat! tinggalkan jejaknya ya😉🤗
kekurangannya menurutku pemilihan kata2 yg kurang sesuai dengan makna kata itu sendiri. bahasanya juga....😶🌫️
love sekebon deh