Bukan musuh tapi setiap bertemu ada saja yang diperdebatkan. Setiap hari mereka bertemu, bukan karena saking rindunya tapi memang rumah mereka yang bersebelahan.
Mungkin peribahasa 'witing tresno jalaran soko kulino' itu memang benar adanya. Karena intensitas keduanya yang sering bersama membuat hubungan antara mereka makin dekat saja.
Di usia Abhista Agung yang ke 31, masalah muncul. Dia ditodong untuk segera menikah, mau tidak mau, ada atau tidak calonnya, ibu Abhista tak peduli! Yang penting ndang kawin, kalau kata ibunya Abhi.
Lalu bagaimana cara Abhi mewujudkan keinginan sang ibu? Apa dia bisa menikah tahun ini meski calonnya saja belum ada?
Ikuti kisah Abhista selanjutnya di Emergency 31+
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Dfe, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
Mirip Sales obat panu
Dengan kesal Deepika keluar dari ruang siaran. Tujuannya jelas satu, ke tempat parkir di mana ada Abhi di sana.
"Nih!" Dia melempar map biru ke dada Abhi.
"Harusnya aku yang marah."
Ucap Abhi santai sambil membuka dan mengecek apa yang ingin dia dapatkan dari tangan si gadis penyiar radio itu.
"Kan mas Abhi bisa wa aku! Nelpon atau gimana gitu, nggak harus nelpon aku pas lagi siaran! Ngeselin banget!" Omel Deepika tak begitu dianggap Abhi.
"Nggak punya nomer mu." Jawaban itu makin membuat Deepika menggertakkan giginya.
Rasanya Deepika ingin tenggelam di bawah beningnya sungai Aare barang sekejap untuk menjernihkan isi otaknya. Berdebat dengan Abhi bukan solusi yang dia dapat tapi emosi. Capek! Itu satu kata yang melukiskan apa yang dia rasakan saat ini.
"Ya udah sih, tuh bawa balik map mu. Ngapain masih di sini?!" Deepika berucap sambil memutar tubuhnya, sudah males banget berhadapan dengan tetangga kampretnya satu ini.
"Kamu nginjek kakiku."
Oh yang benar saja, Deepika sampai mundur beberapa depa untuk memeriksa apakah benar kaki sucinya telah melakukan dosa dengan menginjak kaki pak tua di depannya itu.
"Ya Rasulullah Salamun alaik! Apamu yang aku injek hah apamu? Bahkan bayangan kaki kita nggak mau kenalan gitu kok, kamu kok ngadi-adi sekali ya mas. Pantes jombloh!"
"Yang sopan. Nanti ketularan jomblo nangis-nangis."
"Aku? Jomblo? Heloooo.. Enggak ya mas ya, aku punya pacar. Dan Yunooo (you know) pacar aku bakal ngelamar aku se-ce-pat-nya!!" Di bawah penekanan kata secepatnya di buat sedramatis mungkin.
"Sukur deh. Jumlah pasangan maksiat di bumi berkurang kalo kamu nikah." Abhi melenggang pergi.
"Maaaas!!!" Teriak Deepika nggak terima dengan kata 'pasangan maksiat' yang ditujukan untuknya.
"Dalem. Nggak usah keras keras manggilnya, nanti pacarmu cemburu."
'Sumpah ya, terbuat dari apa manusia bernama Abhista Agung itu. Orang lain di adon pas lagi sayang-sayangnya sama pasangan, lah dia pasti diuleni emak bapaknya pas malam Jum'at keramat ngepasin wetonnya para Kunti keluar dari kuburan buat nete'in bayi-bayi tuyul mereka, makanya pas brojol bentukannya kayak gitu. Amit-amit banget ya Allah ya Robbi.. Jauhin aku dari spesies macam itu. Cukup jadi tetangganya aja, nggak mau jadi temen apalagi sahabatnya. Hiiii!"
Suara hati gadis yang merasa terjolimi dengan tetangga yang punya sifat di luar nurul.
"Panas di luar.." Sae memberikan sebotol air mineral pada kekasihnya yang berlari kecil memasuki gedung itu.
"Huum. Makasih ya mas."
Hati Deepika selalu berbunga-bunga setiap kali diperlakukan seistimewa itu oleh Sae. Wanita mana yang nggak melting sama sikap manis dan memanjakan seperti yang Sae lakukan padanya? Hanya orang bodoh yang nggak demen dapet perlakuan sayang dari orang yang disayang.
"Udah jangan manyun lagi. Tugas kamu udah di handle Lisa, kamu free nyampe nanti malem. Mau keluar jalan-jalan?" Tawar Sae mencoba menghibur suasana hati pacarnya yang pasti semrawut gara-gara ulah Abhi tadi.
"Lho kok tiba-tiba dia gantiin aku sih mas? Kan tadi masih break! Piye to?" Rupanya perkataan Sae tadi tidak lah mengubah suasana hati Deepika jadi lebih baik malah makin menaikkan kadar emosi dalam diri gadis itu.
"Kan kamu lama tadi sayang. Udah ah.. Kok jadi ngambek mulu, lagi M ya? Suasana hati kamu kayaknya nggak baik-baik aja. Aku udah ijin ke pak Arya kok. Aman." Sambil menoel pipi chubby Deepika Sae mencoba meredam amarah di dalam dada pacarnya.
Sebenarnya Deepika kesal, kok ujuk-ujuk Lisa gantiin dia tanpa koordinasi dulu. Nyebelin sih, tapi mau gimana lagi kalau nyatanya Lisa udah ada di ruang siaran. Dengan berlapang dada, Deepika akhirnya pergi ke ruangannya untuk mengambil tas punggung yang selalu menemaninya. Iya, Deepika bukan tipe gadis menye-menye, dia lebih ke gadis tomboi dengan gaya kasual terkesan nyeleneh dan sesuka hatinya.
"Mau kemana kau Dee?" Tanya Harvey lantang.
"Keluar bang. Aku free nyampe nanti malam. Titip mejaku ya." Ucap Deepika asal.
"Baah, titip meja pulak. Siapa pulak yang mau gereogotin meja kau itu. Rayap pun tak sudi giginya kesempilan potongan kayu dari meja kau itu!" Harvey masih berdiri di tempat yang sama.
"Heh Dee, itu si Lisa roman romannya punya rasa dia sama pacar kau si Kuncup itu. Kau jaga betul betul lah pacar kau itu biar tak diserobot sama si Lisa." Kompor mode on.
"Apaan sing bang, Sae juga nggak mungkin buta kan mau milih Lisa dan ninggalin aku. Dia tuh cinta mati sama ku bang." Percaya diri sekali Deepika ini.
"Ya semoga saja memang benar si Kuncup itu tak meladeni si Lisa. Tak suka lah aku lama-lama sama Lisa Lisa itu, centil kali keliatannya!"
Deepika hanya tersenyum menanggapi ucapan Harvey.
"Mungkin dia kayak gitu karena kurang kasih sayang bang, coba abang pacarin dia.. Sama-sama jomblo ini. Sapa tau cocok. Hihihi"
"Baaah, sama dia? Tak sudi lah aku. Muka lampir kurang piknik seperti itu kau suruh aku pacarin? Bisa pendek umurku dapet jodoh dia. Matanya kalau sudah melotot seperti mau lepas saja, belum lagi mukanya yang putih karena kebanyakan krim merkuri tiap kena sinar matahari jadi merah bak udang goreng, bikin merinding liatnya! Tak lah.. Mending ku tak punya pacar, hidup tenang damai tak ada pun orang yang merengek minta dijajanin dempul muka tiap malem minggu. Pening pala ku kalau sampai kejadian seperti itu!"
Tawa Deepika berhasil menyita perhatian Sae. Dia menghampiri pacarnya, seperti meminta penjelasan apa yang sebenarnya gadisnya itu tertawakan. Tapi Harvey langsung pergi meninggalkan kedua manusia bucin karatan itu begitu saja seperti tak mau berbagi kebahagiaan pada sosok Sae yang sering dipanggil Kuncup itu.
Meninggalkan kencan Sae dan Deepika yang pergi entah kemana.. Abhi terlihat sudah berada di rumahnya. Ternyata setelah dari kantor radio tempat Deepika bekerja tadi, Abhi langsung pulang ke rumahnya.
"Pulang cepet mas?" Tanya Sekar melihat anaknya memasuki rumah.
"Iya mah." Jawab Abhi singkat.
"Kenapa? Oiya.. Mamah tadi ditelpon sama temen mamah, katanya anak gadisnya yang kuliah di Inggris udah balik ke Indo lho mas. Masih inget nggak kamu, itu lho si Anggun!"
Sekar terdengar bersemangat. Dan Abhi tahu apa maksud perkataan ibunya itu. Ya.. Perjodohan untuk dirinya.
"Jangan dulu mah. Aku capek." Ucap Abhi duduk dlosor di sofa.
Tentu saja Sekar tak mau melewatkan kesempatan ini, Anggun adalah gadis kesekian kalinya yang dia kenalkan untuk sang putra tercinta. Sebelumnya sudah ada Tini, Wati, Sinta, Jojo, Jatmiko eh maaf, Jani, Juminten, Jiraiya, Jasuke, eh eh.. Kok makin ngelantur.. Intinya sudah puluhan gadis pilihan Sekar yang selalu ditolak Abhi.
Abhi capek ditodong kapan nikah kapan nikah terus, sedangkan dirinya masih nyaman di zona ini. Ya meskipun usianya sudah memasuki kepala tiga, tapi kenapa memangnya? Dia nggak buru-buru untuk melakukan perkembangan biakan kok!
"Maaas.. Plis lah, ketemu sama dia ya. Cantik lho orangnya.. Kamu nggak bakal nyesel deh. Kata kamu, kamu mau calon yang ngerti kondisi mu, ngerti pekerjaan mu, bisa menempatkan diri, naaaaah.. Ini dia yang pas! Anggun itu paket komplit mas! Sudah cantik, cerdas, pintar, pandai menempatkan diri lho dia ini."
"Mah.. Yang aku liat, mamah sekarang ini malah mirip seperti sales obat panu yang lagi nawarin dagangannya."
Jleb.
Muka Sekar langsung datar sedatar datarnya, semangatnya yang tadi berkobar jadi padam disiram obat panu anak lelakinya.
"Yang bener lah mas kalo ngomong!"
Sekar manyun seperti ABG nggak diapeli pacarnya setaon!
abhi yang pendiam mesom nya gada obat
yg lain mana yokk jejaknya, biar otor kita cemungut
susah bener bacanya