AREA DEWASA!!
Empat tahun menduda pada akhirnya Wira menikah juga dengan seorang gadis yang bernama Mawar. Gadis yang tidak sengaja Wira tabrak beberapa waktu yang lalu.
Namun, di balik pernikahan Wira dan Mawar ada seorang perempuan yang tidak terima atas pernikahan mereka. Namanya Farah, mantan karyawan dan juga teman dari almarhum istri Wira yang bernama Dania. Empat tahun menunggu Wira pada akhirnya Farah lelah lalu menyerah.
Tidak berhenti sampai di sini, kehidupan masa lalu Wira kembali terusik dengan kehadiran iparnya yang bernama Widya, adik dari almarhum Dania. Masalah yang sudah terkubur lama namun nyatanya kembali terbuka semua kebenarannya setelah kehadiran Widya.
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Ni R, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
Chapter 33
"Sebenarnya ini kurang nikmat, tapi mau bagaimana lagi, harus di lakukan dengan penuh kelembutan," ucap Wira sambil menikmati permainannya.
"Ingat ya mas, jangan muncrat di dalam. Nanti tunasnya banyak!"
"Sayang, kue klepon saja akan lebih nikmat dan sempurna jika muncrat di dalam."
"Mas,....!"
Mawar mencubit lengan suaminya.
"Iya, mas hanya bercanda. Mas sudah tahu apa yang harus mas lakukan."
Entah apa yang mereka bahas ini, Wira sedang asyik membuat gerakan naik turun dengan penuh kelembutan agar tidak membuat istri lelah.
Tidak ada lagi ronde kedua tiga dan empat. Hanya satu kali permainan yang penting Wira bisa absen.
Malam telah berganti pagi, belum lagi nasi sampai ke usus Wira sudah merasakan sesuatu yang mendorong keluar dari perutnya. Wira menutup mulut, bergegas pergi ke kamar mandi lalu memuntahkan semua yang dia makan pagi ini.
Mawar bingung ingin melakukan apa karena Mawar baru sekali mengalami gejala kehamilan seperti Wira.
"Mas,....!"
Wira mencuci wajahnya, nampak sekali nafas pria ini ngos-ngosan.
"Udah, mas gak kenapa-kenapa. Ayo keluar...!"
Mereka pergi ke ruang keluarga, seperti biasa Asti sudah menyiapkan teh lemon hangat untuk anaknya.
"Di minum dulu," ujar Asti.
Wira melirik jam yang melingkar di tangannya lalu bergegas meneguk teh lemon tersebut.
"Aku sudah kesiangan, sayang aku harus pergi. Ada meeting penting hari ini," kata Wira yang sudah baikan.
"Kamu yakin udah baik-baik saja?"
Asti khawatir.
"Di undur aja mas, setengah jam lagi. Wajah kamu masih terlihat lelah."
"Udah, mas gak kenapa-kenapa. Mah, titip bunga Mawar ku ya...!"
"Iya, nanti mamah siram dan kasih pupuk biar cepat berbunga deh!"
Mereka tertawa, Wira bisa saja membuat candaan di pagi ini. Di antar supir, Wira pergi ke hotel karena meeting akan di laksanakan di sana.
"Dimas, apa kau sudah menyiapkan semua berkasnya?" tanya Wira memastikan semuanya.
"Sudah pak, semua klien juga sudah berada di dalam menunggu bapak."
Mereka kemudian masuk, Meeting hari ini memakan waktu hampir satu jam. Membuat Wira bosan apa lagi ada klien perempuan yang sejak tadi suka mencuri pandang ke arahnya.
Ketika Meeting selesai, Wira dan Diman bergegas keluar karena Wira sudah tidak tahan lagi berada di dalam.
"Pak Wira,....!"
Klien perempuan itu berlari kecil menghampiri Wira.
"Iya, ada apa ya bu Silla?" tanya Wira memaksa senyumnya.
Silla adalah klien dari luar kota, yang dia tahu Wira adalah seorang duda.
Dengan wajah malu-malu, Silla berkata. "Em, sudah hampir makan siang. Bisakah pak Wira menemani saya makan siang sebelum saya kembali?"
Dimas langsung melirik ke arah Wira.
"Maaf bu Silla, saya tidak bisa!" tolak Wira.
"Tapi kenapa pak? hanya makan siang biasa, tidak lebih!"
"Eh, perasaan kalau makan siang itu memang biasa ya. Letak lebihnya di mana?" celetuk Dimas.
Silla langsung melirik tidak suka pada Dimas.
"Bukan begitu maksud saya. Kita bekerja sama sudah lama, saya juga jarang pergi ke kota ini. Jadi, apa salahnya jika pak Wira menemani saya makan siang."
Sekretaris Silla yang berada di sampingnya hanya bisa diam.
"Sekali lagi saya minta maaf bu Silla. Saya sudah janji pada istri saya untuk menemani dia makan siang hari ini."
Sekali lagi Wira menolak dengan menjadikan istrinya alasan.
"Istri...? sejak kapan pak Wira menikah? bukankah pak Wira ini sudah menduda sangat lama?"
Silla tidak percaya.
"Pak bos memang sudah menikah dan sekarang istrinya sedang hamil dua bulan!" Dimas memperjelas.
"Dimas benar. Jadi, sekali lagi saya minta maaf. Meskipun perusahaan kita bekerja sama tapi saya tidak ingin melukai hati istri ku dengan makan siang dengan perempuan lain."
"Tapi kita ini klien, jadi wajar saja!" Silla terus memaksa.
"Maaf, saya tidak bisa. saya pergi dulu!"
Wira berlalu pergi, membuat wajah Silla terasa panas menahan malu atas penolakan. Siapa yang tidak akan terpikat dengan pesona Wira, duda muda tampan tanpa anak dan kaya raya.
"Perempuan mana yang sudah berhasil melelehkan balok es seperti dia....!"
Sudahlah, Silla kembali ke kamarnya dengan hati kesal dan penuh kekecewaan. Rasanya malu juga ketika Wira menolak ajakannya apa lagi baru sekarang Silla di tolak mentah-mentah oleh lelaki.
Di mobil, Wira terus menggerutu kesal. Wira sangat tidak menyukai jenis perempuan yang seperti Silla dan Farah yang suka mencari perhatian.
"Dimas, apa kau tahu jika aku sangat geli di tatap Silla sepanjang meeting tadi?"
"Saya tahu itu pak. Sepertinya dia menyukai bapak!"
"Menggelikan, aku tidak suka perempuan seperti dia. Centil....!"
"Andai bu Mawar melihat matanya tadi, saya yakin bu Mawar sudah mencolok matanya dengan duri-durinya," ujar Dimas langsung membuat Wira tertawa.
Mereka kembali ke kantor sebentar, menyelesaikan sedikit pekerjaan setelah itu barulah Wira pulang.
Perutnya sudah keroncongan, Wira melewatkan makan siangnya.
Setibanya di rumah, rasa lelah Wira langsung sirna ketika melihat senyum sambutan dari sang istri. Mawar langsung memeluk suaminya, senang rasanya jika melihat suami pulang bekerja seperti ini.
"Mas, aku rindu....!" ucap Mawar dengan suara manjanya.
"Sayang mas udah makan belum?" tanya Wira.
"Sudah mas, tadi makan siang sama mamah. Tapi, sekarang mamah sedang pergi mau jenguk temannya yang sakit katanya."
"Syukurlah kalau sudah makan. Ayo ke kamar, mas mau ganti pakaian lalu makan."
"Pasti mas suami ku ini kelaparan ya...?"
Wira mengacak poni istrinya, bagi Wira hanya Mawar lah yang bisa membuatnya bahagia di bandingkan dengan perempuan cantik di luar sana.
Selesai berganti pakaian, Wira dan Mawar kembali turun. Mawar menemani suaminya makan, sungguh lahap makan Wira karena kelaparan.
"Mas,....!"
"Iya sayang,....!"
"Anu mas,...!"
"Anu apa?"
"Nanti sore kita beli donat yuk mas. Tapi, aku maunya donat labu...!"
Glek,....
Wira yang mendengar permintaan istrinya langsung tersedak nasi. Mawar buru-buru mengambilkan air minum untuk suaminya.
"Aduh, mas hati-hati dong kalau makan!"
"Eh iya. Maaf...!" ucap Wira mendadak bingung dengan donat. Sepengetahuan Wira, adanya cuma donat kentang. Kemana dia akan mencari donat labu.
"Sayang, mas mau tanya. Emang ada ya donat labu?" tanya Wira bingung.
"Gak tahu juga mas, tapi aku sedang membayangkannya. Sepertinya enak."
Wira tertawa masam, "matilah,....!!" batin Wira lagi.
Selesai makan siang, Wira menemani istri untuk tidur siang sebentar. Hanya Mawar yang tidur siang, Wira tidak. Lelaki ini sibuk berkirim pesan dengan Tia, meminta seseorang untuk membuatkan donat labu khusus untuk istrinya.
Meskipun Wira belum pernah menemukan donat labu, setidaknya lelaki ini tidak ingin membuat Mawar kecewa.
"Hanya permintaan kecil, ada uang semua beres!" ucap Wira lalu meletakan ponselnya dan berbaring di samping Mawar yang masih tertidur dengan pulas.