Di sekolah, Dikta jatuh hati pada gadis pengagum rahasia yang sering mengirimkan surat cinta di bawah kolong mejanya. Gadis itu memiliki julukan Nona Ikan Guppy yang menjadi candunya Dikta setiap hari.
Akan tetapi, dunia Dikta menjadi semrawut dikarenakan pintu dimensi lain yang berada di perpustakaan rumahnya terbuka! Pintu itu membawanya kepada sosok gadis lain agar melupakan Nona Ikan Guppy.
Apakah Dikta akan bertahan dengan dunianya atau tergoda untuk memilih dimensi lain sebagai rumah barunya?
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon yellowchipsz, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
Rambut Kunti Pak Satria
...٩꒰。•‿•。꒱۶...
...𝙏𝙐𝘼𝙉 𝙆𝙐𝘿𝘼 𝙇𝘼𝙐𝙏 & 𝙉𝙊𝙉𝘼 𝙄𝙆𝘼𝙉 𝙂𝙐𝙋𝙋𝙔...
...© Yellowchipsz...
...—Nayanika bertemu, afeksi beradu.—...
...꒰●꒡ ̫ ꒡●꒱...
"Pak!" panggil Puri sebal menatap wali kelasnya. "Kenapa dia masuk kelas kita? Kan, dia IPA Satu!"
"Aku bosan di kelas Dua Belas IPA Satu," jawab Saila menatap sebal Puri.
Padahal, pak Satria ingin menjawab dengan menggunakan perkataan yang lain agar tidak memicu keributan. Namun, Saila sudah menjawab sendiri pertanyaan itu sehingga pak Satria ikut saja.
"What? Gitu doang bisa pindah? Enak ya, Pemilik sekolah!" cibir Puri tidak suka karena Saila terlalu pintar untuk menjadi saingannya di kelas.
"Begini, Anak-anak," kata pak Satria berusaha menjelaskan, "Saila mengalami sedikit masalah di kelas Dua Belas IPA Satu. Jadi, dia pikir kelas gila kita bisa membuatnya lebih senang!"
"Isss, Bapak!" protes Puri. "Kenapa dia berubah nggak senang dengan kelas IPA satu? Bukannya di sana ada Juna, cowoknya yang sok paling genius sebumi IPA?"
Dikta menunduk lesu usai mendengar pernyataan Puri tentang hubungan Saila dan Arjuna.
"Juna bukan pacarku," terang Saila santai yang membuat Puri makin was-was. "Huhft," kesal Saila melengos dari pandangan Puri yang menyudutkannya.
Dikta mendongakkan wajahnya dan mengembangkan senyum semangat setelah mendengar langsung pengakuan Saila, bahwa sosok Arjuna Barz bukan pacar gadis itu.
Murid laki-laki lainnya sampai heboh saat tahu fakta kalau Saila bukan milik Arjuna.
"Puri, kamu mau pindah juga?" tawar pak Satria mengernyih. "Kok gelisah? Oh, mau nyoba masuk ke IPA Satu? Atau mau ke kelas IPA yang lain?"
"N-nggak, Pak!" jawab Puri takut dipindahkan. Mana mungkin Puri mau berpisah dari Lingga dan Dikta.
Pak Satria pun menawarkan lagi, "Yang lain, kalau ada yang mau pindah kelas, boleh mengajukan permohonan di kantor. Mumpung masih minggu awal pembelajaran. Kalau ada yang cocok, mungkin bisa bertukar kelas dengan yang lain. Semuanya akan diurus staf tata usaha dengan mudah."
Semua murid diam dan tidak ada yang mau pindah-pindah.
"Oke, Saila. Silakan duduk kembali," kata pak Satria.
"Makasih, Pak," jawab Saila yang perlahan kembali ke tempat duduk barunya. Sebelum duduk, Saila mengulum senyum gara-gara melihat Dikta memainkan penghapus kuda laut.
Wajah Dikta memerah. Mau berkata sesuatu, tapi sulit. Hanya pandangan nayanika keduanya yang saling merespons saat ini dibarengi gadis itu perlahan duduk ke bangkunya.
Sebelum pak Satria meminta muridnya mengerjakan tugas matematika, dia ingin membahas tentang perangkat kelas. "Oh iya, ya. Sebenarnya, ada yang mau bapak bahas dari awal masuk, tapi baru ingat sekarang. Kita mau ubah perangkat kelas atau mau tetap yang lama?"
"Ubah aja, Pak!" saran Dikta yang sudah muak menjadi ketua kelas.
"Semangat sekali kamu pensiun ya, Manik-manik!" sindir pak Satria dengan muka lempem.
"Saya udah capek, Pak, jadi ketua kelas. Lingga aja nggak pernah bantuin saya, padahal dia wakil! Suruh yang lain aja," kata Dikta jengah, membuat Lingga memicing.
"Hmmm." Pak Satria berpikir, "Saya mau ketua kelas tetap laki-laki, ya. Kalau Dikta mengundurkan diri, Lingga mau-"
"Saya juga lelah menjadi wakil, Pak. Jadi, Bapak jangan berharap saya tiba-tiba jadi ketua kelas, itu cuma di dunia mimpi," ungkap Lingga yang juga tidak mau ribet. Selama ini dia memendam kesal menjadi wakilnya Dikta, mending dia fokus belajar tanpa ribet mengurusi ini dan itu.
"Haduh!" Pak Satria pun menawarkan murid lainnya, "Asep???"
"Eh, emm ... itu, Pak," kata Asep bingung sambil menowel-nowel bahu Dikta dari belakang, meminta pertolongan karena tidak mau menjadi ketua kelas.
Dikta meluruskan, "Asep berniat ... menggunduli kelas, Pak!"
"Huahahahah!" tawa murid lainnya dan Asep mengiyakan dengan cengengesan.
"MUKAMU YANG DIGUNDULI!" sembur pak Satria pada Dikta.
"Huahah! Muka mana bisa digundul, Pak!" puas Dikta tertawa melihat pak Satria kebingungan mencari penggantinya, "Geram amat saya tengok rambut Kunti Bapak, tuh! Rambut Bapak aja yang digundul!"
"Rambut Kunti???" berang pak Satria tidak terima karena rambut indahnya yang halus nan lembut bak model iklan sampo itu dihakimi Dikta.
"Hahahahahaha!" tawa sekelas sampai ada yang hampir terjatuh dari kursi.
"Anak durhaka kamu, Manik-manik!" sebal pak Satria sakit jantung menghadapi Dikta yang tak membantunya mencarikan ketua kelas baru, malah mencerca rambutnya.
"Pfffttt!" Saila ikut tertawa karena hal itu.
Eh, Saila ketawa?! Terlalu imut, oyyy! batin Dikta ingin melompat.
Sementara, Puri mencoret-coretkan pena ke bukunya sampai robek karena kesal melihat Saila yang duduk di depan bangku Dikta.
"Pak! Kenapa Bapak rambutnya panjang? Hati kami terluka, Pak!" protes Dikta tidak terima karena murid laki-laki mengalami razia rambut setiap bulannya.
"Ow-ow, saya tahu maksud kamu, Dikta," kata pak Satria tak akan kalah. "Rambut saya adalah seni! Sesuai dengan subjek yang saya ajarkan pada kalian! Kembali ke pasal satu, guru adalah Raja. Kalian hanyalah tukang kipas Raja."
"What?!" protes Dikta, "Tukang kipas Raja???"
"SUSENO!!!" panggil pak Satria pada murid laki-laki yang sedang mengupil.
Suseno menggeleng. "Emangnya, Dikta mau diganti sama Ketua perupilan kayak saya, Pak?!" ujar Suseno berhasil mengeluarkan harta karun cukup besar dari hidungnya.
Dikta mendukungnya dan berkata, "GALI YANG DALAM, SUSENO! KELAS NGGAK PENTING, UPIL NOMOR SATU!"
"HUAHAHAH!" ledak tawa Lingga sakit perut diikuti tawa murid lainnya. Saat Dikta menatap kaget padanya karena tertawa, Lingga kembali memasang wajah marah menahan ledakan tawa yang tersimpan di perut sampai bergetar. Lingga rasanya mau mati menahannya sampai urat di kening mencuat, terlalu gengsi.
Suseno lanjut menggali lubang hidungnya hingga membuat Dikta dan yang lainnya tertawa lagi. Kelas benar-benar kiamat kalau memang jatuh ke tangan Suseno, upil di mana-mana.
"Iuh!!!" jijik Puri dan murid perempuan lainnya melihat tingkah Suseno yang jorok.
Setelah menyebutkan hampir semua nama muridnya, Pak Satria sampai pening karena mereka tidak ada yang waras.
"Dikta!" kesal pak Satria, "Kamu ini, bukannya bantu nyari'in pengganti kamu, malah begini?! Tetap kamu pokoknya yang jadi ketua kelas!"
"Nggak mau, Pak! Saya teraniaya jadi ketua kelas, berjuang sendirian!" kesal Dikta yang teringat Lingga sukar membantunya jika ada hal penting untuk kelas.
"Terus, siapa lagi yang mau jadi ketua kelas selain kamu, Dikta?!" geram pak Satria sampai rambut panjangnya acakan.
Suara dari sosok tak kasat mata kembali bermain di telinga Dikta, "Zayan. Sebut saja nama Zayan. Dia cocok menjadi ketua kelas." 🍃
Bibir Dikta pun tergerak untuk bicara, "Zayan aja, Pak!" Setelah mengucapkan nama tersebut, dada Dikta menyempit hingga ia menahan rasa sakit tiada tara yang mengejutkan.
Lingga sampai mendelik usai mendengar Dikta menyebut nama ZAYAN. Tubuhnya merinding. Menurut Lingga, Dikta benar-benar sudah gila! Tapi ... Lingga juga ikutan gila. Karena nama itu adalah ...
Hening.
Semuanya bergidik dan menatap aneh ke arah Dikta gara-gara nama seseorang yang disebut barusan.
Zayan? Siapa Zayan? Tidak ada murid di kelas 12 IPA 2 yang bernama Zayan, di kelas lainnya pun setahu mereka juga tidak ada. Apa maksud Dikta bicara begitu?
"Zayan anak mana???" tanya pak Satria keheranan. Dia sampai mengecek daftar kehadiran siswa untuk mencari nama Zayan, siapa tahu pak Satria lupa. Namun, nama itu memang tidak ada. Tak mungkin juga pak Satria tidak hapal dengan nama murid-muridnya selama ini.
Dikta terkesiap saat Saila menoleh ke belakang dengan tatapan bingung.
Bibir mungil Saila berbisik, "Dikta, ummm … Zayan itu siapa?"
Bersambung ... 👑