Andai hanya KDRT dan sederet teror yang Mendung dapatkan setelah menolak rencana pernikahan Andika sang suami dan Yanti sang bos, Mendung masih bisa terima. Mendung bahkan tak segan menikahkan keduanya, asal Pelangi—putri semata wayang Mendung, tak diusik.
Masalahnya, tak lama setelah mengamuk Yanti karena tak terima Mendung disakiti, Pelangi justru dijebloskan ke penjara oleh Yanti atas persetujuan Andika. Padahal, selama enam tahun terakhir ketika Andika mengalami stroke, hanya Mendung dan Pelangi yang sudi mengurus sekaligus membiayai. Fatalnya, ketidakadilan yang harus ia dan bundanya dapatkan, membuat Pelangi menjadi ODGJ.
Ketika mati nyaris menjadi pilihan Mendung, Salman—selaku pria dari masa lalunya yang kini sangat sukses, datang. Selain membantu, Salman yang memperlakukan Mendung layaknya ratu, juga mengajak Mendung melanjutkan kisah mereka yang sempat kandas di masa lalu, meski kini mereka sama-sama lansia.
Masalahnya, Salman masih memiliki istri bahkan anak...
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Bukan Emak-Emak Biasa, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
Dua Puluh Lima
“Cepat ... cepat! Kami mau numpang masak! Jumat berkah, ayo kita bikin masakan yang paling spesial buat kaum duafa!” Salman tak segan menerobos tubuh Andika yang berdiri di bibir pintu.
Setelah menciptakan keramaian akibat ketukan pintu, menekan-nekan bel, bahkan menendang-nendang pintu, Andika justru dikejutkan pada sosok yang datang.
Andika pikir, yang datang dengan gaya bar-bar, minimal orang kurang waras atau malah preman nyasar. Namun ternyata, itu justru Salman dan juga Mendung yang kali ini tampil menawan. Bibir tipis nan mungil milik Mendung sampai digincu merah, menegaskan kesan seksi. Membuat Andika refleks menelan cairan di tenggorokannya, hanya karena perubahan sederhana sang istri dan dampaknya sangat luar biasa.
Sebenarnya bukan hanya bibir Mendung. Karena wajah cantik yang sudah dihiasi banyak kerutan milik Mendung, kali ini juga sampai dipoles bedak. Alis tipis Mendung pun tak luput dari pensil alis tak berlebihan. Rias natural berikut sandang pakaian bagus, membuat penampilan Mendung sangat menawan. Tak kalah mencuri perhatian, tentu tas yang berukuran cukup besar di pundak kanan Mendung dan tampak mahal.
Andika tidak tahu, sejak kapan istrinya pintar dandan. Sejak kapan pula Mendung punya alat make up karena untuk makan saja, mereka hanya mengandalkan hasil tanam. Terlebih jika Andika memikirkan pakaian dan tas Mendung berikut sepatu flat Mendung. Barang-barang serba mahal itu mendadak membuat Andika berpikir, justru dari Salman.
“Oh iya ... kenapa aku enggak mikir kalau itu dari Salman, ya? Ba jingan emang Salman. Ngapain juga dia ngurusin istri orang!” Andika memang hanya berani berbicara dalam hati. Kedua tangannya mengepal kencang di depan pinggang.
Sadar kedatangan Salman tak bisa ditolak apalagi diusir, Andika menyikapinya dengan kalem. Ia menutup pintu, kemudian menyusul kedua tamu tak diundang dan tampaknya memang akan masak-masak di dapur kantor Yanti.
“Yanti ke mana, kenapa di sini sangat sepi? Biasanya mulutnya mirip radio rusak!” ucap Salman.
“Mas Salman, sudah kakek-kakek, masih saja bertingkah!” batin Mendung sampai detik ini tak bersuara. Meski Mendung tahu, di sebelahnya, Andika terus memperhatikannya.
Dari tatapan Andika, Mendung merasa bahwa pria itu merasa nelangsa pada perubahan yang Mendung alami. Terhitung sejak hari ini, Mendung memang sengaja mengikuti saran Talita. Talita memintanya merawat diri. Talita membantu Mendung merias wajah sekaligus memilih pakaian yang serba dibelikan oleh Salman.
Karena Andika tak kunjung menjawab, Salman sengaja menghentikan langkah. Betapa terkejutnya Salman ketika melihat jarak Andika dan Mendung sangat dekat. Bergegas ia memisahkan keduanya dengan berdiri di antara keduanya.
“Kalian akan bercerai. Haram hukumnya dekat-dekat!” kecam Salman menatap Andika penuh peringatan. Pria bertubuh gempal di sebelahnya, malah membalasnya dengan tatapan marah.
“Haraman mana, dengan suami orang yang mendekati mantannya yang baru jadi calon janda!” tegas Andika emosi.
“Mabok kamu bilang begitu?!” tegas Salman yang kali ini sampai berteriak. “Kamu berani ke saya? Cepat panggilin Yanti ke sini!”
Andika tetap tidak bisa terima. Ia tak segan maju. Apalagi ketimbang dirinya, tubuh Salman terlalu kurus jika harus melawannya dan ia yakini jauh lebih bertenaga.
Tanpa Andika sadari, sebenarnya Salman memanfaatkan kesempatan kini untuk melepas Mendung. Agar pujaan hatinya segera menjalani misi. Namun ternyata, Mendung sudah lebih dulu bergerak sebelum ia arahkan.
“Dendam yang amat mendalam, membuatnya cekatan melebihi intel!” batin Salman yang kemudian kembali teriak kepada Andika menanyakan keberadaan Yanti.
“Panggil Yanti ke sini!” Salman menjatuhkan dua kantong besar yang ia bawa.
“Yanti sedang mandi. Kalau kamu mau cari lawan sepadan, lawan aku! Mau adu jotos apa tinju? Sini aku ladenin!” tegas Andika.
“Ayo kita saling lawan. Banyak-banyakan duit, sanggup tidak?” tegas Salman dan langsung membuat Andika bungkam.
Karena Andika justru menoleh ke arah kepergian Mendung, Salman sengaja meraih pipi kiri Andika agar menghadapnya. Namun kemudian, Salman juga sampai memberi Andika bogem mentah.
“Kenapa aku baru kepikiran, kalau berkelahi jadi satu-satunya yang bisa mengalihkan perhatiannya?” pikir Salman.
Salman nekat mengajak Andika adu jotos untuk mengalihkan fokus perhatian suami dari wanita yang ia cintai itu.
Kehebohan antara Salman dan Andika, mengusik Mendung. Pukulan demi pukulan dan entah itu dari siapa, membuat jantung Mendung berdebar kacau. Selain jadi gemetaran, Mendung juga jadi lemas. Mendung refleks membungkuk mencoba menahan sakit did adanya.
“Kamu berani KDRT dan tak segan membanting Mendung? Ban ci kamu ya, beraninya sama perempuan!”
Teriakan dan adegan saling melukai dengan brutal layaknya kini, sungguh membuat Mendung lemah. Terlebih, Salman justru kalah oleh Andika.
“Ya, ... memangnya kenapa kalau aku membanting Mendung? Kamu mau dibanting juga?” teriak Andika mirip orang kerasukan setan. Ia terus mendekati Salman yang sudah meringkuk di lantai.
Salman tampak sesak napas dan makin lama, jadi terlihat mirip bengek. Mendung yang menyaksikannya yakin, itu efek dari kebiasaan merokok Salman yang sudah berlangsung sejak pria baya itu nuda. Sementara alasan Andika jauh lebih sehat meski pernah stroke, tak lain karena sejak muda, Andika tidak merokok. Terlalu mengutamakan keluarga dan membuatnya rela hidup hemat, menjadi alasan Andika rela tak pernah merokok, dan itu berlangsung sampai sekarang.
Dari pengamatannya Mendung yakin, Andika sungguh akan membanting Salman juga, seperti yang pernah suaminya itu lakukan kepadanya. Ditambah lagi, Andika sudah mengabarkannya dan tak segan menantang Salman. Mendung dilema. Haruskah ia menjalani niatnya menaruh cairan rahasia di tasnya ke kosmetik Yanti. Mumpung Yanti ada di dalam kamar mandi dan dikata Andika sedang mandi.
Namun, jika Mendung lebih memilih melanjutkan misinya, nasib Salman terancam. Bisa patah tulang atau setidaknya benar-benar bengek andai Salman sampai dibanting Andika. Bahkan meski melalui tatapan penuh isyarat yang kini lagi-lagi Salman lakukan kepada Mendung, pria itu menyuruhnya untuk segera melanjutkan misi. Terlebih, Mendung sudah ada di depan pintu kamar Yanti. Tangan kanan Mendung sudah meraih knop pintu dan pintu sudah sampai sedikit terbuka.
“Cepat!” Dari tatapan dan juga gerak bibir berisi milik Salman yang bergetar, itulah yang Salman titahkan.
“Aku ... apa yang harus aku lakukan? Bagaimana ini? Namun ... sudah telanjur!” batin Mendung nekat.
Tak lama setelah Mendung baru saja masuk kamar dan sengaja membuat pintu kamar kembali tertutup, suara jatuh sangat keras, terdengar. Jantung Mendung seolah rontok, apalagi ketika suara kesakitan dari Mendung juga turut terdengar.
Mendung gelisah, dan sadar bahwa apa yang ia lakukan, tidak benar. Ia tidak boleh mengorbankan Salman, meski mereka telanjur nyemplung bahkan basah. Masalahnya, suara kunci dibuka, terdengar dan itu dari kamar mandi di depan.
“Ssstttt! Itu pasti Yanti yang sudah beres mandi!” kecam Mendung segera memutar otaknya agar tidak kepergok Yanti.