Ini kisah yang terinspirasi dari kisah nyata seseorang, namun di kemas dalam versi yang berbeda sesuai pandangan author dan ada tambahan dari cerita yang lain.
Tentang Seorang Mutia ibu empat anak yang begitu totalitas dalam menjadi istri sekaligus orangtua.
Namun ternyata sikap itu saja tidak cukup untuk mempertahankan kesetiaan suaminya setelah puluhan tahun merangkai rumah tangga.
Kering sudah air mata Mutia, untuk yang kesekian kalinya, pengorbanan, keikhlasan, ketulusan yang luar biasa besarnya tak terbalas justru berakhir penghianatan.
Akan kah cinta suci itu Ada untuk Mutia??? Akankah bahagia bisa kembali dia genggam???
Bisakah rumah tangga berikutnya menuai kebahagiaan???
yuk simak cerita lebih lengkapnya.
Tentang akhir ceritanya adalah harapan Author pribadi ya...
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon shakila kanza, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
Malam
Malam semakin larut saat Mutia tiba di rumah, anak-anak belum ada yang tidur, semua menanti kedatangan Mutia dengan khawatir. Begitu mobil memasuki halaman Rumah anak-anak langsung membuka pintu dan menunggu Mutia di depan pintu Rumahnya.
Mutia keluar dari mobilnya dan mendapati anak-anaknya yang nampak sangat khawatir terhadapnya. Mutia membuka tangannya dan di sambut oleh pelukan hangat Kean dan Kakak-kakaknya.
"Maaf ya... Bunda terlambat pulang..."Kata Mutia kemudian mengajak anak-anak semua masuk termasuk Tya.
"Yuk masuk... Di luar dingin sekali... Tya malam ini tidur di sini saja..." Perintah Mutia pada asistennya, jujur sejak kejadian naas malam itu, Mutia tak lagi ingin lagi keluar malam-malam sendiri, dirinya masih trauma.
Anak-anak pun semenjak kejadian itu amat sangat overprotektif terhadap Bundanya, jika Maghrib belum pulang saja sudah di telepon terus menerus termasuk malam ini, karena ada kendala di jalan bertemu dengan Haris yang tengah membawa Kiara yang terluka dan membawanya ke Rumah Sakit sehingga pulangnya sampai rumah larut.
Tak lama kemudian ada mobil masuk ke halaman Rumah Mutia, Tya keluar untuk melihat dan ternyata pengacara Arsya yang datang. " Wah malam-malam ada apa Pak Arsya ?" Tanya Tya pada Arsya.
"Maaf Apa semua baik-baik saja???" Arsya tampak khawatir sekali di matanya.
Tya tersenyum dan mempersilahkan Arsya masuk ke dalam rumah Bos-nya.Mutia dan Anak-anaknya menoleh kepada Arsya, Mutia pun terkejut saat melihat Arsya datang malam-malam begini, apa lagi di lihat dari pakaiannya sepertinya sangat buru-buru, karena hanya memakai pakaian santai rumahan, kaos putih dan celana selutut.
"Wah... Ada Apa Bang??? Tumben jam segini ke sini?? Duduk Bang..." Kata Mutia sambil mempersilahkan Arsya untuk duduk.
"Maaf aku tadi buru-buru kesini begitu mendapat telfon dari Kean jika kamu belum pulang hingga malam... Tapi semua baik-baik saja kan??" Arsya bertanya balik penuh ke khawatiran.
"Iya tadi ada kecelakaan dan Aku membawanya ke Rumah Sakit terlebih dahulu..." Jawab Mutia kemudian Tya datang dan meletakkan Kopi untuk Arsya juga teh hangat untuk bosnya dan dirinya.
"Sayangnya Bunda, Tidur duluan ya ... Bunda masih ada urusan terlebih dahulu sama Om Arsya..."Kata Mutia kepada anak-anaknya, yang kemudian di angguki oleh anak-anak lalu mereka ke kamarnya masing-masing.
Setelah semua Anak-anak masuk kamar barulah Mutia bercerita semuanya yang terjadi pada dirinya di jalan hingga bertemu Haris di jalan yang tengah menggendong Kiara bersimbah darah tanganya.
Mutia semakin bulat tekatnya untuk bercerai dengan Haris karena menurutnya, Kiara tidak akan mungkin bisa berpisah dengan Haris. Mutia merasa kesehatan mental Kiara terganggu terbukti dengan upaya Kiara untuk mengakhiri hidupnya saking takutnya di tinggalkan oleh Haris.
Mutia merasa sudah tidak perlu lagi menunggu terlalu lama agar Haris dan Kiara segera bisa melegalkan pernikahannya, sebelum Perut Kiara semakin terlihat membesar. Mutia ingin benar-benar pergi tanpa bayang-bayang Haris di dalam hidupnya.
Mutia yakin kelak meski tanpa suami dirinya tetap bisa membahagiakan anak-anaknya dan masih bisa sukses dalam hal karir, Mutia akan mengambil alih perusahaan atas nama dirinya dan meminta Intan untuk menduduki posisi itu sebagai wakil dirinya untuk mengawasi jalannya perusahaan.
Arsya menyimak semua cerita Mutia dengan perasaan yang lega, Dia akan membantu semampu dirinya untuk membuat keinginan Mutia terwujud jika itu bisa membuatnya bahagia. Pada dasarnya Arsya membantu Mutia karena ada perasaan ingin melindungi Mutia dan Anak-anaknya karena sampai kapanpun dirinya tidak akan merasakan kebahagiaan memiliki seorang keturunan. Cukup bagi Arsya mencurahkan perhatian pada Mutia dan Anak-anaknya membuat dirinya merasa memiliki keluarga yang utuh.
Karena Malam sudah semakin larut Arsya semakin tidak enak membuat Mutia menguap berkali-kali, Akhirnya Arsya pun pamit undur diri untuk pulang kerumahnya.
Mutia mengantar Arsya sampai kedepan pintu, "Terimakasih Bang... Hati-hati di jalan..."Kata Mutia sembari tersenyum pada Arsya.
Setelah Arsya menghilang dengan mobilnya barulah Mutia masuk ke dalam rumah dan kembali duduk untuk menghabiskan teh buatan Tya tadi.
Mutia berpikir tentang Arsya dan kedekatan anak-anak semua terhadap Arsya, seolah-olah anak-anak memiliki sosok Ayah yang mampu melindungi anak-anak. Bahkan ketika khawatir nomor Arsya terlebih dahulu yang akan di hubungi oleh anak-anaknya.
Alhamdulillah senang bngttt
Semoga ada ke ajaiban dan Arsya bisa selamat