"Biarkan sejenak aku bersandar padamu dalam hujan badai dan mati lampu ini. Aku tidak tahu apa yang ada dalam hatiku, aku hanya ingin memelukmu ..."
Kata-kata itu masih terngiang dalam ingatan. Bagaimana bisa, seorang Tuan Muda Arogan dan sombong memberikan hatinya untuk seorang pelayan rendah seperti dirinya? Namun takdirnya adalah melahirkan pewarisnya, meskipun cintanya penuh rintangan dan cobaan.
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Susi Ana, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
29. Kesedihan Bibi Chan
Belum pernah Sang Penguasa pemilik Benteng Raksasa itu begitu marahnya. Bahkan belum pernah Beliau membentak Bibi Chan selama Handrille Versiger mengabdi setia padanya. Handrille Versiger tahu, betapa Tuannya sangat mencintai wanita itu melebihi nyawanya sendiri.
Tragedi lima tahun yang lalu, menyisakan trauma yang berkepanjangan bagi penghuni Benteng Raksasa tersebut. Handrille Versiger tidak akan pernah melupakan tragedi itu. Tak ada seorang pun yang berani mengusik masalah itu. Seperti momok menakutkan yang harus terkubur selamanya.
Orang satu-satunya yang masih berani mengungkit tragedi itu hanyalah Bibi Chan seorang. Karena hanya dialah, orang yang paling terpukul dan begitu kehilangan putra kesayangannya. Mungkin tebakan Handrille Versiger benar. Bahama Putra memiliki aura yang sama dengan putra Bibi Chan.
"Jangan menangis lagi, Bi." Hibur Handrille Versiger yang berusaha bicara sesabar mungkin. Karena sosoknya yang kekar dengan tampang beringas tidak akan membuat orang percaya kalau dia bisa bicara sabar.
"Dia terlalu kejam padaku, Han!! Jika aku nggak melawannya, orang-orang yang kukasihi akan diambilnya dariku. Sampai kapan tragedi demi tragedi harus terulang lagi? Lebih baik aku mati, Han!"
Balas Bibi Chan yang masih menangis sesenggukan. Kadang kala, beliau menyedot ingusnya yang mengalir deras bersamaan dengan air matanya. Bahama begitu penasaran. Tragedi apa? Dia ingin sekali mengetahui nya. Saat ingin menanyakan hal itu, tenggorokan nya seperti terjepit. Seperti ada sesuatu yang melarangnya untuk mengetahuinya. Yang bisa dia lakukan, hanyalah diam dan melihat Bibi Chan dan Handrille Versiger bergantian.
"Kita memang nggak akan bisa melupakan tragedi itu, Bi. Tapi juga nggak boleh mengungkitnya di sini. Hanya Bibi yang berani mengungkit tragedi itu di hadapan Tuan kita. Wajar, jika Beliau marah besar."
Tak disangka, wajah beringas yang terkesan nggak banyak bicara jika tidak ada perlunya itu sanggup mengeluarkan banyak kalimat dalam sedetik. Bahama pun dibuatnya melongo tak percaya. Lagi-lagi yang bisa dia lakukan hanyalah sebagai pendengar. Tidak berani menyela obrolan mereka sedikit pun. Sementara Bibi Chan mulai reda menangisnya meskipun masih terdengar isakkannya.
"Tiger Ba!" Panggil Bibi Chan tiba-tiba, membuat Bahama geragapan karena kaget dan gugup menjadi satu.
"I iya Bi?"
"Apakah kau akan melaksanakan misi Tuanku atau menentangnya bersamaku?"
Kini pertanyaan itu seperti nada introgasi bagi Bahama. Sekali lagi, rasa benci kembali membuncah dalam dada Bahama. Karena orang itu sudah membuat wanita dihadapannya ini menangis penuh kepedihan. Api balas dendam pun semakin berkobar. Dia berpikir kilat, jika dia tidak melaksanakan misi yang diperintahkan olehnya, bagaimana caranya dia mendapatkan kekuasaan?
"Maafkan aku, Bi! Aku akan melakukannya! Walau aku tahu, aku masih awam. Bahkan ilmu bela diriku pun masih minim. Dan aku tahu, misi kali ini lebih berbahaya dari misi sebelumnya. Aku akan menerimanya!!"
Jawaban tegas dan penuh rasa percaya diri ditunjukkan oleh pemuda itu. Wajah khas Spanyol nya semakin terlihat maskulin dengan tatapan mata tajam seperti seekor Cithah yang memburu mangsa. Bibi Chan menatapnya sedih. Sedangkan Handrille Versiger menatapnya bangga.
"Aku yang akan melindunginya, Bi. Apa yang tidak bisa kulakukan kepada putramu....aku akan melakukannya padanya! Percayalah padaku!!"
Handrille Versiger memegang lembut pundak wanita tua dihadapan nya itu. Berharap, ucapannya mampu membuatnya tenang dan nggak cemas lagi. Namun, sebuah firasat dari seorang ibu tidak mampu dia tepis begitu saja. Handrille Versiger paham hal itu.
"Aku ingin mencegahmu, Tiger Ba! Semampuku, aku ingin melindungi mu! Aku baru lega, jika dirimu sudah menguasai sebagian ilmu ku. Aku tahu, nggak mungkin bisa secepat itu. Dasar Veng kejam keras kepala!! Huh!!"
Bibi Chan seolah mengabaikan ucapan Handrille Versiger. Bibi Chan lebih mencemaskan Bahama Putra dan masih dongkol pada pria tua seusianya yang kini diam-diam memonitor mereka. Sang penguasa duduk santai dan tenang di singgasana nya. Setelah meluapkan semua gertakan amarahnya. Beliau langsung mampu mengendalikan dirinya dalam sekejap.
"Maafkan aku, Chan Shu! Aku tidak ingin menggertak mu dengan suara keras seperti itu. Sifat keras kepala mu nggak berubah. Hanya demi pemuda Spanyol itu, kau berani menentang ku."
Kata Tuan Vengsier Eiger yang bicara sendiri, begitu mendengar umpatan Bibi Chan di monitornya. Kadang Beliau menatap sedih ke wanita itu. Kadang ada senyuman tipis di bibirnya. Entah apa yang Beliau pikirkan saat tersenyum tipis. Lalu, dengan mengetukkan tongkat emasnya di lantai. Sebuah isyarat rahasia bagi bawahan bayangan nya. Tiger Hou dan kawan-kawan langsung melesat kilat melaksanakan perintah rahasia itu.
Malam yang panjang bagi Bibi Chan untuk menunggu pagi segera datang. Beliau tidak tahu, apa yang mampu dilakukan oleh pria tua yang kejam itu pada Bahama. Bibi Chan tidak mengetahui nya. Bahwa Bahama sudah berada di kapal yang penuh dengan senjata yang akan di kirim lewat Pelabuhan Kasat Mata menuju Negara W.
Atas perintah Tuan Vengsier Eiger, perintah rahasia yang diberikan oleh Beliau pada bawahan bayangan nya adalah menjebak Bahama dalam misi itu. Ada salah seorang yang ditugaskan membocorkan misi itu. Sehingga pihak Patroli Angkatan laut setempat mengetahuinya.
Bahama dan Snake langsung berangkat pada malam itu juga, bersama dengan sepuluh anak buahnya yang sebagian besar ahli menembak. Bahama yang menerima perintah sembunyi-sembuyi dari bawahan bayangan Tuan Vengsier Eiger, langsung berangkat tanpa berpamitan pada Bibi Chan maupun Handrille Versiger.
Tuan Vengsier Eiger sengaja, ingin membuat mati Bahama dalam misi itu. Tapi bukan tangannya sendiri yang membunuhnya. Melainkan menyewa tangan orang lain. Yaitu, pihak Patroli Angkatan laut setempat. Tiger Hou yang menerima perintah rahasia itu agak heran. Kenapa Tuannya sanggup melakukan hal serendah itu. Bukankah Tiger Ba adalah anak buah baru yang sepesial baginya? Kenapa berubah membencinya?
"Apa yang terjadi pada orang kejam ini?" Tanya Tiger Hou dalam hati.
Tiger Hou adalah sosok pria dingin yang malas bicara. Bahkan sikap dinginnya melebihi es beku di Kutub Utara. Namun, saat melaksanakan perintah rahasia itu ada sesuatu yang mengganjal hatinya. Sehingga mampu memunculkan pertanyaan seperti itu. Dia seolah bertanya pada dirinya sendiri. Hatinya sudah mampu terusik oleh kehadiran Tiger Ba. Jika Tuannya berhasil menjebak Tiger Ba dan mati, entah kenapa. Hati Tiger Hou ada yang hilang.
"Ada apa Tiger Hou?"
Tanpa disadari, Handrille Versiger muncul dari belakang nya. Tiger Hou langsung mematikan semua sistem yang dia bawa. Agar monitor tersembunyi yang ada di ruangan Tuannya tidak bisa melacak obrolannya.
"Selamatkan Tiger Ba!!"
Ucapan singkat dari mulut Tiger Hou yang sengaja mematikan semua sistem, dan Handrille Versiger tidak bodoh. Dia pun tahu hal itu dan langsung mengerti dengan apa yang diucapkan oleh Tiger Hou. Tanpa banyak bicara atau membuang waktu lagi. Handrille Versiger langsung menuju ke Pelabuhan Kasat Mata dan membawa puluhan anak buahnya yang mumpuni dalam bela diri. Bahkan mereka adalah penembak jitu yang selalu melindungi nya saat melaksanakan misi.
Setelah Handrille Versiger pergi, Tiger Hou menghela nafas. Nafas itu terdengar begitu berat. Rasa bersalah dan merasa sudah mengkhianati Tuannya muncul dalam hatinya. Dia nggak tahu, ada apa dengan dirinya. Kenapa kemunculan Tiger Ba mampu mengisi kekosongan hatinya?