Erik, seorang tenaga medis menyinggung orang berpengaruh dan hendak dihabisi! namun pada saat kritis, dia memperoleh warisan ilmu pengobatan, dan sejak saat itu Erik mempunyai kekuatan super yang bisa membawa dia kepuncak kejayaan. namun kesuksesannya terasa hampa, karena keberadaan orang tua dan kerabat kandungnya belum ditemukan.
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Rudoelf Nggeok, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
Menaklukan Lidya Wijaya
Saat dia membuka pintu kamar mandi, uap air panas menerpa wajahnya. ketika Erik melihat kondisi didalam, Erik sontak tercengang. ternyata Lidya sedang mandi dan dalam kondisi telanjang bulat, tampak kulitnya yg putih bersih dan lekukan tubuhnya yang seksi membuat hasrat Erik sulit untuk dibendung.
Pemandangan ini sangat menggoda. sehingga Erik tidak bisa memalingkan bahkan tidak bisa mengedipkan matanya. Tampaknya Lidya terpeleset dikamar mandi sehingga kakinya mengalami pembengkakan hingga terkilir. Dia berjongkok dilantai dengan ekspresi kesakitan.
"Kenapa mandi tidak mengunci pintu?"
Kupikir terjadi sesuatu! Seru nya.
Erik tidak menyadari kalau Lidya hanya tinggal dengan ibunya sejak kecil. Tidak ada seorang pria yang perna tinggal dirumahnya. Jadi tentu saja tidak perlu mengunci pintu.
Ah!
Lidya merasa malu dan marah karena ada sosok Erik didepannya. setelah menjerit dia segera menutupi bagian privasinya dengan piyama.
"Lidya ada apa? Kenapa berteriak."
Terdengar suara sang ibu bertanya setelah mendengar jeritan Lidya.
"Bu, aku baik baik saja."
"Aku tidak sengaja terpeleset dan jatuh" jawab Lidya singkat. Akhirnya ibunya pun kembali beristirahat.
Erik pun segera menjelaskan "Lidya maafkan aku, tadi aku pikir terjadi sesuatu dengan kamu!" jadi ...
Lidya menjawab dengan pelan, "Meski terjadi sesuatu, kamu tetap tidak boleh langsung masuk, Ini adalah kamar mandi. laki-laki dan perempuan tidak bisa berhubungan terlalu intim.
"Maafkan aku, aku tidak memikirkan dengan baik aku hanya khawatir dengan kamu."
Erik meminta maaf dengan tulus, meski hanya kesalahpahaman, tindakan ini sudah termasuk tindakan senonoh.
Saat Lidya hendak berdiri, dia tidak sengaja menggerakkan bagian kakinya yang terkilir. Dia menarik nafas panjang wajahnya sontak menjadi pucat. Sekarang Erik baru menyadari kalau sebenarnya pergelangan kaki kanan Lidya tela bengkak dan bahkan terkilir.
Dia segera melangkah maju, "kaki kananmu bengkak mungkin terkilir, gimana kalau aku memijatnya dulu?
Lidya pun mengangguk dengan wajah memerah Karena malu. merekapun segera ke kamar dan langsung membaringkan Lidya ditempat tidur. Lalu Erik mulai memijat kakinya yang ramping. kelima jari kakinya bak mutiara yang baru keluar dari cangkangnya.
hati Erik agak bergejolak. Awalnya Lidya mengira akan Sakit, namun ternyata teknik pijat Erik sangat luar biasa. Dia hanya merasakan sedikit rasa sakit, tapi rasa nikmat yang melegakan yang paling mendominasi.
Tidak sampai 15 menit bagian kaki Lidya yang bengkak mulai mengecil dengan sangat cepat, hal ini sontak membuat Lidya tercengang. "Erik dimana kamu belajar memijat? Tanya lidya.
Erik hanya diam saja mendengar pertanyaan Lidya. Lidya masih berbaring ditempat tidur sambil membayangkan yang terjadi barusan. Dia teringat dengan situasi yg terjadi dikamar mandi dan wajahnya sontak bersemu merah.
Setelah Lidya memikirkan nya dengan cermat, dia sontak terkejut. Biasanya dia akan sangat marah kalau ada orang yang melihat seluruh tubuhnya. Jangankan melihat, menyentuh kulitnya saja dia akan sangat marah. Dan sekarang Mala sebaliknya. meski seluruh tubuhnya dilihat oleh Erik, dia tidak membenciNya, melainkan dia hanya merasa malu.
Jika itu orang lain, meski orang tersebut tidak berniat jahat dan hanya kebetulan saja, Lidya tidak akan memaafkan orang tersebut, bahkan akan dendam dengannya seumur hidup. Namun dia tidak bersikap seperti itu terhadap Erik.
Jangan-jangan dia telah jatuh cinta kepada Erik? Pikirnya. Kalau tidak mana mungkin Lidya memaafkan Erik dengan begitu cepat dan membiarkan dia memijat kakinya?
Perlu diketahui, kaki adalah bagian terpenting dan paling sensitif bagi sebagian wanita termasuk Lidya.
Lidya merasa sangat malu.
dia teringat semua peristiwa diantara dia dan Erik. Mereka baru mengenal satu sama lain belum lama ini, tapi semua kejadian itu telah membekas dalam memori ingatan Lidya.
Erik berjuang tanpa menyerah dirumah sakit.
sore tadi dia juga menakuti para preman Hinga lari terbirit-birit untuk menolong mereka. Sejak kecil hingga dewasa ada banyak pria yang mengejarnya, namun mereka hanya manis di mulut tapi hatinya busuk. Beda jauh dengan Erik.
Setelah memikirkan semuanya, Lidya memberanikan diri untuk bicara.
"Erik menurutmu aku bagaimana?"
Erik menjawabnya tanpa berpikir, "lumayan baik!"
"Kalau kamu tidak keberatan, biarkan aku menjadi pacarmu saja!"
Ketika mengucapkan kalimat terakhir, wajah cantiknya bersemu merah Karena malu dan suaranya sangat lembut. Erik pun tercengang.
"Apa katamu?
Lidya tidak mau melanjutkan kalimatnya dan tidak mau mengakuinya. "Tidak, aku tidak mengatakan apa-apa. kamu mungkin salah dengar."
"Benarkah? Kupikir kamu mau jadi pacarku. Sudahlah kalau kamu tidak bermaksud seperti itu." ujar Erik sambil tersenyum main-main.
"Mana boleh seperti itu" celetuknya.
Lidya tampak panik, akan tetapi dia baru menyadari ternyata ini adalah jebakan yang dibuat oleh Erik. wajahnya sontak tersipu malu. "kamu jahat, hanya tau mempermainkan Aku"
"Sebenarnya apa yang kamu katakan tadi!"
Ujar Erik.
Iya Pun menjawab "kamu,! Tadi aku bilang, aku ingin menjadi pacarmu. kalau kamu tidak mau, lupakan saja. lagian ada banyak pria yang mengejar aku. Tidak masalah bagiku!
"Huh!"
Tak menunggu Lidya selesai bicara, mulutnya sudah ditutupi. Lidya tampak sangat imut ketika berdalil. jadi Erik tidak bisa menahan dirinya dan langsung menciumnya secara paksa.
Awalnya Lidya berusaha untuk melawan, namun tak lama setelahnya dia pun diam. Hormon pria dalam tubu Erik membuat dia mabuk kepayang. Lidya hanya bisa menjulurkan lida kecilnya dengan canggung menerima serangan bertubi-tubi dari Erik. Mungkin karena minimnya pengalaman dan tenaganya kurang, Erik jadi sangat mendominasi.
Berciuman sambil memeluk badan yang seksi, api nafsunya membara dan mulai membesar sulit untuk dikendalikan. Dia mulai mengekplorasi gerakannya, akan tetapi dihentikan oleh Lidya.
"Erik, tidak boleh sampai sejauh itu."
Lidya menatap Erik dengan ekspresi tersipu, dan tampak kasian. Erik menyadari kalau. Tindakannya sudah berlebihan, walau bagaimanapun juga Lidya termasuk gadis yang masih polos.
Namun Erik tidak berencana untuk melepaskannya begitu saja. Mana boleh sesama kekasih memanggil nama,
Erik berpura-pura marah. "barusan kamu memanggilku apa?
"Su,.. Suamiku!"
Mendengar bunga kampus memanggilnya seperti itu, hati Erik pun berbunga-bunga.
Lidya khawatir ibunya mendengar percakapan mereka, sehingga dia segera menyuruh Erik agar segera meninggalkan kamarnya.
Selanjutnya mereka ngobrol lewat ponsel sampai larut malam. Dalam telpon Lidya tidak bersikap dingin seperti sebelumnya. Dia sangat patuh dan mesra terhadap Erik.
Beberapa kali Erik hampir tidak bisa tahan dan ingin masuk ke kamar Lidya untuk menaklukan sepenuhnya. Malam ini mereka berdua tidak tidur dengan lelap, karena malam ini adalah malam yang paling menebarkan.
Keesokan paginya Lidya mengakui hubungannya dengan Erik pada sang ibu. Sang ibu sontak terkejut mendengar pengakuan putrinya. Tapi dia sangat senang dan merestui hubungan mereka, karena putri semata wayangnya sudah lulus kuliah. jadi sangat normal kalau mereka berpacaran lagian Rini memiliki kesan yang baik terhadap Erik apa lagi setela ngobrol, dia sangat menyukai pemuda tersebut.
Pertama Erik datang dengan mengendarai Ferrari, otomatis keluarganya pasti lumayan berada.tapi orang kaya seperti dia tidak tampak arogan saat berbicara Mala sangat rendah hati.
Kedua, kemarin Rini juga sudah menyaksikan kehebatan Erik. Erik memiliki kekuatan seperti itu, pasti dia sangat sehat dan disiplin. Dan orang seperti itu pasti sangat gigih dalam mengerjakan sesuatu.
Kaya dan rendah hati, pemuda seperti ini sangat sulit ditemukan. Rini sangat menyukai calon menantunya itu
Lama kelamaan topik pembahasan mereka berubah menjadi pernikahan dan anak
Lidya langsung tersipu malu, "prosesnya terlalu cepat." Kata Lidya.