TAMAT 03 FEBRUARI 2024
Demi bisnis Mahesa yang hampir bangkrut, ia harus mau menikahi anak gadis milik konglomerat yang dulu pernah menjadi tunangannya: Snowy.
Sekarang, karena ulah menolaknya dahulu, Snowy menjadi membencinya. Menjadi tak lagi respect padanya.
Tugas pertama Mahesa setelah menikah adalah, harus mengatasi banyak lelaki yang masih berstatus sebagai pacar Snowy White Rain.
Sialnya lagi adalah, Mahesa mulai menyukai gadis bermata biru itu. Gadis bodoh yang memiliki banyak pria bodoh di hidupnya.
Snowy mungkin tidak sadar, jika dia sedang dimanfaatkan para kekasihnya, diperdaya para lelaki yang mengincar sesuatu darinya.
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Pasha Ayu, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
DUA TIGA
Snowy menatap mondar- mandirnya sang suami yang asyik mengemasi barang- barang mahal menjadi bungkusan paket. Ada nama penerima juga yang Mahesa sematkan.
Sepulang dari rumah Papi Rega, Snowy ikut Mahesa ke rumah utama keluarga Mahesa, dan selain Mama Selena, tak ada yang bisa Snowy jumpai di sini, termasuk Papa mertua yang belum pernah sekalipun Snowy lihat.
Sebelumnya di rumah Papi Rega, Mahesa telah mendapatkan surat terbuka yang menyatakan jika tiga puluh persen saham milik Snowy akan dijual kembali.
Juga, Papi Rega sempat berucap kalau nantinya mereka punya anak, Mahesa boleh membeli dua puluh persen lagi saham yang dimiliki Snowy.
Snowy jadi curiga, apa itu yang menjadi alasan Mahesa tak mau lagi pakai pengaman semalam? Mahesa masih berambisi membeli lagi sahamnya.
Snowy mendengus, sebenarnya pernikahan macam apa ini Tuhan?
Kenapa jadi melibatkan bisnis juga, padahal sebelumnya dia kira Mahesa takkan masalah meski hanya memiliki tiga puluh persen saja dari perusahaan hiburannya.
"Kak Esa ngapain sih?!" Snowy protes karena Mahesa mengosongkan lemari di rumahnya untuk dijual secara online.
"Sudah nggak kepake!"
Sudah dari kemarin Mahesa memikirkan ini. Menjual banyaknya baju, jam tangan, sepatu, pokoknya semua yang ada harganya untuk dijual preloved.
"Buat koleksi ajah dong, atau disedekahkan mungkin, kan bisa. Ngapain dijual? Kalo orang tahu, Snowy yang dibilang istri boros makanya suaminya sampe jual jual barang!"
"Sejak kapan kamu mikirin omongan orang lain hmm?" Mahesa menatap istrinya yang mulai mengomel.
"Membeli Tiga puluh persen saham Papi tidak murah, tabungan ku belum cukup, makanya aku harus jual semua barang- barang nggak berguna ini."
"Ngapain Kak Esa mau beli lagi saham yang udah punya Snow?" tukas Snowy.
"Setidaknya aku yang kelola, aku juga yang harusnya punya saham lebih besar!" jawab cepat Mahesa.
"Kak Esa mau ceraikan Snowy kalo bar Kak Esa udah punya Kakak lagi gitu?" Mungkin ini yang akan terjadi, ketika Mahesa menjadi pemilik saham mayoritas Snowy dihempas.
"Kamu masih ragu?" Mahesa terpaku sebentar untuk menyelami makna dari ketakutan yang dia tangkap dari wajah itu.
"Kamu mau tahu kenapa banyak cowok yang mudah sekali menipu mu?" tambahnya. Dan Snowy terdiam sejenak mendengarkan.
"Kamu cantik, cerdas, bahkan jago meretas, kekurangan kamu satu, nggak bisa menilai perasaan seseorang. Mana yang tulus, mana yang modus, kamu nggak bisa bedakan itu."
Snowy bergeming. Kenapa, rasanya ucapan Mahesa bermakna dalam. Seperti seseorang yang tulus dan tidak ingin melihatnya susah.
Mahesa lalu beralih kembali ke paket- paket yang masih menunggu perhatian. Beberapa orang masuk untuk mengangkat satu persatu barang- barang tersebut dan dibawa keluar.
Dari barang- barang prelovednya, Mahesa sudah menerima lima puluh persen uang dari seluruh harga yang Papi Rega tawarkan. Dia sendiri yang kemarin datangi Papi Rega dan meminta agar Papi Rega mau menjual lagi saham yang sebelumnya Selena jual.
Papi Rega sempat meragukan, karena tiba-tiba saja Mahesa membicarakan soal saham. Dan setelah dia bicara baik- baik tentang apa sebenarnya alasan dia, kenapa harus membeli lagi sahamnya, akhirnya Papi Rega setuju dan percaya padanya.
Sekarang, Mahesa akan lebih aktif lagi ke kantor pusat pengelolaan kelab malamnya, sebelumnya dia malas ke kantor karena harus bertemu dengan Demian.
Baru-baru ini dia mendengar dari anak buahnya, jika Demian sudah tidak lagi bekerja di perusahaan tersebut. Bahkan sudah lama tak mengunjungi kantor pusatnya.
Demian mungkin sudah tidak mau bekerja untuk orang lain karena otomatis dua puluh persen saham milik dia sudah tidak ada lagi.
Yang itu berarti Demian sudah tidak memiliki sangkut pautnya dengan bar ini. Ok, Mahesa yang akan kendalikan semuanya, tanpa Mama Selena apa lagi Demian.
🏔️🏔️🏔️🏔️
^^^🏔️🏔️🏔️🏔️^^^
Malam ini, Snowy pulang cukup larut, Mahesa tak bisa jemput karena pria itu juga sedang sibuk mengurusi keuangan di perusahaan barnya yang bisa dikatakan kacau balau.
Sebelumnya dia tidak peduli seberapa kacaunya perusahaan itu karena Bar yang dinamai Estrella itu, masih milik ibunya yang lebih menyayangi Demian.
Namun, untuk saat ini, 100% saham Estrella sudah miliknya dan milik Snowy.
Dia perlu pastikan tidak ada tikus yang menggerogoti perusahaan tersebut. Dan dia baru sadar jika masih banyak sekali janggal bahkan setelah Demian tak lagi bekerja di sana.
"Huhh!" Snowy menjatuhkan punggung setelah keramas dan mengenakan pakaian satin pendek dengan tali kecil di pundak.
Mahesa yang duduk memangku laptop sambil bersandar, ia melirik paha mulus Snowy sebentar lalu kembali terpaku ke layar.
"Aku pulang!" Snowy sengaja bicara keras, agar suaminya sadar akan keberadaannya.
Lelaki itu terkekeh, dia menoleh kemudian ke arah istrinya, mengusap usap punggung yang Snowy sodorkan. "Capek?" tanyanya.
"Hari ini kerjaan numpuk banget!" Snowy nyaman terpejam sambil menikmati sapuan jari suaminya. Dia selalu tidur dengan usapan lembut yang menentramkan itu.
Sudah cukup mengantuk, sepertinya Snowy akan tidur, tapi Mahesa justru mengalihkan tangannya ke keyboard laptop kembali.
"Kak!" Snowy protes.
"Bentar."
Mahesa perlu jarinya untuk mengetik. Lalu mengelus kembali punggung wanita itu tanpa mengalihkan matanya dari layar laptop.
Fokus Mahesa yang terbagi membuat Snowy tak mendapatkan sentuhan yang cukup. Dia menjadi mendengus berkali kali.
Mendengar itu, Mahesa menoleh, meletakkan gawainya di atas nakas lalu menelungkup di punggung Snowy untuk berbisik di telinganya.
"Mau anu?"
Snowy menggeleng. "Nggak, beneran capek Snowy nya makanya pengen cepetan tidur."
"Ya udah tidur." Mahesa menepuk punggung istrinya secara berkala. Dia terkekeh dengan perilaku dirinya sendiri, bisa-bisanya menurut begini pada wanita bawel ini.
Sampai Snowy tak bergerak lagi, Mahesa ambil kembali laptopnya. Meneruskan pekerjaan yang sempat dia tunda.