Semuanya telah benar-benar berubah ketika mantan kekasih suami tiba-tiba kembali. Dan Elmira Revalina berpikir jika berita kehamilannya akan dapat memperbaiki hubungannya dengan suaminya— Kevin Evando Delwyn
Namun, sebelum Elmira dapat memberitahukan kabar baik itu, mantan kekasih suami— Daisy Liana muncul kembali dan mengubah kehidupan rumah tangga Elmira. Rasanya seperti memulai sebuah hubungan dari awal lagi.
Dan karena itu, Kevin tiba-tiba menjauh dan hubungan mereka memiliki jarak. Perhatian Kevin saat ini tertuju pada wanita yang selalu dicintainya.
Elmira harus dihadapkan pada kenyataan bahwa Kevin tidak akan pernah mencintainya. Dia adalah orang ketiga dalam pernikahannya sendiri dan dia merasa lelah.
Mengandalkan satu-satunya hal yang bisa membebaskannya, Elmira meminta Kevin untuk menceraikannya, tetapi anehnya pria itu menolak karena tidak ingin membiarkan Elmira pergi, sedangkan pria itu sendiri membuat kisah yang berbeda.
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Violetta Gloretha, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
Yang terbaik
Hari ini merupakan akhir pekan dan Davina baru saja selesai meninjau beberapa laporan di ruang kerjanya, lalu tiba-tiba ponselnya bergetar. Ia melirik layar dan senyuman manis tersungging di bibirnya ketika melihat nama Aksa.
"Hai, Aksa." Jawab Davina setelah menggeser ikon terima di panggilan itu.
"Hai, Davina... atau sebaiknya aku panggil dengan sebutan Nona D? Karena sekarang rahasia mu sudah terbongkar." Goda Aksa dari seberang sana. "Kamu terus menjadi pusat perhatian dan sekarang, tidak tanpa media yang membicarakan desainer yang sangat berbakat, Nona D. Mungkin aku harus bersikap baik padamu karena ketika bertemu denganmu akan menjadi hal yang sangat sulit di masa depan... Kamu akan jauh lebih populer daripada bintang idol sekarang."
"Ayolah! Hentikan lelucon mu ini, Aksa!." Kata Davina, suaranya terdengar ringan karena bahagia. "Kamu sangat melebih-lebihkan! Aku tidak mungkin lebih populer dari bintang Idol."
"Apa kamu yakin?." Tanya Aksa. "Aku khawatir kamu akan segera membutuhkan keamanan karena banyak penggemarmu akan berbondong-bondong mendatangimu untuk meminta tanda tangan. Dengan begitu... bolehkah aku menjadi yang pertama dalam antrean? Apakah aku boleh mendapat kehormatan untuk mengundang desainer berbakat itu makan siang hari ini? Aku akan meminta tanda tanganmu saat kita melakukannya."
Mendengar hal itu, Vania tertawa terbahak-bahak, ia tidak bisa menahan dirinya. "Yah, ini akhir pekan dan aku bebas, jadi ya sudahlah! Ayo kita makan siang."
"Bagus sekali! Si kembar bisa bergabung dengan kita kalau kamu setuju. Aku ingin bertemu dengan mereka, sudah lama sekali aku tidak melihat mereka berdua." Kata Aksa menawarkan.
Davina mengernyitkan dahinya. "Apa itu tidak masalah? Anak-anak ku akan merepotkan mu."
"Jangan khawatir, aku tidak masalah dengan anak-anak dan aku akan mengurus mereka seperti anak ku sendiri." Balas Aksa dengan seriusnya.
"Tidak masalah kalau begitu, aku akan membantu anak-anak untuk bersiap." Davina akhirnya setuju. "Aku yakin mereka akan merasa senang."
**
Beberapa saat kemudian, Aksa dan Davina mengajak si kembar ke sebuah restoran yang sangat mengusung tema keluarga. Karena restoran itu memiliki area bermain anak-anak tempat anak-anak dapat bermain sambil menunggu makanan. Dan karena hari ini adalah akhir pekan, tempat itu dipenuhi oleh beberapa keluarga yang sedang makan dan mengobrol, menikmati waktu bersama.
Aksa tersenyum pada anak-anak ketika mereka melihat buku menu. "Nathan, Nala.. apa yang ingin kalian lakukan setelah makan siang? Apa kalian mau paman ajak ke taman bermain?." Tanya Aksa dengan lembutnya.
Mendengar hal itu, jika Nala tambah bersemangat dan tatapan matanya berbinar. Ia juga kemudian mengangguk cepat. "Ya, Paman Aksa, aku setuju! Aku ingin pergi bermain."
Di sisi lain, Nathan tidak begitu suka dengan bermain seperti anak-anak lain yang seumuran dengannya, tetapi Nathan lebih suka bermain game di Tab-nya.
Namun, karena adiknya sudah menunjukkan ketertarikan pada ajakan Aksa, ia pun tidak punya pilihan selain ikut menyetujuinya. Ketika kedua anak itu setuju, Aksa tersenyum dan berkata, "Kita akan bersenang-senang, Paman janji!"
Sementara itu, Davina tersenyum melihat interaksi mereka dan perasaan hangat menyebar dalam hatinya. Anak-anak sepertinya menyukai Aksa dan pria itu juga menyukai anak-anaknya, dia bersikap lembut, baik dan lucu. 'Aksa pasti akan bisa menjadi ayah yang baik untuk anak-anak.' Batin Davina.
Mereka berempat kembali melakukan aktivitas mereka yaitu makan siang dan setelah itu, Aksa mengantar mereka ke taman bermain. Mereka tampak seperti sebuah keluarga yang bahagia ketika Aksa dan Davina mengajak anak-anak bermain di perosotan, kemudian mereka menaiki roller coaster bersama dan bermain di perosotan air. Nala terlihat sangat bersenang-senang dan menikmati semua permainan yang ada.
"Siapa yang mau es krim?." Tanya Aksa ketika mereka beristirahat setelah lelah bermain.
"Aku! Aku mau es krim!." Seru Nala. "Nathan juga mau es krim, tapi dia malu untuk mengatakannya."
Nathan mengernyitkan dahinya dan menoleh ke arah Nala. "Aku tidak malu."
Aksa terkekeh kecil. "Baiklah. Ayo kita pergi makan es krim."
Ketika Davina dan Aksa tengah mengantre untuk memesan es krim mereka, Nathan dan Nala berdiri di belakang dan mendiskusikan pendapat mereka masing-masing tentang Aksa.
Nala menoleh kearah Nathan sebelum akhirnya bertanya. "Nathan, menurutmu apakah Paman Aksa akan menikah dengan Mommy?."
Nathan mengernyitkan dahinya. "Aku tidak tahu, tapi itu tergantung Mommy, dia mencintai Paman Aksa atau tidak."
"Tapi, Mommy milik Daddy kita." Protes Nala. "Aku sayang dengan Paman Aksa... dia sudah memperlakukan kita seperti keluarga dan mengutus kita. Tapi, aku tetap mengganggap Daddy yang terbaik. Aku ingin bertemu dengan nya."
Nathan kemudian menganggukkan kepalanya, singkat. "Aku juga ingin bertemu dengan Daddy, tapi sekarang bukan waktu yang tepat. Mommy akan marah kalau kita nekat bertemu dengan Daddy. Hubungan Mommy dan Daddy juga akan semakin menjauh."
"Kenapa? Apa Daddy itu orang jahat?." Tanya Nala sembari menatap kakaknya dengan rasa ingin tahu.
Kemudian Nathan menghela napas beratnya, layaknya seperti orang dewasa yang terlalu banyak beban untuk di pikirkan. "Kamu tahu kalau Mommy tidak pernah membicarakan tentang Daddy. Kita akan mengetahui bagaimana Daddy sebenernya setelah bertemu dengannya."
"Apa yang kalian berdua bisikan?." Suara Davina menyadarkan si kembar dan mereka langsung berhenti mengobrol.
"Kami sedang membicarakan kalau tempat bermain ini sangat menyenangkan, Mommy. Aku suka sekali! Dan kami di sekarang sangat bersenang-senang." Jawab Nathan dengan segera dan jelas ia jika berbohong.
Mendengar hal itu, Davina pun tersenyum dan memberikan ke dua anaknya itu es krim. "Kalian seharusnya berterima kasih pada Paman Aksa karena dia sudah mengajak kalian jalan-jalan ke sini."
Kedua menoleh kearah Aksa yang tersenyum. "Terima kasih banyak Paman Aksa!." Kata di kembar dengan serempak.
"Jangan katakan itu. Ini hanya hal yang paling penting... Kalau kalian ingin datang dan bermain lagi di taman ini, langsung beri tahu paman saja, Oke?" Kata Aksa menawarkan dan anak-anak mengangguk.
"Aku pikir kita harus pulang sekarang, hari juga sudah mulai gelap." Saran Davina. Ia kemudian menoleh kearah Aksa. "Aku sangat bersenang-senang, Aksa. Terima kasih banyak... aku memang butuh jalan-jalan setelah kekacauan semua ini."
Aksa mengangguk dan tersenyum lebar. "Ya, dengan senang hati, aku akan mengantarkan kalian pulang."
Ketika mereka berempat jalan menuju tempat parkiran, Vania tiba-tiba merasakan hawa dingin yang aneh menjalar di tulang punggungnya. Ia menoleh dengan cepat, tetapi tidak bisa melihat siapa pun dan semuanya tampak normal.
Apakah diri hanya membayangkannya?
"Davina, apa kamu baik-baik saja." Suara berat Aksa membuat Davina tersadar dari lamunan nya, ia mencoba menyingkirkan perasaan itu dan berbalik untuk melihat kearah Aksa.
"Aku baik-baik saja," jawabnya, perasaan sedang diawasi masih melekat dalam benaknya.