Bukan terjemahan ya gaes.
Lan mei seorang yang ceria, dia baru lulus dari fakultas ke dokteran. Dari kecil dia sudah belajar bela diri dari ayahnya yang seorang guru bela diri. Hanya saja sewaktu dia kecil ibunya meninggal karena sakit, jadi dia ingin belajar kedokteran takut ayahnya sakit seperti ibunya.
Tapi naas kekasih dan temannya punya niat buruk, mereka berselingkuh di belakangnya dan berencana membunuhnya di karenakan sang teman iri dengan nilai nilai Lan mei yang bagus dan sudah mendapat undangan masuk ke dalam tim rumah sakit ternama sebagai ahli bedah dan racun. Mereka berdua merancang kecelakaan mobil, dan di detik kematiannya dia mengetahui bahwa itu ulah mereka berdua.
Tapi Lan mei tidak pergi ke surga ataupun neraka, tapi dia pergi ke jaman kuno. Menjadi anak seorang Menteri sayap kiri, yang gemuk, bodoh dan tidak tahu apa - apa, wajah jelek penuh jerawat besar.
Tunangan putra mahkota, tapi adik tirinya ingin merebut tunangannya.
Ayah bajingan hanya.. lihat prolog
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Dewi Harefa, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
Bab. 34 Menjual Daging Serigala
"Ya, ya, makanlah dengan kenyang nona." ucap xiao pu sambil memutar bola matanya.
Dia mendengus dan kembali berbaring. Dia lagi tidak berselera memakan binatang itu, yang dia rindukan adalah hidangan herbal untuk melepaskan kutukannya ini. Selama itu belum terlaksana, dia tidak ingin memakan apapun.
"Hei, bukankah kedua serigala ini mahluk spritual juga, dimana letak inti sarinya?" Lan Mei penasaran, dia teringat kisah- kisah novel yang menceritakan bahwa inti dari hewan spritual bisa di gunakan untuk menaikkan kultivasi.
"Di bagian kepala nona, di antara keningnya" Xiao Pu menjelaskan dengan tidak bersemangat, dia masih meletakkan kepalanya di atas tangannya. Dia lagi malas- malasan, tapi masih mau menjawab pertanyaan nonanya.
"Bagaimana mengambilnya?" Lan Mei yang dari dunia modern tentu saja masih bingung.
"Potong sampai putus lehernya maka dia akan keluar sendiri." jawabnya acuh dengan tidak memindahkan kepalanya tersebut dari atas tangannya.
Lam mei hanya mengangguk, dan melakukan apa yang di katakan Xiao Puci. Dengan sekali tebas kepalanya lepas dari badan serigala itu.
"Induk rubah merah kemaren itu, kenapa tidak memiliki inti sari?" Lan Mei sedikit bingung, karena induk rubah itu hilang begitu saja.
"Dia punya, dia sudah memberikan pada anaknya" jawab Xiou Pu malas.
"Emangnya bisa memakai dua inti sari pada binatang?" Lan Mei ingin mengetahui informasi sebanyak mungkin.
Biar bagaimanapun, dia masih orang baru di dunia kuno ini. Lebih banyak informasi yang di dapat, bukankah lebih baik.
"Sebenarnya tidak bisa, hanya saja itu sebagai penghangat untuk dia karena masih bayi, nanti jikalau dia tumbuh dewasa, dia bisa memberikannya kepada orang yang dia inginkan untuk dia berikan."
"Ohh, begitu" Lan mei mengangguk mengerti, jadi nanti bisa menjadi ilmu pengetahuan untuk dirinya.
Tak berapa lama Yen tang datang dengan sebuah gerobak bersama kusirnya. Gerobak itu tidak terlalu besar dan juga tidak tua. Jadi sangat bisa di pakai untuk membawa barang yang berat.
Lan Mei memperhatikan Pria paruh baya itu. Wajahnya terlihat familiar, dia mengerutkan keningnya, ingin mengingat sesuatu.
'Seperti tidak asing' pikirnya
"Nona, nona, ini bapak yang kemaren yang mengangkat nona dari dalam hutan ketika itu, dan kebetulan aku bertemu dengan dia lagi dan dia mau membantu" jelas Yen tang.
'Oh, pantasan.. Aku merasa tidak asing kepadanya, dan tunggu... Bukankah dia..' dia bergumam di dalam hatinya.
Laki - laki itu tersenyum canggung seolah sedang kepergok.
Lan Mei mengerutkan keningnya, sepertinya dia ini juga yang sering mengawasi di sekitar sini.
'Siapa dia sebenarnya?'
'Apa motifnya selalu mengawasi tempat ini?'
Kemudian lelaki itu memasukkan daging serigala itu ke dalam karung besar, tetap masih tidak muat, jadi dia tutup dengan karung yang lain.
Sehingga 2 karung besar untuk menutupi seekor serigala, kemudian Yen tang berkata :
"Nona, apa anda tidak meninggalkan sebagian untuk kita makan?" Yen Tang merasa sayang kalau di jual semuanya, dia juga ingin makan daging lagi, kan...
"Itu sudah ada jantung dan hatinya di dalam gentong di dapur, kita masak itu saja"
"Baik nona" Akhirnya dia gembira, ternyata nonanya masih memikirkan perut mereka.
"Apa kamu sudah bertanya kepada pihak restoran di sana berapa harga serigala seekor?" Tanya Lan Mei, dia ingin memastikan bahwa Yen Tang tidak akan di tipu oleh mereka.
"Sudah nona, tuan ini sudah membantu saya menanyakannya, kalau ikut kulitnya sedikit lebih mahal, tapi harga untuk serigala juga lumayan tinggi nona." Pelayannya itu menjelaskan.
"Tuan, pihak restoran berkata berapa harganya?" Tanya Lan Mei kepada lelaki paruh baya itu.
"Sebaiknya, ini mereka lihat dulu, karena ini lebih besar dari biasanya, dan saya rasa lebih mahal dari yang di tawarkan tadi" Ucapnya.
"Apakah mereka menerima binatang yang hidup juga?" Dia bertanya untuk pengingat bahwa dia bisa membawa hewan hidup nantinya.
"Tentu saja nona, karena saya juga suka menjual ke sana hasil buruan saya,
Tapi binatang apa yang bisa anda tangkap hidup - hidup nona?" Pria Tua itu penasaran.
"Hanya Rusa dan babi Hutan, saya suda mengikatnya di suatu tempat, tapi nanti saja di jual di lain waktu. Biar kedua serigala ini saja dulu, soalnya saya ada kegiatan yang lain, yang harus saya lakukan"
Pak tua itu hanya mengganguk. Dan kembali merapikan letak daging serigala itu, dan mulai menutupinya dengan dedaunan juga agar lalat tidak berterbangan di atasnya.
"Yen tang, pergi lagi kepasar dan ambil uang hasil penjualannya, setelah itu, beli lah apa yang kita butuhkan di rumah ini. Jangan lupa beli beberapa cemilan."
"Baik nona" Jawabnya dengan wajah ceria, dan senyuman tidak lepas dari bibirnya.
"Oya, jika uangnya cukup untuk beli kuda dan gerobak, kamu beli saja ya.."
"Baik nona" ucap Yen tang dengan senyum lebar karena gembira. Siapa yang tidak suka berbelanja..? Hmm, saya suka belanja.. Gumam Yen Tang dalam hati.
Dengan riang hati dia menaiki gerobak itu, dan akhirnya pelayannya itu pergi lagi ke pasar, sementara Lan Mei kembali ke hutan, karena dia mereka waktunya masih sempat.
Sudah lewat tenga hari tapi masih bisa untuk menguliti para serigala itu, pikirnya.
Sebelum dia pergi, dia sudah menjemur ke dua kulit serigala tersebut dia atas atap dapur mereka karena di situ lebih rendah atapnya ketimbang di ruang depan.
Dia berjalan sedikit lebih cepat, takut dia akan terlambat, dan benar saja sesampai di sana kelompok Hiena sudah saling rebut mayat serigala tersebut.
Ck, terlambat pikirnya. Para Hiena saling menatap. Ada ketakutan di mata mereka, apa yang di lakukan gadis ini dengan kembali kesini, pikir mereka.