Ketika sabar menjadi sadar, peduli menjadi diam maka kamu bebas sekarang.
Ketika Ia kecelakaan hampir merenggut nyawa dan kritis beberapa waktu,suaminya justru tidak peduli dan merawat wanita lain yang hanya demam biasa di rumah sakit yang sama.
Pada akhirnya Liliana menyerah karena tak pernah di anggap dan tak pernah mendapatkan respon balik, sekalipun nyawanya hampir melayang jadi Ia mengajukan perceraian mereka.
Namun Ketika Ia sudah memutuskan menyerah dan bercerai, suaminya tiba-tiba berubah dan ingin mempertahankan pernikahan mereka.
Akankah Liliana berubah pikiran untuk bertahan?
Atau justru sebaliknya?
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon hantari, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
Kesehatan papa Maxwell
"Apa maksud mu?"
"Sesuai kontrak pernikahan,kita akan bercerai setelah setahun tapi ini belum ada setahun jadi kau tidak boleh sembarang"
Liliana kembali sadar,Ia pikir tadinya Bara tidak mau bercerai dengannya karna alasan lain tapi ternyata tetap saja pada keegoisannya,"Betapa bodohnya aku masih berharap"
"Jika kau punya keputusan maka aku juga punya keputusan,aku sudah memutuskan untuk bercerai dan aku sudah mengajukan perceraian kepada kejaksaan tiga hari yang lalu jadi kau tidak bisa apa"
Bara mengepal kedua tangannya ketika melihat keteguhan dan tatapan dingin dari mata wanita di hadapannya itu,"Aku bisa menariknya lagi karna aku tidak setuju sebelum perjanjian pernikahan berakhir"
Liliana di buat geram,Bara bukanlah orang sembarangan jadi apapun yang Ia mau bisa di lakukanya termasuk menarik kembali pengajuan cerai yang telah Ia serahkan kepada kejaksaan hukum."Kenapa kau selalu membuat ku kesulitan,kenapa kau harus selalu menyulitkan ku dalam segala hal!"marahnya memukul dada bidang pria di hadapannya itu, kebenciannya semakin bertambah dengan keegoisan pria itu yang selalu seenaknya mempermainkan dirinya.
"Aku hanya melakukan sesuai perjanjian, sejak awal kau sama sekali tidak boleh ikut campur dan apa kau lupa di dalam surat perjanjian itu,hanya aku yang boleh menceraikan mu bukan kau yang menceraikan ku"
Dengan tatapan dingin Bara menangkap tangan Liliana yang beberapa kali memukul dadanya meski sama sekali tidak terasa sakit,di tatapannya tajam wajah Liliana yang saat ini juga menatapnya tajam dengan mata memerah.
"Jika kau keras kepala maka kau akan tau konsekuensinya!"
Hati Liliana begitu sakit dan hancur,kenapa Ia harus mencintai seorang pria brengsek yang sama sekali tidak punya hati."Aku membenci mu!"teriaknya dengan penuh kemarahan Ia menarik tangannya dari genggaman pria itu dan langsung berlari pergi dari sana.
Bara menatap dingin kepergian Liliana tanpa bereaksi atau berekspresi sedikitpun.
***
"Lily sayang,kalian sudah selesai berbicara?"
Awalnya berencana ingin langsung pergi tapi tidak menyangka Rosa mama mertuanya berada di hadapannya sekarang dan menghalanginya, dengan cepat Ia memasang senyum dan menganggukkan kepala.
"Iya ma"jawabnya dengan tersenyum paksa.
"Baguslah temani mama minum ya,mama kangen banget sama kamu mama juga ingin menghabiskan waktu bersama kalian"
Rasanya Ia ingin menolak tapi melihat mata sang mama yang penuh harap akhirnya Liliana setuju juga.
Dengan semangat Rosa menarik tangan menantunya itu ke halaman belakang dimana Bi Inah dan kedua pelayan lainnya sudah mempersiapkan semuanya.
"Sudah lama sekali ya kita tidak minum teh bersama,satu bulan yang lalu mama datang tapi langsung pulang sampai tidak bisa menghabiskan waktu seperti ini",Rosa duduk di kursinya setelah menantu kesayangan itu duduk bersebrangan dengannya.
"Iya ma"
"Tapi kamu jangan khawatir sayang,selama satu bulan ke depan kamu tidak akan kesepian karna mama sama papa akan menemani kalian di sini"
Liliana hampir saja menyemburkan teh yang baru saja Ia seruput,"Apa satu bulan?"gumamnya dengan terkejut, padahal rencananya Ia tidak mau lagi tinggal di mansion itu dan berencana akan tinggal di apartemennya sampai surat perceraian mereka keluar,atau sampai menunggu tiga minggu lagi seperti keinginan Bara Sebelum Ia kembali ke negara asalnya dimana semua keluarga besarnya tinggal,tapi sebenarnya Ia juga sudah bertekad tidak akan peduli dengan ancaman Bara.
"Kenapa selama itu ma...akh maksudnya aku senang mama sama papa tinggal lebih lama tapi tidak seperti biasanya?", ucapnya terbata sedikit kagetnya.
Rosa tersenyum lembut namun tersirat kesedihan,"Penyakit papa kembali kambuh dan harus di kontrol dan dirawat langsung oleh dokter dan papa meminta untuk melakukan perawatan di Indonesia saja, karna papa berfikir dia tidak punya banyak waktu lagi jadi dia ingin menghabiskan sisa waktunya di sini bersama dengan Bara dan kamu juga"
Deg...
Hati Liliana seketika mencelos,papa Maxwell begitu baik padanya dan sudah menganggapnya sebagai putrinya sejak Ia kecil dulu hingga sekarang menjadi menantunya,Ia sudah menganggapnya seperti ayah kandungnya sendiri.
"Padahal kan itu hanya pikiran papa saja",Rosa tersenyum seolah menyembunyikan sesuatu.
"Benar,papa Maxwell pasti akan sembuh mama tenang saja"
"Tentu saja,mama juga yakin papa pasti akan sembuh",Namun Rosa mengatakannya dengan menangis hingga hal itu membuat Lily terkejut dan langsung menghampiri mama mertuanya itu.
"Ma apakah kondisi papa lebih parah dari itu?", tanyanya mulai tidak tenang karna selama ini papa Maxwell mempunyai penyakit dan sering kambuh tapi Rosa tidak pernah sesedih sekarang.
Rosa memeluk Liliana yang memegang kedua tangannya,Ia memeluk menantunya itu dengan erat."Lily mama takut kehilangan papa Maxwell hiks,mama belum siap hiks"
"Sebenarnya kondisi papa Maxwell lebih buruk dari itu kan ma?",tanya Lily mengusap punggung mama mertuanya itu dengan lembut dan ingin tahu kondisi papa mertuanya.
Rosa menggelengkan kepalanya di pelukan Lily hingga membuat Lily menitikan air mata, sedih sekali rasanya mengetahui kondisi mertuanya yang tidak baik-baik saja,namun Ia tahu wanita di pelukannya sekarang itu lebih sedih jadi Ia berusaha menenangkannya.
Dari balkon Bara memperhatikan keduanya sejak tadi,sudut bibirnya tertarik ke atas hingga membentuk senyuman tipis.Ia tidak pernah meragukan kebersihan dan ketulusan hati Liliana kepada kedua orangtuanya,Liliana sudah menganggap kedua orangtuanya seperti orangtua kandungnya sendiri.
***
Malam hari,malam yang membuat Liliana merasakan hidupnya akan berakhir saja,karna jika orangtua Bara ada di rumah maka mereka akan tidur sekamar, seharusnya Ia senang-senang saja kan tapi kenapa sekarang?
Jika biasanya Lily sangat menanti-nantikan nya berbeda dengan sekarang rasanya Ia ingin kabur saja sekarang apalagi sekarang melihat Bara yang duduk di atas tempat tidur, sedangkan Ia duduk di atas sofa dengan memegang bantal dan selimut tipis yang memang seperti biasa Ia gunakan.
"Kenapa aku dulu bodoh sekali,hanya tidur sekamar saja meski tidur di lantai dengan selimut tipis saja aku senangnya gak ketolong"
Padahalkan kasur itu besar dan luas,tapi Bara sama sekali tidak pernah mengijinkannya tidur di sana.
Ia merutuki kebodohannya sebelumnya dan sangat menyesal, karna meski selalu di perlakukan seperti itu Ia tidak pernah menganggapnya serius.
Sementara Bara yang duduk di atas tempat tidur tampak tidak peduli seperti yang sudah-sudah,bahkan setelah selesai dengan pekerjaannya Ia tidur dengan nyaman di atas kasur empuk dan besar itu.
Dengan terpaksa Liliana harus tidur di atas sofa berselimutkan, selimut tipis."Tidak apa-apa bertahan sebentar lagi Lily,kau pasti bisa menghadapi ini sampai perceraian nanti"
2 jam kemudian Bara bangun dari tempat tidurnya dan menghampiri Liliana yang sudah tertidur dengan nyenyak.Ia melipat kedua tangan di depan dada memperhatikan wajah cantik itu dengan sejuta pertanyaan yang selalu melekat di otaknya mengenai istrinya itu.
"Sejak dulu aku tidak pernah menyukai mu"
***
Ke esokan paginya, Lily bangun dan mendapati dirinya tidur di kasur dengan selimut tebal yang menyelimutinya, sebenernya itu tidak terjadi sekali atau dua kali tapi setiap kali Ia tidur di kamar Bara.
"Apakah aku tidur sambil jalan lagi?,aish kenapa kebiasaan buruk ku tidak pernah berubah", kesalnya setelah duduk dan memperhatikan sekitar dimana Bara sudah tidak ada lagi di sana sama seperti sebelum-sebelumnya.
Ya,Bara selalu mengatakan kalau Lily tidur sambil berjalan kemudian tidur di kasurnya sehingga setiap kali bangun sudah tertidur di kasurnya,dan karna itulah Bara selalu marah-marah setiap pagi ketika mendapatinya tidur di sampingnya padahalkan Ia juga dalam keadaan tidak sadar.
***
Bersambung...
🤭🤔 di lanjut ya Thor 🙏
lanjut Thor 💪😘🤗
harusnya kamu bilang pertemuan mu dengan laura