Hasna Sandika Rayadinata mahasiswa 22 tahun tingkat akhir yang tengah berjuang menyelesaikan skripsinya harus dihadapkan dengan dosen pembimbing yang terkenal sulit dihadapi. Radian Nareen Dwilaga seorang dosen muda 29 tahun yang tampan namun terkenal killer lah yang menjadi pembimbing skripsi dari Hasna.
" Jangan harap kamu bisa menyelesaikan skripsi mu tepat waktu jika kau tidak melakukan dengan baik."
" Aku akan membuat mu jatuh hati padaku agar skripsi ku segera selesai."
Keinginan Hasna untuk segera menyelesaikan skripsi tepat waktu membuatnya menyusun rencana untuk mengambil hati sang dosen killer. Bukan tanpa alasan ia ingin segera lulus, semua itu karena dia ingin segera pergi dari rumah yang bukan lagi surga baginya dan lebih terasa seperti neraka.
Akankan Hasna berhasil menggambil hati sang dosen killer?
Atau malah Hansa yang terpaut hatinya terlebih dulu oleh sang dosen?
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon IAS, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
MHDK 18. Simbiosis Mutualisme
Hari ini adalah akhir pekan, Hasna keluar dari kamar tiba tiba melongo. Pagi pagi ia sudah disuguhi pemandangan yang membuat matanya tidak berkedip.
" Ya Allaah, itu dosen killer kenapa kelihatan cakep bener sih."
Ya, pagi itu Radi terlihat tengah berlari di treatmill. Pria itu hanya mengenakan celana pendek dan kaos tanpa lengah sehingga badannya terlihat sangat bagus. Ditambah lagi keringat yang menetes di leher dan rambutnya yang basah sehingga terlihat begitu s*ksi di mata Hasna.
" Dilihatin terus dosa kalau nggak dilihat mubazir."
Begitulah gumaman Hasna saat melihat pemandangan indah di depannya. Namun secepatnya ia menggelengkan kepalanya kemudian berlari menuju ke dapur.
" Aku harus cepat mengalihkan pandangan, jika tidak aku pasti tidak akan tahan untuk menyentuh tubuhnya itu."
" Tubuh siapa yang mau kau sentuh."
" Astagfirullaah ... "
Hasna sungguh terkejut saat suara dosen killer nya itu berada tepat di telinganya.
" P-pak Radi sejak kapan bbapak di situ."
" Baru saja."
Radi acuh, dia kemudian membuka kulkas lalu mengambil sebotol air mineral. Pria itu duduk lalu meminum air itu langsung dari botolnya.
Glek ... Glek .. Glek ...
" Ya Allaah, kenapa s*ksi banget. Minum aja cakep."
Hasna membatin, ia merasa hampir lepas kendali jika tidak segera membalikkan tubuhnya.
" Kalau kayak gini terus, gue yang kecantol duluan sama nih dosen killer. Huft ... "
Hasna segera mengeluarkan bahan makanan yang hendak ia masak. Pagi ini sesuai rencana ia akan masak telur balado, tumis kacang panjang plus taoge dan goreng tempe mendoan.
" Mau masak apa Has?"
Hasna menjawab pertanyaan Radi dengan menu yang sudah dipikirkan nya itu. Radi pun mengangguk. Bukannya pergi, ia tetap duduk di sana sambil melihat tingkah polah Hasna.
" Dari mana kamu belajar masak Has?"
" Dari mama pak, saya sering bantu mama masak."
Radi kembali mengangguk. Ia kembali memperhatikan gadis itu. Hasna sangat cekatan memang, terlihat ia sudah biasa melakukan pekerjaan tersebut. Radi sangat kagum dengan Hasna. Usia Hasna dan Jani tidka terlalu jauh, namun Hasna terlihat begitu mandiri.
Radi tiba tiba beranjak saat ia menerima panggilan telepon. Ia agak menjauh dari dapur.
" Assalamualaikun kak."
" Waalaikumsalam bund .. Ada apa?"
" Kak, bisa ajak kekasihmu ke rumah hari ini?"
" Eh ... Harus hari ini juga?"
" Iya ... Biar bunda bisa segera memberi keputusan kepada keluarga teman bunda untuk membatalkan acara perjodohan ini."
" Siap bund. Nanti siang Radi akan ajak pacar Radi ke rumah."
Setelah menutup panggilan teleponnya, Radi pun tersenyum lebar.
" Yes ... Setelah ini aku bebaaaaas."
Ia pun kembali ke dapur untuk memberi tahu Hasna.
" Has ... Nanti siang siap siap ya. Saya akan ajak kamu ketemu orang tua saya."
Cessss auch ....
Radi segera menghampiri Hasna. Ia membelalakkan matanya saat jari Hasna mengeluarkan darah. Tanpa berpikir panjang Radi langsung memasukkan jari Hasna ke mulutnya. Pria itu menyesap darah dari jari Hasna dan meludahkan nya ke wastafel.
Tanpa di sadari oleh Radi, jantung Hasna berdetak tidak karuan. Wajah gadis itu merona seperti udang rebus.
" Ya Allaah, perasaan apa ini. Mengapa setiap kali bersentuhan dengan nih dosen killer jantung aku jadi tidak karuan. Ya ampun bibirnya lembut banget." Hasna terus memandangi wajah Radi.
" Hasna, kamu bisa tidak sih hati hati."
Pria itu mengomel sambil memberikan obat luka dan menempeli jari Hasna dengan plester.
" Maaf pak, saya kaget denger ucapan bapak tadi."
" Eh ... Yang mana, oh itu. Maaf saya tidak bermaksud."
" Tidak apa-apa Pak. Jadi Apakah kita harus ke sana nanti?"
Radi mengangguk, tapi ia sedikit tidak enak kepada Hasna gara-gara ucapannya jari Hasna terluka oleh pisau.
" Baiklah Pak kalau begitu kita sudah sepakat maka saya akan memenuhi keinginan bapak."
" Terima kasih ya Has."
" Sama sama pak, bukannya kita ini adalah hubungan simbiosis mutualisme."
" Hahahah , ya kau benar."
Tampan, satu kata itu yang ada di hati Hasna saat melihat Radi tertawa. Tawanya benar benar membuat hati Hasna meleleh.
Satu jam berlalu, Hasna dan Radi sudah selesai dengan sarapan mereka. Hasna langsung membereskan meja makan dan Radi membantu Hasna mencuci piring.
" Eh pak, jangan ... saya saja yang cuci piring."
" Tidak apa apa, saya biasa melakukan ini di rumah membantu bunda saya."
Hasna pasrah tapi ia bersyukur jadi pekerjaannya cepat selesai.
" Ya sudah pak, saya akan mandi dulu. Kita sebaiknya langsung saja ke rumah bapak agar semuanya cepat selesai."
" Baiklah kau benar Has. Saya juga akan mandi. Setelah siap mari kita langsung pulang ke rumah."
🍀🍀🍀
Di kediaman Rayadinata, Priska sedang menyususn rencana bagaimana bisa menyerahkan foto tersebut kepada Yudi dan keluarga calon besannya. Ia ingin sekali bisa mempermalukan Hasna.
Priska mencari suaminya yang ternyata di balkon atas. Tempat itu adalah tempat favorit dia, Melati dan Hasna. Setiap akhir pekan ketiganya pasti akan menghabiskan waktu mereka disana sambil menikmati kue buatan Melati.
" Mas Yudi?"
Suara Priska membuyarkan lamunan Yudi akan kebahagiaan keluarga kecilnya dulu. Ada rasa brsalah dalam diri Yudi terhhadap putri nya. Semenjak Priska dan Renita datang, Yudi seakan acuh kepada Hasna. Padahal Yudi tidak ingin bersikap seperti itu kepada Hasna, namun sepertinya hasna sudah terlanjur membenci dirinya.
" Ada apa?"
" Mas, apakah kamu idak ada keinginan untuk menemui keluarga Mas Aryo dan Mbak Sekar?
"Untuk?"
" Ya paling tidak untuk minta maaf karena kita selalu gagal mempertemukan Hasna dengan keluarga mereka."
Yudi sesaat terdiam, usul Priska ada benarnya juga. Paling tidak, ia harus meminta maaf dan terus menjalin silaturahmi dengan keluarga sahabat almarhumah istrinya itu.
" Baiklah, nanti aku coba menghubungi Mas Aryo untuk datang berkunjung."
Priska tersenyum puas dengan jawaban Yudi.
Yes, aku akan menunjukkan sesuatu yang akan membuat kalian semua terkejut, ha ha ha.
Priska bergumam dalam hati. Ia yakin rencananya kali ini pasti akan berhasil. Ia sungguh tidak ingn Hasna menjadi penghalang bagi kebahagiaan Renita nanti. Selama ini dia merasa hidup dibawah bayang bayang Melati, dan untuk mencapai di posisi ini Priska sudah melakukan banyak hal. Jadi dia tidak akan membiarkan Renita hidup dibawah bayang bayang Hasna.
TBC