S 2. "Partner"
Kisah lanjutan dari Novel "Partner"
Alangka baiknya membaca Novel tersebut di atas, sebelum membaca novel ini. Agar bisa mengikuti kisah lanjutannya.
Bagian lanjutan ini mengisahkan Bu Dinna dan kedua anaknya yang sedang ditahan di kantor polisi akibat tindak kejahatan yang dilakukan kepada Alm. Pak Johan. Mereka berusaha dengan berbagai cara untuk lolos diri dari jerat hukum. Semua taktik licik dan kotor digunakan untuk melaksanakan rencana mereka.
Rencana jahat bisa menjadi badai yang menghancurkan kehidupan seseorang. Tapi tidak bagi orang yang teguh, kokoh dan kuat di dalam Tuhan.
¤ Apakah Bu Dinna atau kedua anaknya menjadi badai?
¤ Apakah mereka bisa meloloskan diri dari jerat hukum?
Ikuti kisahnya di Novel ini: "Menghempaskan Badai"
Karya ini didedikasikan untuk yang selalu mendukungku berkarya. Tetaplah sehat dan bahagia di mana pun berada. ❤️ U. 🤗
Selamat Membaca
❤️🙏🏻💚
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Sopaatta, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
26. MB 26
...~•Happy Reading•~...
Lianty tersenyum senang melihat Bu Dessy yang selalu membantunya, kalau ada kegiatan di yayasan. "Puji Tuhan. Baik juga, Bu. Ibu sama siapa ke sini?" Tanya Lianty lalu melihat sekitar mereka.
Bu Dessy tersenyum senang melihat Lianty tidak berubah, ramah dan hangat. "Ibu sendiri ke sini, mau ke swalayan itu." Bu Dessy menunjuk ke arah swalayan. "Lalu Jeng sedang apa di sini?" Tanya Bu Dessy, sebab melihat Lianty sendiri. "Sedang lihat-lihat saja, Bu. Senang bisa bertemu Ibu." Lianty mengusap pundak Bu Dessy.
Bu Dessy menepuk pelan tangan Lianty yang sedang mengusap. "Sudah lama Jeng Anty gak hadiri kegiatan di yayasan. Apa sekarang sudah makin sibuk?" Tanya Bu Dessy yang melihat penampilan Lianty berbeda, dengan pakaian formal, wanita karier.
Lianty jadi merasa tidak enak kepada Bu Dessy. "Oh, iya, Bu. Belakangan ini saya tidak aktif di luar rumah, karna hamil dan punya baby. Ini baru aktif kerja lagi." Lianty menjelaskan.
Bu Dessy melihat Lianty dengan mata berbinar. "Jeng Anty sudah punya baby? Selamat, ya, Jeng." Bu Dessy langsung memeluk Lianty, sebab ikut senang mendengar Lianty sudah punya anak.
Lianty menyambut ungkapan selamat Bu Dessy dengan balik memeluknya. "Terima kasih, Bu. Anak saya laki-laki dan sudah mau tiga tahun." Lianty menjelaskan dengan hati senang, ingat putranya.
Bu Dessy menepuk lengan Lianty setelah melepaskan pelukannya. "Puji Tuhan. Akhirnya, datang juga jagoannya... Jaga rumah tanggamu baik-baik, ya." Bu Dessy ikut bersyukur, sebab tahu Lianty sudah lama menikah dan belum punya anak. Apa lagi mengingat sikap Bu Dinna padanya, karena urusan anak-anak.
"Bu Dessy, kita bertemu di sini." Tiba-tiba suara orang menyapa, membuat mereka terkejut. "Turut berduka, ya, Bu. Mohon maaf.... Waktu itu gak bisa datang ke rumah duka. Hubby lagi sakit." Seorang ibu tiba-tiba mendekati Bu Dessy menyapa dan memeluk.
Bu Dessy jadi tersenyum melihat orang yang menyapanya. "Iya, ya, Bu Lisa. Kita bisa bertemu di sini." Bu Dessy balik memeluk. "Gak pa-pa, Bu. Trima kasih. Lalu gimana kondisi suami sekarang? Sudah sehat?" Tanya Bu Dessy setelah melepaskan pelukan.
"Iya, Bu. Sekarang sudah sehat dan sudah kerja lagi. Tapi ini kebetulan yang betul-betul, betulan. Aku memang mau cari waktu untuk bertemu Bu Dessy. Selain mau turut berduka, pingin tahu tentang issu Dinna ditahan itu benar?" Pertanyaan Bu Lisa membuat Bu Dessy terdiam. Namun Lianty jadi terkejut mendengar nama Dinna disebut.
Bu Dessy cepat mengusai diri dan pikirannya, mendengar pertanyaan Bu Lisa. "Eh, Bu Lisa, masih ingat Jeng Anty?" Bu Dessy tidak menjawab, tapi balik bertanya, karena tidak mau menjawab pertanyaan Bu Lisa.
Walau penasaran, Bu Lisa coba bersabar sebab sudah tahu sifat Bu Dessy yang tidak suka bergosip. "Ingat, dong Bu. Tapi sudah lama orangnya gak kelihatan." Jawab Bu Lisa tanpa menyadari Lianty yang sedang melihatnya sambil berpikir.
Bu Dessy jadi memukul lengan Bu Dessy. "Ini orangnya, loh." Bu Dessy menunjuk Lianty yang sedang diam mendengar percakapan mereka, dan menunggu waktu untuk bertanya atau berbicara dengan Bu Dessy.
Sontak Bu Lisa melihat ke arah Lianty dan melihatnya dari atas sampai ke bawah. Lianty jadi tersenyum melihat wajah heran Bu Lisa. "Oh, ini Jeng Anty? Aduuuh, maafkan mata tua ini, yang gak langsung kenal. Abis Jeng Anty makin cantik aja." Bu Lisa jadi memukul pelan lengan Lianty dengan riang, membuat Bu Dessy tersenyum.
Lianty tersenyum dalam hati melihat sikap ceplas-ceplos Bu Lisa yang tidak berubah. "Bu Lisa bisa aja. Ibu ke sini sama siapa?" Tanya Lianty sambil menyalami.
Pertanyaan Lianty membuat Bu Lisa menepuk dahinya. "Aduh, untung Jeng Anty tanya. Aku ke sini dengan ipar. Minta dikawal cuci mata." Bu Lisa langsung mencari iparnya. "Nanti kita ngobrol lagi, ya.... Tadi lihat Bu Dessy, sampe lupa sama ipar. Hehehe...." Bu Lisa jadi tertawa dengar ucapannya sendiri. Bu Dessy dan Lianty jadi ikut tertawa.
"Bu Dessy, nanti aku telpon, ya. Penasaran dengan Dinna." Ucap Bu Lisa sambil berbalik dan berjalan cepat ke tempat iparnya menunggu.
Bu Dessy mengangguk sambil tersenyum melihat cara Bu Lisa melambai kepada mereka dengan mimik panik. "Bu Lisa gak berubah, ya, Bu." Lianty berkata sambil terus melihat Bu Lisa yang sudah bertemu dengan iparnya.
"Ya, begitu itu orangnya. Kalau sudah kumpul, pasti ramai dengan semua berita viral menurutnya." Bu Dessy berkata sambil menggerakan tangannya ke arah Bu Lisa yang sudah menghilang bersama iparnya.
Lianty jadi ingat acara yang dihadiri bersama Bu Dessy dan ibu-ibu lain, termasuk Bu Lisa. "Oh, iya, Bu. Turut berduka juga, ya. Siapa yang meninggal?" Lianty langsung menyatakan turut berdukacita, agar tidak lupa apa yang baru didengarnya dari Bu Lisa bahwa Bu Dessy baru alami kedukaan.
"Terima kasih, Jeng. Yang meninggal, mantan kakak ipar. Suami Mbak Penny." Bu Dessy menyamarkan jawabannya, tidak mau mengatakan suami Bu Dinna. Sebab tahu hubungan tidak baik Lianty dengan mantan istri suaminya.
Namun ucapan Bu Dessy membuat Lianty terkejut dan melihat Bu Dessy sambil berpikir. "Maksud Bu Dessy, Pak Johan meninggal? Sakit apa, Bu?" Lianty bertanya sebab mengenal Pak Johan dan istri yang sering datang ke yayasan di saat istrinya masih hidup.
Bu Dessy tidak bisa menghindari. "Gak sakit, Jeng. Mas Johan alami kecelakaan mobil." Bu Dessy berkata sambil mengelus lengan Lianty, sebab melihat Lianty terkejut.
Lianty jadi berpikir hubungan pertanyaan Bu Lisa tentang Bu Dinna dan meninggalnya Pak Johan. "Oh, begitu.... Kalau Ibu tidak buru-buru, bisa kita cari tempat buat minum sesuatu? Ada yang mau aku tanyakan." Lianty langsung ke inti rasa penasarannya. Dia mau pergunakan kesempatan untuk bertanya tentang keluarga Pak Johan. Sebab dia penasaran dengan apa yang dikatakan Bu Lisa tentang Bu Dinna.
Lianty sangat penasaran. 'Kalau Pak Johan sudah meninggal, mengapa Gina datang mengganggu dan sangat ingin tinggal dengan Papanya di rumah kami?' Lianty membatin.
"Gak buru-buru kok, Jeng. Hanya mau beli bahan kue. Silahkan..." Bu Dessy mengerti maksud Lianty mau mengajaknya minum.
"Makasih, Bu." Lianty mengajak Bu Dessy ke salah satu restoran terdekat dengan tenpat mereka berdiri. "Silahkan pesan minuman, Bu." Lianty mempersilahkan Bu Dessy pesan minuman setelah mereka duduk di dalam restoran.
Bu Dessy melihat jenis minuman yang ada dalam restoran. "Saya ikut Jeng Anty saja." Bu Dessy tidak punya minuman kesukaan khusus, dan sedang tidak ingin minum minuman tertentu. Lianty mengangguk, mengerti, lalu memesan minuman hangat dan snack untuk mereka berdua.
Setelah waiters meninggalkan mereka, Lianty langsung bertanya kepada Bu Dessy. "Maaf, Bu Dessy. Aku minta waktu sebentar, karna tadi dengar pertanyaan Bu Lisa mengenai Bu Dinna. Ibu tahu hubungan kami dulu seperti apa, selama anak-anaknya tinggal dengan kami." Lianty memulai maksudnya.
...~°°°~...
...~●○♡○●~...
sabar lianty kamu ikuti aja permainan mereka kamu juga harus pandai berakting kayak mereka..💟