Sebuah ramalan kemunculan raja iblis berhasil membuat dunia kacau balau akibat kemunculan para monster, makhluk mistis serta fenomena alam baru.
Untungnya manusia masih memiliki secercah harapan. Mereka adalah para manusia yang berhasil membangkitkan kekuatan hebat, mereka disebut Awakening.
Akan tetapi, apakah secercah cahaya itu dapat mengalahkan kegelapan yang begitu besar?
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Galaxy_k1910, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
Cannibal Child 4
Malam hari di kota Ujung Batu.
Kesal dengan kinerja para awakening di daerah Gunung Tua yang lama, pada akhirnya Ekilah terpaksa bergerak untuk menangkap sang Cannibal Child. Perempuan itu tidak tahu di mana Cannibal Child bersembunyi saat ini jadi ia memutuskan untuk menggunakan teknik yang pernah ia gunakan ketika berada di ruang gelap kastil Tundra.
[Aku rasa ada cara lain yang lebih mudah, Ekilah. Kenapa kamu tidak pergi ke markas Federasi dan memeriksa sisa energi yang ditinggalkan oleh si Cannibal Child?]
“Jika aku ke sana yang ada mereka malah menyuruhku membantu evakuasi para warga. Lalu, Aku juga ingin menguji kekuatan pedang Erasmo.”
Tundra pun langsung tahu maksud Ekilah. Perempuan itu berniat menggunakan teknik khusus milik pedang Erasmo yang keempat. Pedang Peniru. Teknik yang membuat pedang Erasmo akan berubah bentuk meniru si pemilik.
[Kamu tidak ingin mengotori tanganmu sendiri ya.]
Ekilah tertawa kecil. “Aku cuman ingin mengetes kemampuanmu kok.”
Tundra terdiam sebentar. [Jangan salahkan aku jika kamu nanti pingsan setelah muntah darah.]
Angin sepoi-sepoi berembus melewati jendela rumah pohon tempat Ekilah berada sekarang.
Bulir-bulir energi berwarna biru seukuran pasir milik Ekilah mulai terbang terbawa angin. Ekilah masih belum bisa menyebarkan energinya ke seluruh kota, maka dari itu ia membagi struktur kota menjadi beberapa bagian.
Walau sudah menyiapkan rencana yang akan menguras energi, ternyata takdir berpihak pada Ekilah. Sekitar 1 jam setelahnya perempuan itu pun mengetahui lokasi sang Cannibal Child bersembunyi.
“Hei, Tundra. Kau sudah siap bertarung?” Tanya Ekilah.
[Aku selalu siap.]
Ekilah pun mengeluarkan pedang Erasmo dari tangannya. “Aku hanya perlu memberikan energi pada pedang ini dan kau akan mengurus sisanya bukan?”
[Simpelnya begitu. Akan aku usahakan tidak membocorkan identitasmu ketika bertarung dengan Cannibal Child.]
Senyuman tipis terbentuk di bibir Ekilah.
Perempuan itu pun memasang ancang-ancang dan melemparkan pedang Erasmo sekuat tenaga. Pedang panjang dengan motif tumbuhan berwarna putih kebiruan itu pun terbang dengan kecepatan tinggi menuju koordinat yang sudah Ekilah simpan.
Ekilah menepuk-nepuk tangannya. “Sekarang aku cuman perlu menunggu hasil jadinya saja.”
.
.
.
Tak!
Cannibal Child yang tengah memulihkan diri di dahan pepohonan rimbun dikejutkan dengan kemunculan pedang panjang berwarna putih yang menancap di tanah.
Tubuh anak laki-laki berusia 13 tahun itu mulai waspada ketika pedang Erasmo mulai berubah bentuk menjadi sesosok perempuan berambut putih.
Jika dilihat dengan saksama, perbedaan antara Ekilah yang asli dan yang tiruan ini terletak pada ekspresi wajahnya.
“Setelah sekian lama akhirnya aku bisa bergerak dengan leluasa.” Suara sosok itu juga mirip dengan Ekilah.
“Oh, Ekilah menyuruhku agar tidak membocorkan identitasnya bukan.” Sebuah topeng hitam muncul dan langsung terpasang di wajahnya.
Tak lupa, ia juga mengikat rambutnya.
Dialah Tundra. Mata biru kehijauannya menatap ke arah Cannibal Child.
“Nak, aku memberimu 2 pilihan. Menyerah atau mati, mana yang kamu pilih?”
Tundra pun menampilkan senyuman menyeramkan. “Yah, aku harap kamu tidak memilih pilihan pertama.”
Tundra memunculkan tiruan pedang Erasmo dan melayangkan tebasan energi ke tempat Cannibal Child berada. Anak laki-laki itu langsung melompat ke bawah untuk menghindar.
Sayangnya, Tundra tidak memberikan anak itu kesempatan untuk bernafas lega.
Ia langsung menendang wajah anak itu dengan keras. Untungnya sang Cannibal Child berhasil menahannya dengan kedua tangan.
Anak laki-laki itu mengambil pisau dagingnya yang sudah agak tumpul dan hendak menusuk betis Tundra. Akan tetapi, Tundra lagi-lagi menghentikan serangan Cannibal Child dengan melakukan tebasan bawah.
Cannibal Child terpaksa melompat mundur. Sebagai seorang yang sering bertarung dengan para awakening, dia tahu jika Tundra bukanlah lawan yang mudah.
Tundra tiba-tiba terdiam. Dia mendapatkan pesan perintah dari Ekilah.
Helaan nafas panjang keluar dari mulutnya. “Ini menyebalkan. Padahal aku akhirnya bebas bergerak setelah sekian lama.”
Tundra menghilangkan pedang Erasmo ciptaannya. Hal itu tentunya membuat Cannibal Child bingung.
“Hei,” nada suara Tundra lebih dingin dari sebelumnya. “Kamu beruntung kali ini rekanku yang pemalas ingin mengambil sesuatu yang seharusnya tidak kamu miliki. Jadi menyerah sajalah.”
Tundra mengulurkan tangannya ke depan. Cannibal Child mengerang kesal layaknya binatang buas yang terprovokasi.
Tap!
Anak laki-laki itu meleset cepat dan hendak menyerang Tundra lewat samping. Sial baginya, Tundra bisa membaca seluruh gerakan Cannibal Child.
Sring!
Ditambah lagi, percuma memotong tubuh yang bukan gumpalan daging. Bola mata Cannibal Child membesar ketika melihat tangan Tundra yang terpotong kembali utuh. Anak itu mulai mempertanyakan apakah dirinya sedang berhadapan dengan manusia atau bukan.
"Dasar menyebalkan."
Aura menyeramkan yang dikeluarkan Tundra membuat Cannibal Child merasakan sesuatu yang ia kira sudah hilang.
Rasa lapar.
“A-aku lapar.”
Tundra menaikkan satu alisnya bingung. Detik berikutnya ia dikejutkan dengan perubahan yang terjadi pada tubuh anak itu.
Tubuh anak itu makin meninggi, matanya perlahan menjorok ke dalam. Bau busuk daging mulai tercium di udara.
“Penampilan itu... Makhluk mistis?” Tundra termenung sesaat.
Ia menghela nafas panjang. “Dasar menyebalkan.”
Tundra menatap tubuh Cannibal Child yang sepenuhnya menjadi makhluk mistis dengan jenis yang seharusnya tidak berada di negara Mandaraka ini. Wendigo.
Buugh!
Cannibal Child yang sudah menjadi Wendigo itu melayangkan cakaran cepat. Tundra sedikit terkejut ketika mendapatkan serangan itu. Ia segera melompat ke salah satu dahan pohon.
“Serangannya tidak mengeluarkan suara sedikit pun,” Tundra menyentuh bagian lukanya yang kembali menutup, “kekuatannya juga luar biasa.”
Tundra lalu berdiri. Mengirim pesan pada Ekilah jika ia akan terlambat.
Sring!
Pria dari masa 100 tahun lalu itu kembali mengeluarkan pedang Erasmo. Kedua makhluk dengan kemampuan di atas rata-rata itu memulai pertarungan yang berbahaya.
Keduanya sama-sama tidak memedulikan luka yang berdarah di tubuh mereka. Tundra sedikit menyayangkan harus mengeluarkan energi lebih untuk menangkap Wendigo tersebut tanpa membunuhnya.
Perintah yang diberikan Ekilah adalah menangkap sang Cannibal Child hidup-hidup dan membawanya pulang.
Crat!
Lagi-lagi, Tundra terkena serangan pada punggungnya. Wendigo itu menyerang menggunakan cakar dan gigi tajamnya.
“Untuk pertama kalinya aku bersyukur memiliki tubuh yang bukan manusia,” batin Tundra memperhatikan lukanya yang menutup.
“Teknik pedang Erasmo, teknik pertama, [tebasan pengisap].”
Tundra melayangkan puluhan tebasan cepat yang memotong-motong bagian tubuh Wendigo yang sekiranya tidak membahayakan nyawa. Bersamaan dengan itu, Tundra mendapatkan asupan energi tambahan yang dihisap ketika melakukan tebasan.
Wendigo tersebut berteriak kencang hingga membuat Tundra harus menutup kedua telinganya. Ketika menemukan celah Wendigo itu berlari secepat mungkin meninggalkan Tundra.
Tundra menghela nafas panjang. Bukannya mengejar pria itu memastikan jika topeng hitam yang ia kenakan masih terpasang dengan rapi lalu berlari mengejar sang Wendigo.
Sesuai dugaan Tundra, makhluk tersebut menuju Ke pemukiman warga. Tundra melemparkan pedang Erasmo tepat mengenai kaki Wendigo. Makhluk itu pun jatuh tersungkur.
Sayangnya, teriakan Wendigo tadi sudah menarik perhatian dari beberapa awakening yang berpatroli. Tundra merentangkan tangan kanannya, membuat pedang Erasmo menancap lebih dalam agar Wendigo itu tidak bisa berlari tanpa suara.
Namun, rencana Tundra tidak berjalan lancar. Wendigo tersebut memotong kakinya dan melompat ke arah salah satu awakening yang tiba lebih awal.
Tundra melihat dengan mata kepalanya sendiri ketika mulut besar wendigo langsung menggigit tubuh awakening itu layaknya menggigit sepotong daging. Kini mantan pangeran itu kesal bukan main.
Grep!
Ia menarik kembali pedang Erasmo lalu melesat menuju Wendigo yang mulai memulihkan tubuhnya kembali. Ketika Tundra sudah melakukan banyak tebasan hanya 2 saja yang mengenai sang lawan. Pria itu berdecak kesal. Entah sial atau tidak, Wendigo tersebut mulai mengabaikan awakening di sekitar dan fokus bertarung dengan Tundra.
Pertarungan mereka berdua tidak bisa dianggap remeh. Beberapa awakening level silver ke bawah yang menonton pertarungan ini hanya bisa diam.
Kecepatan dan kekuatan mereka kalah jauh dari Tundra dan si Wendigo. Jika salah satu dari mereka ikut campur, hanya kematian yang akan menjemputnya.
Lama-lama kelamaan gerakan sang Cannibal Child kalah cepat dengan Tundra. Hal itu dikarenakan dia menyembuhkan diri menggunakan energinya sendiri, sedangkan Tundra berasal dari energi Ekilah yang saat ini sedang nyemil buah beri.
Sring! Sring!
Dua tebasan terakhir dari Tundra berhasil mengalahkan Wendigo itu. Perlahan tubuh Wendigo tersebut kembali berubah ke tubuh anak laki-laki yang merupakan Cannibal Child.
Samar-samar, Tundra merasakan kedatangan seseorang dengan energi level emas.
"Dengan teknik ini sepertinya identitasku tidak akan ketahuan," batin Tundra.
Pria itu kemudian mengeluarkan sejumlah energi berbentuk seperti kabut hitam yang menyelimuti seluruh tubuhnya.
"Siapa kamu?!"
Clak!
Angelina yang baru datang langsung menodongkan pistol energi ke arah Tundra.
Tundra tidak menjawab pertanyaan wanita itu karena mendapatkan pesan tambahan dari Ekilah.
"Nastar?"
Angelina mengurutkan keningnya bingung mendengar ucapan Tundra yang tiba-tiba.
Pria itu melirik ke arah Angelina sekilas lalu dengan cepat mengambil tubuh Cannibal Child dan berlari menjauh.
"Tunggu—"
Belum cepat Angelina berlari sebuah energi yang berbentuk jarum kecil Tundra lemparkan dan menusuk area luka Angelina. Membuat wanita itu tidak bisa membuka portal.
Mata hijau Angelina menatap kepergian Tundra tanpa bisa berbuat apa-apa.
"Noctar..." gumam Angelina.
Sepertinya Awakening ini salah dengar.